JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

Be A Hero for Yourself

Being a father or mother,
Then behave as befits a parent,
Instead of behaving like an invader on their own son and daughter.
Being a teacher,
Should become a mentor,
Not behave as an employer to students who serve as a laborer.
Being a leader,
Duly be exemplary,
Not as authoritarian.
Being a police officer,
Obligatory to behave protecting and nurturing,
Not just squeeze and abandoning citizens who are in distress.
Being a priest,
Should temper ourselves in the way of holiness,
Not just busy in judgment and condemn the behavior of others.
Being an inhabitant,
Properly caring for and preserving the environment,
Not pollute and ruin it.
Being a human being,
Supposedly enough behave a humanist, which our good deeds will fruition by good in ourselves,
Not busy knowledgeably about God's thoughts by saying God was tried, sentenced, giving, angry, and so forth.
Being a judge,
It should be fair,
Not decide based on the judge's taste buds of the tongue.
Being an entrepreneur,
Expected to open up employment opportunities,
Not just suck the sweat and blood of its workforce.
Being a civil servant,
Naturally serving the public,
Not asking served.
People who have done wrong,
Should be ashamed,
Self introspection,
Not even more ferocious against the victim,
Even the pot calling the kettle.
Being a human being,
Should fix a lot of our own minds,
And keep an eye on our own speech and behavior,
Not more busy to kill those who are not religious.
Someone, to be able to feel like a hero,
Requires a criminal to oppose.
The hero was duly grateful for the presence of criminals to kick.
The hero was duly grateful for the existence of the criminal.
The hero becomes meaningless,
Like a rusty robot who rusted,
In the absence of a criminal to be slaughtered and persecuted.
It got so bad that the country needed a hero.
We do not need to be a hero.
Quite first we need to fix ourselves.
Is not easy to face ourselves,
We will be battered confront our own defilement,
Created hassle and headache because of our own ignorance.
Be a hero for ourselves.
Struggling to be free from all attachment on defilement.
If we were able to erode it gradually,
That was a personal achievement that is more than enough.
To be a successful,
Think and act like people who have been successful.
To become a saint,
Be full control over desires ourselves,
Not busy livestock wives and children.
Someone who is far from controlling their own senses,
Does not have levels that exceed other human sanctity,
Though he behalf of himself as a messenger of God,
It could be worse behavior than those who do not know God.
Claiming to know God,
Means that a man must be prepared to be humane and full control of your own.
Every encouragement of self-will,
Not always do we comply.
This is an attitude of self-control,
The only difference between humans with an animal.

© HERY SHIETRA Copyright.

Menjadi seorang ayah atau ibu,
Maka bersikaplah sebagaimana layaknya seorang orang tua,
Bukan bersikap seperti seorang penjajah terhadap anaknya sendiri.
Menjadi seorang guru,
Semestinya menjadi seorang pembimbing,
Bukan bersikap seperti seorang majikan terhadap siswa yang dijadikan seperti seorang buruh.
Menjadi seorang pimpinan,
Sepatutnya bersikap penuh teladan,
Bukan bersikap otoriter.
Menjadi seorang polisi,
Sewajibnya bersikap melindungi dan mengayomi,
Bukan justru memeras dan menelantarkan warga negara yang sedang membutuhkan pertolongan.
Menjadi seorang pendeta,
Sudah seharusnya menempa diri dalam jalan kesucian,
Bukan justru sibuk menghakimi dan mengutuk perilaku orang lain.
Menjadi seorang penghuni Bumi,
Selayaknya merawat dan menjaga kelestarian lingkungan,
Bukan mengotori dan merusaknya.
Menjadi seorang manusia,
Semestinya cukup bersikap humanis yang mana perbuatan baik kita sudah pasti berbuah baik pada kita sendiri,
Bukan sibuk sok tahu tentang pemikiran Tuhan dengan mengatakan Tuhan sedang mencoba, menghukum, memberi, marah, dan sebagainya.
Menjadi seorang hakim,
Semestinya bersikap adil,
Bukan memutus berdasarkan selera lidah sang hakim.
Menjadi seorang pengusaha,
Diharapkan membuka lapangan pekerjaan,
Bukan justru memeras keringat dan darah tenaga kerjanya.
Menjadi seorang pegawai negeri,
Sudah sewajarnya melayani masyarakat,
Bukan meminta dilayani.
Orang yang sudah berbuat salah,
Semestinya malu,
Berintrospeksi diri,
Bukan justru lebih galak terhadap korbannya,
Bahkan maling teriak maling.
Menjadi seorang manusia,
Semestinya banyak membenahi pikiran kita sendiri,
Dan mengawasi ucapan serta perilaku kita sendiri,
Bukan lebih sibuk untuk membunuh mereka yang tidak satu agama.
Seseorang untuk dapat merasa menjadi pahlawan,
Membutuhkan seorang penjahat untuk dilawan.
Sang pahlawan sepatutnya berterimakasih atas keberadaan sang penjahat.
Sang pahlawan menjadi tanpa arti,
Bagai robot berkarat yang karatan,
Tanpa adanya seorang penjahat untuk ditumpas dan dianiaya.
Sungguh malang negeri yang membutuhkan seorang pahlawan.
Tidak perlu kita untuk menjadi seorang pahlawan.
Cukup terlebih dahulu kita benahi diri kita sendiri.
Bukanlah perkara mudah menghadapi diri kita sendiri,
Kita akan babak-belur menghadapi kekotoran batin kita,
Dibuat repot dan pusing karena kebodohan batin kita sendiri.
Jadilah pahlawan bagi diri kita sendiri.
Berjuang untuk terbebas dari segala kemelekatan atas kekotoran batin.
Bila kita mampu mengikisnya secara bertahap,
Itu sudah merupakan suatu prestasi pribadi yang lebih dari cukup.
Untuk menjadi seorang yang sukses,
Berpikir dan bersikaplah seperti orang-orang yang telah sukses.
Untuk menjadi seorang suci,
Bersikaplah penuh pengendalian terhadap hasrat diri,
Bukan sibuk berternak istri dan anak.
Seseorang yang jauh dari pengendalian indera-inderanya,
Tidaklah memiliki kadar kesucian yang melebihi manusia lainnya,
Sekalipun ia mengatasnamakan dirinya sebagai utusan Tuhan,
Bisa jadi perilakunya lebih buruk dari mereka yang tidak mengenal Tuhan.
Mengaku mengenal Tuhan,
Berarti seorang manusia harus siap untuk bersikap humanis dan penuh pengendalian terhadap keinginan diri sendiri.
Setiap dorongan atas keinginan diri,
Tidak selalu harus kita turuti.
Sikap penuh pengendalian diri inilah,
Yang membedakan antara manusia dengan seekor hewan.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.