Bullhead feel embarrassed for not wearing fancy clothes,
Feel inferior only because they had have a personal vehicle,
Feel humiliated just because they do not own property,
Even hated by themselves because of poverty economy.
Meanwhile,
Those who are wise,
Will not feel embarrassed as long as they do not harm,
And will be ashamed when he does evil.
Even farther
They who are holy,
Will not feel embarrassed as long as they do not wallow in the defilements,
And would feel very embarrassed when he was not determined to erode their
defilements.
Virtuous people,
Would not concern themselves to judge others,
But will continue to watch and observe the mind as well as their own
behavior.
Large-minded people,
Would not much to speak and to comment on trivial matters,
But focusing on the big things in order to realize the dream of his life.
People who are mentally resembles a thief,
Would not be ashamed to do evil,
But constantly behave badly without guilt.
A prince named Siddharta Gaotama,
Removing the royal robe,
Wearing secondhand shroud which to be used by a corpse,
And make it as formal wear while practice of his forging.
A fool, focusing on form outside themselves,
Busy commenting on the behavior of others,
But neglectful about the quality of his own mind.
Arahat will never be ashamed of themselves outward appearance,
Is because he has overcome and beyond all fear of his life.
Defilement,
We are ashamed for not beautify ourselves,
Instead of shame due to dirty thoughts and actions themselves.
Defilement,
Makes us afraid to enforce the practice of self-training,
Not afraid to grow old and wither without inner development.
Humans who are dumb,
Preferring to be ashamed to be poor than a shame for corruption.
Humans who are shallow,
Prefer to waste time with a career and gather followers.
Rather than fighting to conquer defilements himself.
It is time,
We been duly fear and shame at our own defilements.
We should be wary,
When we assume that we have a clean self delusion,
Even challenging defilement,
Or even more fatal to believe that human beings can not be destined to be
perfect.
Humans may not be perfect,
In fact, the main task of mankind is to strive for perfection.
Underestimated the defilement of our own,
Even challenging defilement,
Certainly he will be bruised made by it.
Defilements are very strong and can only slowly be eroded by-slowly, with
long practice self practice.
Defilements who are come to the surface,
It is very difficult to overcome.
Like mud in the bottom of the pool,
He was quiet and did not roil the pool water.
But once we shake,
Mud on the bottom of the pool will be lifted,
And blocking any view.
That inner darkness,
Terrible,
And we will assume, look at the poison as a food because of the darkness
that covered our eyes.
Clear vision, can only occur when the pool water was calm,
Do not disturb the mud underneath.
A person who is practicing,
Like a bit by bit lift mud from the bottom of the pool,
Slowly,
And consistent,
Without making the whole mud in the bottom of the pool was raised to the
surface.
Do not challenge or belittle the mud.
Do not overestimated the ability of ourselves.
Do not underestimated the strength of our mental defilements.
This is the message that often we need to think.
When we have completely cleansed of defilements,
Grandeur will shine through inner beauty,
That will even get a prostrate and praise from the gods.
Like a forest hermit respected even by Sakka, the king of the gods.
©
HERY SHIETRA Copyright.
Orang dungu merasa malu
karena tak mengenakan pakaian mewah,
Merasa rendah diri hanya
karena tak memiliki kendaraan pribadi,
Merasa gengsi hanya karena
tak memiliki harta,
Bahkan merasa benci dengan
diri sendiri karena kemiskinan ekonominya.
Sementara itu,
Mereka yang bijaksana,
Tidak akan merasakan malu
sepanjang mereka tidak berbuat jahat,
Dan akan merasa malu sekali
bila dirinya berbuat jahat.
Lebih jauh lagi
Mereka yang suci,
Tidak akan merasa malu
sepanjang mereka tidak berkubang dalam kekotoran batin,
Dan akan merasa sangat malu
bila dirinya tidak tekun mengikis kekotoran batinnya sendiri.
Orang yang budiman,
Tidak akan menyibukkan diri
untuk menghakimi orang lain,
Namun akan senantiasa
mengamati dan mengawasi pikiran serta perilakunya sendiri.
Orang yang berpikiran besar,
Tidak akan banyak berbicara
untuk mengomentari hal-hal sepele,
Namun berfokus pada hal-hal
besar agar dapat merealisasi impian dalam hidupnya.
Orang yang bermental pencuri,
Tidak akan malu untuk berbuat
jahat,
Namun terus-menerus berbuat
buruk tanpa rasa bersalah.
Seorang pangeran bernama
Siddharta Gaotama,
Melepas jubah kerajaan,
Mengenakan kain kafan bekas
mayat,
Dan menjadikannya pakaian
resmi praktik penempaan dirinya.
Seorang dungu berfokus pada
wujud luar dirinya,
Sibuk mengomentari perilaku orang
lain,
Namun abai akan kualitas
batinnya sendiri.
Seorang Arahat tidak akan
pernah merasa malu akan penampilan luar diri mereka,
Dikarenakan ia telah
mengatasi dan melampaui segala ketakutan hidupnya.
Kekotoran batin,
Membuat kita malu untuk tidak
mempercantik diri,
Bukannya malu akibat kotornya
pikiran dan tindakan diri sendiri.
Kekotoran batin,
Membuat kita takut untuk
menegakkan praktik latihan diri,
Bukannya takut untuk menjadi
tua dan layu tanpa perkembangan batin.
Manusia dungu,
Lebih memilih untuk malu
untuk menjadi miskin ketimbang malu untuk korupsi.
Manusia dangkal,
Lebih memilih untuk membuang
waktu dengan karir dan mengumpulkan pengikut.
Ketimbang berjuang untuk
menaklukkan kekotoran batin dirinya sendiri.
Sudah saatnya,
Kita takut dan malu atas
kekotoran batin kita sendiri.
Kita patut waspada,
Ketika kita berasumsi bahwa
diri kita telah bersih dari kegelapan batin,
Bahkan menantang kekotoran
batin,
Atau bahkan lebih fatal lagi
dengan meyakini bahwa manusia ditakdirkan untuk tidak dapat menjadi sempurna.
Manusia boleh menjadi
sempurna,
Bahkan tugas utama umat manusia
ialah untuk berjuang mencapai kesempurnaan.
Memandang remeh kekotoran
batin kita sendiri,
Bahkan menantang kekotoran
batin,
Dipastikan ia akan
babak-belur dibuatnya.
Kekotoran batin sangatlah
kuat dan hanya dapat dikikis perlahan demi perlahan dengan praktik latihan diri
yang panjang.
Kekotoran batin yang muncul
ke permukaan,
Amatlah sukar ditaklukkan.
Bagaikan lumpur di dasar
kolam,
Ia tenang dan tidak
mengeruhkan air kolam.
Namun sekali kita
mengguncangnya,
Lumpur di dasar kolam akan
terangkat,
Dan menghalangi setiap
pandangan kita.
Itulah kegelapan batin,
Mengerikan,
Dan kita akan menganggap
racun sebagai makanan karena gelap yang menutupi penglihatan kita.
Penglihatan jernih, hanya dapat
terjadi ketika air kolam itu tenang,
Tidak mengganggu lumpur di
bawahnya.
Seorang yang berlatih,
Ibarat sedikit demi sedikit
mengangkat lumpur dari dasar kolam,
Dengan perlahan,
Dan konsisten,
Tanpa membuat seluruh lumpur di
dasar kolam itu terangkat ke permukaan.
Janganlah menantang lumpur
itu ataupun meremehkannya.
Janganlah overestimated kemampuan
diri kita sendiri.
Janganlah underestimated kekuatan
kekotoran batin kita.
Inilah pesan yang kerap kali
perlu kita renungkan.
Ketika kita telah benar-benar
bersih dari kekotoran batin,
Keagungan akan terpancar dari
kecantikan dalam diri,
Yang bahkan akan mendapat
sujud dan pujian dari para dewa.
Bagaikan seorang pertapa
hutan yang disembah-sujud bahkan oleh Dewa Sakka, sang raja dari para dewa.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.