JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

Wolves in Our Hearts

A grandfather telling a story to his grandchildren,
That there is a pair of wolves who were fighting in the hearts of his grandfather.
A big bad wolf,
And the good wolf.
The wolves are now fighting, tearing and biting each other.
The grandson asked,
Grandfather, which wolf that is likely to survive and win?
The grandfather answered,
My grandson the wolf which going to win and survive,
Is the wolf whom be fed every day.
Every day, we not only feed on our stomach,
However, various foods of hearing,
Food of mind,
Food of eyesight,
Food of touch,
And various other foods.
Each person possessing two types of personalities at the same time,
Noble personal character,
And personal with a dark character.
Humans are subject to change and may manifest as what he fed his own mind.
Humans can be turned into a good or evil,
Not as easy as pressing the ON or OFF the light switch.
However it is the form of a long process,
Such as giving food to the wolves in our hearts and minds.
Which wolf will going to win and survive,
Very dependent on our treatment of each of these the wolf.
Each of us has the potential and equal opportunities,
Opportunities to grow up to be a thief,
Or grow up to be a generous man.
We have a right and always have the right to choose and determine the direction of our own lives.
Not by pressing the "ON" or "OFF",
But choosing which wolf are we going to feed every day.
Bad luck, not the self-justifying excuse for us to seize the rights of others.
Good luck, not become a means for us to patronize and oppress those weaker than us.
Indeed, that a good human being does not guarantee to survive in this world,
True also that being an honest man does not give us the guarantee will live in security,
Nor are the guarantee for us to live in peace as a noble-hearted man.
Also the fact that being an evil will be able to have a lot of wealth,
Is the fact also by power, someone will live in prosperous although built on the dirty deed,
Same facts become black-hearted person does not mean he will live to suffer in this world.
But natural law binding and applies to everyone,
Without discrimination,
Without exception.
Because in fact life is suffering and continue to suffer as a result no one can be satisfied,
Then it becomes a good man or a bad man will be the same fate in turn,
Namely the physical pain because of illness, old age, and death.
As many people as evil depriving other people's lives,
He will remain subject to the law of impermanence, suffering, and dissatisfaction.
Being a wicked man, no guarantee will be free from suffering,
Which can manifest in many forms.
Being honest maybe we will suffer economically.
But being human fraudsters, although wealthy economically,
But suffering remains plaguing him in a different form,
So discontentment remained in control of every individual.
Because of discontentment and suffering, is not the monopoly of people who are honest and good heart,
So why do we still choose to be evil for the sake of holding firmly the belief that being honest and kindness will bring suffering.
In fact between the honest and the fraudsters are equally suffer,
It is just, in the face and a different form of suffering.
Being honest,
Perhaps we will come out as the loser in the world this earthly mortal.
But being a bad guy,
Any fortunate as himself during his life as a human being,
Even able to ride the lives of many honest people,
But he was not able to conquer the inner darkness itself,
Became the object of his own inner darkness.
Any sad life of people who are honest and kind,
At least he had become the master of his own life,
And to be a winner of life,
Because it is not subject to the threat offered by life that is always unfair,
By staying upright on honesty as hard and as bad as any of this life.
This mortal life will not be able to buy the principle of the life of a noble.
We want to be treated as what it is, and how the outside world treat ourselves,
We can not control.
Be good and honest does not mean by itself the external world, will give a positive response to us.
We are only able to control a determination in ourselves.
At least that's the last thing left,
That we can still grapple with.
Idealism is the most important treasure of human beings,
Which must be maintained until the death.
Even if we are dying therefore,
Even if we were killed, therefore,
At least we do not put an end to our lives and close our eyes, as an immoral criminal.
Hard life might be able to beat us,
But the cruel life that would never be able to buy our identity.

© HERY SHIETRA Copyright.

Seorang kakek berkisah pada sang cucu,
Bahwa ada sepasang serigala yang sedang bertarung di dalam hati sang kakek.
Seekor serigala jahat,
Dan seekor serigala baik.
Serigala-serigala itu kini sedang bertarung dan saling mencabik serta menggigit satu sama lain.
Sang cucu bertanya,
Kakek, serigala mana yang sepertinya akan bertahan dan menang?
sang kakek menjawab,
Cucuku, serigala yang akan menang dan bertahan,
Ialah serigala yang diberi makan setiap harinya.
Setiap hari, kita bukan saja memberi makan pada perut kita,
Namun berbagai makanan pendengaran,
Makanan pikiran,
Makanan penglihatan,
Makanan sentuhan,
Dan berbagai jenis makanan lainnya.
Setiap pribadi menyimpan dua jenis kepribadian disaat bersamaan,
Pribadi yang berwatak mulia,
Dan pribadi yang berwatak gelap.
Manusia dapat berubah dan dapat menjelma seperti apa ia memberi makan pikiran dirinya sendiri.
Manusia untuk dapat menjadi baik atau berubah menjadi jahat,
Tidak semudah menekan tombol ON atau OFF pada saklar lampu.
Namun adalah bentuk proses yang panjang,
Seperti memberi makanan pada serigala dalam hati dan pikiran kita.
Serigala manakah yang akan menang dan bertahan,
Sangat bergantung pada perlakuan kita terhadap masing-masing dari serigala tersebut.
Setiap dari kita memiliki potensi dan kesempatan yang sama,
Peluang untuk tumbuh menjadi seorang pencuri,
Atau tumbuh besar menjadi seorang dermawan.
Kita berhak dan selalu memiliki hak untuk memilih dan menentukan arah hidup kita sendiri.
Bukan dengan cara menekan tombol “ON” atau “OFF”,
Namun memilih memberi makan serigala yang mana.
Nasib buruk, bukan menjadi alasan pembenaran diri bagi kita untuk merampas hak orang lain.
Nasib baik, bukan menjadi ajang bagi kita untuk merendahkan dan menindas orang yang lebih lemah dari kita.
Betul bahwa menjadi manusia yang baik tidak menjamin akan selamat hidup di dunia ini,
Betul juga bahwa menjadi manusia yang jujur tidak memberi kita jaminan akan hidup dengan tenteram,
Tidak juga terdapat jaminan bagi kita untuk hidup secara sejahtera dengan menjadi manusia yang mulia.
Juga merupakan fakta bahwa menjadi seorang berhati jahat akan mampu memiliki banyak harta kekayaan,
Adalah fakta pula dengan memiliki kekuasaan seseorang akan hidup secara makmur meski dibangun diatas perbuatan yang kotor,
Sama faktanya menjadi orang berhati hitam tidak diartikan ia akan hidup menderita di dunia ini.
Namun hukum alam mengikat dan berlaku untuk semua orang,
Tanpa pandang bulu,
Tanpa terkecuali.
Karena pada hakekatnya hidup adalah penderitaan dan senantiasa menderita akibat tiada terpuaskan,
Maka menjadi manusia baik ataupun menjadi manusia buruk akan bernasib sama saja pada gilirannya,
Yakni derita fisik karena sakit, usia tua, dan kematian.
Sebanyak apapun orang jahat merampas hak hidup orang lain,
Dirinya akan tetap tunduk pada hukum ketidakkekalan, penderitaan, dan ketidakpuasan.
Menjadi manusia jahat sekalipun, tak menjamin akan bebas dari derita,
Yang dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk.
Menjadi orang jujur mungkin kita akan menderita secara ekonomi.
Namun menjadi manusia penipu meski kaya raya secara ekonomi,
Namun penderitaan tetap menjangkiti dirinya dalam bentuk yang berbeda,
Sehingga ketidakpuasan tetap menguasai setiap individu.
Karena ketidakpuasan dan penderitaan ini bukan monopoli orang yang jujur dan baik hati,
Maka mengapa kita masih memilih untuk menjadi orang jahat demi memegang teguh keyakinan bahwa menjadi orang jujur dan berbaik hati akan membawa derita.
Pada faktanya antara orang jujur dan orang-orang penipu adalah sama-sama menderita,
Hanya saja dalam wajah dan bentuk penderitaan yang berbeda.
Menjadi orang jujur,
Mungkin kita akan keluar sebagai orang yang kalah di dunia duniawi yang fana ini.
Namun menjadi orang jahat,
Seberuntung apapun dirinya semasa hidupnya sebagai manusia,
Bahkan mampu menunggangi hidup banyak orang-orang jujur,
Namun dirinya tidak mampu menaklukkan kegelapan batin dirinya sendiri,
Menjadi objek dari kegelapan batinnya sendiri.
Sesial apapun orang jujur dan baik hati,
Setidaknya ia menjadi tuan atas hidupnya sendiri,
Dan menjadi pemenang hidup,
Karena tidak tunduk pada ancaman yang ditawarkan oleh kehidupan yang senantiasa tidak adil ini,
Dengan tetap berdiri tegak pada kejujuran sekeras dan sejahat apapun kehidupan ini.
Kehidupan yang fana ini tidak akan mampu membeli prinsip hidup seseorang yang berhati mulia.
Kita hendak diperlakukan seperti apa dan bagaimana dunia luar memperlakukan diri kita,
Tak dapat kita kontrol.
Menjadi orang baik dan jujur bukan berarti secara sendirinya dunia luar diri kita, akan memberi respon positif terhadap diri kita.
Kita hanya mampu mengendalikan tekad dalam diri kita sendiri.
Setidaknya itulah hal terakhir yang tersisa,
Yang masih dapat kita perjuangkan dan pertahankan.
Idealisme adalah harta paling utama insan manusia,
Yang harus terus dipertahankan hingga titik darah penghabisan.
Sekalipun kita sekarat karenanya,
Sekalipun kita tewas karenanya,
Setidaknya kita tidak mengakhiri hidup kita dan menutup mata sebagai seorang penjahat tak bermoral.
Kehidupan yang keras mungkin dapat mengalahkan diri kita,
Namun kehidupan yang kejam tersebut takkan mampu membeli jati diri kita.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.