We have no right to be pedantic or demeaning and insulting others.
Because we are not really as intelligent as what we imagined.
Einstein was a genius in physics,
A physicist of genius,
There is no doubting.
But we should doubt whether Einstein was good at cooking skills, sewing,
painting, or other skills.
That is why Einstein never saw himself more intelligent than others.
If we are really smart,
Then we would not be swank clever,
Because smart people do not have to behave as though clever.
If we are truly qualified,
We do not need to pretend to qualified,
Recognized or not by others,
Our self-awareness and recognition of ourselves towards ourselves, is more
than enough.
What we need to pursue is the recognition, for and from ourselves.
Proverb says,
Empty drum gives loud sound.
Because it is empty,
So he gave the impression to the rumbling sound as if he were solid.
People who are poor mentality will seek attention by all means.
While people with mental fulfillment,
Already have enough with himself,
The presence or absence of recognition and attention from others.
The historical record gives us facts,
Has a lot of intelligent people whom unfortunate as a result of its own
intelligence,
Even brought with it catastrophic for human civilization.
Intelligence is like a knife,
Can be used for various things,
And it is likely tempting to be abused,
And it is always so.
We are ourselves itself,
Rich or poor,
Intelligent or less intelligent.
We do not need to be rejecting ourselves, just because we do not have the
talent that shine like everyone else.
We are ourselves itself,
Acknowledge and accept yourself,
With the state as it is.
We never know what the advantages of others than ourselves,
So that we never have a right to insult others,
Anything as stupid as the person appeared.
No one is really stupid,
Because basically they just lack guidance.
Those who realize that his life more fortunate,
Got a lot of guidance and a guide in his life, so that the human being
victorious,
Realizing the luck of himself,
And do not make ourselves to be arrogant.
If anyone else has a chance and the same resources,
May not necessarily this present moment we are smarter and more affluent
than them all.
The wise man always said,
Rice plants, increasingly dense contains, the more ducking.
We're not smarter than anyone else,
We're just luckier,
Which the luck can turn around someday.
Not always we are in power over others,
And not always others will be in a weaker position than us.
When we get old and senile dementia incarnated,
We will be as stupid as young as five years old,
And as ugly as our face with a monkey.
When that moment arrives,
We just simply can mock ourselves.
Or maybe that's when we would be abused by someone younger and smarter than
us.
I just want to say,
That you always have yourself.
You just need to be aware of yourself, who is always your side,
Faithfully accompany and share the joy and sorrow,
Bear the burden of it with you,
And rejoice with you.
You always have yourself when you're in grief and crisis.
Turn yourself when you were deadlocked.
He will always welcome you with open arms.
And when that moment occurs,
That is the most beautiful moments throughout the life of a human being.
When weremains widely accepted by ourselves, whom have long betrayed and
abandoned by ourselves.
This is the story of my life.
A simple story.
And what about you, O my friend?
©
HERY SHIETRA Copyright.
Kita tak punya hak untuk bersikap
sok pintar ataupun merendahkan dan melecehkan orang lain.
Karena kita tidak benar-benar
secerdas apa yang kita bayangkan.
Einstein adalah seorang
jenius dalam fisika,
Fisikawan yang jenius,
Tiada yang meragukan.
Namun kita patut meragukan
apakah Einstein pandai dalam keterampilan memasak, menjahit, melukis, atau
keterampilan lainnya.
Itulah sebabnya, mengapa
Einstein tak pernah memandang dirinya lebih cerdas dari orang lain.
Bila kita benar-benar cerdas,
Maka kita tidaklah perlu
berlagak pandai,
Karena orang pandai tidak
perlu bersikap seolah-olah pandai.
Bila kita benar-benar bermutu,
Kita tidak perlu berlagak
bermutu,
Diakui ataupun tidaknya oleh
orang lain,
Kesadaran diri kita dan pengakuan
diri kita terhadap diri kita sendiri, sudah lebih dari cukup.
Yang perlu kita kejar ialah
pengakuan atas dan dari diri kita sendiri.
Pepatah menyebutkan,
Tong kosong, nyaring
bunyinya.
Karena ia kosong,
Maka ia menimbulkan kesan
dengan suara gaduhnya seakan dirinya padat.
Orang yang bermental miskin
akan mencari perhatian dengan segala cara.
Sementara orang-orang dengan
mental keterpenuhan,
Sudah merasa cukup dengan
dirinya sendiri,
Ada atau tidaknya pengakuan
dan perhatian dari orang lain.
Catatan sejarah memberi kita
fakta,
Telah banyak orang cerdas
yang celaka akibat kecerdasannya sendiri,
Bahkan membawa pula petaka
bagi peradaban umat manusia.
Kecerdasan bagaikan sebilah
pisau,
Dapat digunakan untuk
berbagai hal,
Dan ia cenderung menggoda
untuk disalahgunakan,
Dan selalu demikian adanya.
Kita adalah diri kita
sendiri,
Kaya atau miskin,
Cerdas atau kurang pandai.
Kita tak perlu bersikap
menolak diri kita sendiri, hanya karena kita tidak memiliki talenta yang
bersinar seperti orang lain.
Kita adalah diri kita
sendiri,
Mengakui dan menerima diri
sendiri,
Dengan keadaan apa adanya.
Kita tak pernah tahu apa
kelebihan orang lain dibanding diri kita sendiri,
Sehingga kita tak pernah
berhak untuk menghina orang lain,
Sebodoh apapun orang itu
tampaknya.
Tak ada orang yang benar-benar
bodoh,
Karena pada dasarnya mereka
hanya kurang mendapat bimbingan.
Mereka yang menyadari bahwa
hidupnya lebih beruntung,
Mendapat banyak bimbingan dan
tuntunan dalam hidupnya sehingga menjadi manusia yang berjaya,
Menyadari keberuntungan
dirinya sendiri,
Dan tidak membuat dirinya
menjadi arogan.
Bila orang lain memiliki
kesempatan dan sumber daya yang sama,
Belum tentu saat kini kita
lebih pandai dan lebih makmur dari mereka semua.
Orang bijak selalu berkata,
Padi, semakin berisi, maka
semakin merunduk.
Kita tidak lebih pintar dari
siapapun,
Kita hanya sedang lebih
beruntung,
Keberuntungan mana dapat
berbalik suatu saat nanti.
Tidak selamanya kita berkuasa
diatas orang lain,
Dan tak selamanya orang lain
akan dalam posisi lebih lemah dari kita.
Ketika kita menjadi tua dan
menjelma pikun,
Kita akan sama bodohnya
dengan anak berumur lima tahun,
Dan sama jeleknya dengan
seekor monyet.
Bila saat itu tiba,
Kita hanya hanya dapat
mengejek diri kita sendiri.
Atau mungkin itulah saatnya
kita akan diejek oleh orang yang lebih muda dan lebih pandai dari kita.
Aku hanya ingin menyampaikan,
Bahwa kau selalu memiliki
dirimu sendiri.
Kau hanya perlu menyadari
keberadaan dirimu yang selalu berada di sisimu,
Dengan setia menemani dan
berbagi suka dan duka,
Menanggung beban itu
bersamamu,
Dan turut bergembira
bersamamu.
Kau selalu memiliki dirimu
sendiri disaat kau dalam kesedihan hati dan kondisi krisis.
Berpalinglah pada dirimu
sendiri ketika kau menemui jalan buntu.
Ia akan selalu menyambutmu
dengan tangan terbuka.
Dan bila saat itu terjadi,
Itulah momen terindah
sepanjang hidup seorang manusia.
Ketika kita kembali diterima
oleh diri kita sendiri yang telah lama kita hianati dan tinggalkan.
Inilah kisah hidupku.
Kisah yang sederhana saja.
Bagaimana dengan dirimu,
wahai kawanku?
© Hak Cipta HERY SHIETRA.