JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

When We Forget How to Smile and Laugh

Bitter enough of this life,
Do not forget to smile.
Even if we feel a deep disappointment,
Mind to ourselves to continue to laugh and smile.
As bad as any circumstances that befall us,
Strengthen ourselves to keep smiling and laughing.
Life is hard and heavy, it's been quite a burden for our shoulders.
We do not need to burden yourself by being sullen and morose in protracted.
Maybe all of this has made us tired,
And we feel too tired to laugh or smile.
The disappointment continued with another disappointment we meet,
Or various dirtiness of human behavior that appears incessantly,
Make ourselves compelled to confine ourselves to no longer be treated badly by the outside world.
We began to no longer believe in the values of virtue and honesty that makes ourselves just swallow disappointment.
We also began to experience value disorientation,
When the bad guys win for the sake of grandeur,
While the good guys defeat and lead to downfall.
We began to give up on one's ideals,
Dumped and become a pragmatist.
Then we began to recognize the grief,
Depression,
frustrated,
Hopeless,
Anger,
Cursing,
Hysterical,
Cry,
And tears.
Life is not as nice as what we imagine when attending kindergarten.
Fairy tales that never materialized.
The world of reality which is far from ideal world.
But the world keeps turning.
And time is running and racing.
While the future is still a long stretch.
There are still many steps that we need to go and treads.
And the most important,
God of death has not come to us.
Heart in our chest are still struggling to give us a breath.
Fire spirit of life, still on despite almost extinguished.
And we have a responsibility for the future of ourselves.
There are times when ourselves falling and wailing,
And there is also the time for ourselves to back up and continue the struggle.
Back to take steps to continue living.
Do not forget to smile and still being able to laugh in every opportunity.
Slip a smile in every moment we have.
Even the man who was lying down sick,
Retains the right to laugh and be merry.
As long as we are still able to breathe,
We can still laugh,
At least give a warm smile for ourselves.
Do not let us no longer able to remember how to smile and laugh happily.
At least we can say to ourselves,
How ridiculous this life.
The harshness of life and the pressures of life that befall us, makes us feel no longer have time to take a breath for a moment, and smiled to ourselves or just to share a laugh with the people closest to us.
Modern age has much to offer. Various technological sophistication, skyscrapers, entertainment centers scattered in various parts of the city, stunning television programs, songs and music which increasingly enchanting, access to the world be no barriers of space and time through the advancement of the Internet, the speed of vehicles approaching the speed of sound, but at the same time we are increasingly alienated from the world of our own lives.
Various sophistication and sparkle the world offered by this modern era at the same time it has also claimed the smiles and laughter of our lips, replace it with a fast growing facial wrinkles and graying hair faster than the time it should be, because of the stress and frustration we encountered.
We start uncommon to smile, maybe even we started to not remember the last time we laugh freely in nature which is filled with flora and fauna. Life is no longer a colorful, yet full of falsity and emptiness. Rainbow colors faded. Feeling lonely in the middle of the urban buzz of the city. The phenomenon which was never encountered by the generations of our predecessors.
Natural ecosystems has been turned into a concrete jungle. Similarly with the human ecosystem, smiles and laughter has become something very costly. The modern era has made us feel strange with smiles and laugh, a very high price we have to pay for all the sophistication and elegance offered the glitzy world that increasingly puzzling.

© HERY SHIETRA Copyright.

Sepahit apapun hidup ini,
Jangan lupa untuk tersenyum.
Sekalipun kita merasakan kekecewaan mendalam,
Tekadkan diri kita untuk tetap dapat tertawa dan tersenyum.
Seburuk apapun keadaan yang menimpa kita,
Kuatkan diri kita dengan tetap tersenyum dan tertawa.
Hidup yang keras dan berat ini sudah cukup membebani pundak kita.
Kita tidak perlu lagi membebani diri dengan bersikap cemberut dan murung secara berlarut-larut.
Mungkin semua ini telah membuat kita letih,
Dan kita merasa terlampau letih untuk tertawa ataupun tersenyum.
Kekecewaan demi kekecewaan yang kita jumpai,
Atau berbagai kekotoran perilaku manusia yang ditampilkan tiada hentinya,
Membuat diri kita terdorong untuk mengurung diri agar tidak lagi diperlakukan secara buruk oleh dunia luar.
Kita mulai tidak lagi percaya akan nilai-nilai kebajikan dan kejujuran yang membuat diri kita hanya menelan kekecewaan.
Kita juga mulai mengalami disorientasi nilai,
Ketika orang-orang jahat meraih kemenangan demi keagungan,
Sementara orang baik mengalami kekalahan dan kejatuhan.
Kita pun mulai menyerah pada idealisme diri,
Mencampakkannya dan menjadi seorang pragmatis.
Selanjutnya kita mulai mengenal kesedihan,
Depresi,
Frustasi,
Putus asa,
Kemarahan,
Mengutuk,
Teriakan histeris,
Tangis,
Dan air mata.
Hidup ini memang tidak seindah apa yang kita bayangkan saat di bangku taman kanak-kanak.
Dongeng yang tak pernah terwujud.
Dunia realita yang jauh dari dunia ideal.
Namun dunia terus berputar.
Dan waktu terus berjalan dan berpacu.
Sementara masa depan masih terbentang panjang.
Masih banyak tapak langkah yang perlu kita tempuh.
Dan yang paling penting,
Dewa kematian belum mendatangi diri kita.
Jantung di dada kita masih berjuang keras memberi kita nafas.
Api semangat hidup masih menyala meski hampir padam.
Dan kita memiliki tanggung jawab atas masa depan diri kita sendiri.
Ada saat diri kita jatuh dan meratap,
Dan ada saatnya pula bagi diri kita untuk kembali bangkit dan melanjutkan perjuangan.
Kembali mengambil langkah kehidupan.
Jangan lupa untuk tersenyum dan tetaplah untuk mampu tertawa dalam setiap kesempatan yang ada.
Selipkan senyum dalam setiap momen yang kita miliki.
Bahkan orang yang sedang terkapar sakit,
Tetap berhak untuk tertawa lepas dan bergembira.
Selama diri kita masih mampu bernafas,
Kita masih dapat tertawa,
Setidaknya memberi senyum hangat bagi diri kita sendiri.
Jangan sampai kita tidak lagi mampu mengingat bagaimana caranya untuk tersenyum dan tertawa gembira.
Setidaknya kita dapat mengatakan pada diri kita sendiri,
Betapa konyolnya kehidupan ini.
Kerasnya hidup dan berbagai tekanan hidup yang menimpa diri kita, membuat kita merasa tidak lagi memiliki waktu untuk mengambil nafas untuk sejenak, dan tersenyum pada diri kita sendiri atau sekadar untuk berbagi tawa dengan orang-orang terdekat kita.
Zaman modern menawarkan banyak hal. Berbagai kecanggihan teknologi, gedung pencakar langit, pusat hiburan yang bertebaran di berbagai penjuru kota, tayangan televisi yang memukau, lagu dan music yang kian mempesona, akses terhadap dunia menjadi tiada sekat ruang maupun waktu lewat kemajuan internet, kecepatan kendaraan yang mendekati kecepatan suara, namun disaat bersamaan kita semakin teralienasi dari dunia hidup kita sendiri.
Berbagai kecanggihan dan gemerlap dunia yang ditawarkan oleh era modern ini justru disaat bersamaan juga telah merenggut senyum dan tawa dari bibir kita, menggantinya dengan wajah yang kian cepat berkeriput dan rambut yang memutih lebih cepat daripada waktu yang semestinya, dikarenakan stres dan frustasi yang kita jumpai.
Kita semakin jarang tersenyum, bahkan mungkin juga kita mulai tidak ingat kapan terakhir kalinya kita tertawa lepas di alam bebas yang penuh dengan flora dan fauna. Hidup tidak lagi penuh warna, namun penuh oleh kepalsuan dan kekosongan. Warna pelangi yang memudar. Merasa kesepian di tengah hirup pikuk kota urban. Fenomena yang tidak pernah dijumpai para generasi sebelum kita.
Ekosistem alam telah berubah menjadi hutan beton. Begitupula dengan ekosistem manusia, senyum dan tawa kini menjadi sesuatu yang mahal harganya. Era modern telah membuat kita merasa asing dengan senyum dan tawa, sebuah harga yang sangat mahal telah kita bayarkan untuk segenap kecanggihan dan kemewahan yang ditawarkan gemerlap dunia yang kian membingungkan ini.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.