JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

Immerse Oneself in the Mire of Lies

We always said,
That we like to be treated fairly,
That we speak honestly and benevolent,
That we demanding that treated humanely.
But why,
Many of us,
Precisely deceive others,
Hurt others,
Slander others,
Stealing other people's rights?
If we feel sick and wounded heart,
When treated dishonestly,
So why are we just being dishonest to others?
We will be upset and angry,
When slandered,
Deceived and manipulated.
But many people who live by misrepresenting and has a habit of slandering others.
As if,
He would not be able to survive without lies and slandering others.
Is a healthy pleasure,
Looking for excitement with slander and harming others?
Is not such character and habits, is a deviant behavior?
You might say that the mendacious nature of others,
As the disease.
But why yourself maintain a disease of lies and falsehood?
What kind of pleasure, which is actually obtained by being false and full of lies?
Is not it means we mortgaged the generous nature of our own character, for the sake of ego that ridiculous?
As if nature deceitful liar and has become an integral character of yourself,
Even superficial traits make it as self-identity and mental character.
Did not say,
If we do not like a liar,
But if at the same time, we ourselves are a liar,
It means we hate about ourselves,
And when we hate ourselves,
We may not really be honest to love others.
All become mere polished,
Craftiness,
deception,
Lie wrapped with all falsehood.
The more beautiful outer wrap,
Increasingly deadly trick and cunning nature.
That was later called,
Living in falsehood.
Even,
Without shame,
That is the most deadly disease of the liar and those who love to malign.
All the rotten way to do,
For the purpose of ego contentment itself,
Even bear the expense of the closest people themselves.
Like a sink in the mud of lies and corruption,
Make himself immersed more deeply,
Like mud suckers, which suck the culprit deeper and deeper,
Until eventually ensnare,
Without being able to escape from the sucking mud,
And died with him,
Ending his life history,
As a liar and slanderer genuine.
Lying and slandering is as easy as someone singing a song,
But its impact is extraordinary,
Can hurt and harming others whom heard it.
This is a lethal weapon a human,
Backfire for himself.
That is why the adage went on to say,
The mouth of yours,
Is like a tiger can tear yourself to pieces.
Have you witnessed,
A plant that looks attractive to insects to approach,
But That is a trap,
That carnivorous plants, pounced on an insect which fooled when approached and landed on it.
As it was, too,
Pleasure behind the nature of a lie.
Beginning adorable, bitterness in the end.

© HERY SHIETRA Copyright.

Kita mengatakan,
Bahwa kita suka diperlakukan secara jujur,
Bahwa kita berbicara jujur dan penuh kebajikan,
Bahwa kita menuntut agar diperlakukan secara manusiawi.
Namun mengapa,
Banyak diantara kita,
Justru menipu orang lain,
Menyakiti orang lain,
Memfitnah orang lain,
Mencuri hak orang lain?
Bila kita merasa sakit dan hati terluka,
Ketika diperlakukan tidak jujur,
Lantas mengapa kita justru bersikap tidak jujur terhadap orang lain?
Kita akan marah dan murka,
Bila difitnah,
Dibohongi dan dimanipulasi.
Namun banyak manusia yang hidup dengan cara berbohong dan memiliki kebiasaan memfitnah orang lain.
Seakan,
Dirinya tidak akan mampu bertahan hidup tanpa berdusta dan memfitnah orang lain.
Apakah kesenangan yang sehat,
Mencari kegembiraan dengan cara memfitnah dan melukai orang lain?
Bukankah karakter dan kebiasaan demikian adalah perilaku yang menyimpang?
Anda mungkin mengatakan bahwa sifat penuh dusta orang lain,
Sebagai penyakit.
Namun mengapa Anda sendiri memelihara penyakit kebohongan dan dusta?
Kesenangan semacam apa yang sebenarnya diperoleh dengan bersikap bohong dan penuh dusta?
Bukankah artinya kita menggadaikan keluruhan karakter kita sendiri demi ego yang konyol?
Seakan sifat pembohong dan penuh dusta telah menjadi satu kesatuan karakter diri Anda,
Bahkan menjadikan sifat-sifat dangkal itu sebagai identitas dan jati diri.
Bukankah artinya,
Bila kita tidak menyukai seorang pembohong,
Namun bila disaat bersamaan, diri kita sendiri adalah seorang pendusta,
Sama artinya kita benci terhadap diri kita sendiri,
Dan ketika kita membenci diri kita sendiri,
Tidak mungkin kita benar-benar bersikap jujur untuk mencintai orang lain.
Semua menjadi polesan belaka,
Tipu muslihat,
Pengelabuan,
Kebohongan yang dibalut dengan segala kepalsuan.
Semakin indah bungkus luarnya,
Semakin mengelabui dan mematikan.
Itulah yang kemudian disebut dengan,
Hidup dalam kepalsuan.
Bahkan,
Tanpa rasa malu,
Itulah penyakit paling mematikan dari seorang pendusta dan mereka yang gemar memfitnah.
Segala cara yang busuk dilakukan,
Demi mencapai tujuan kepuasan ego dirinya sendiri,
Bahkan tega mengorbankan orang-orang terdekatnya sendiri.
Bagai membenam diri dalam lumpur dusta dan kebusukan,
Menjadikan dirinya terbenam makin dalam lagi,
Bagai lumpur hidup yang menarik pelakunya lebih dalam dan lebih dalam lagi,
Sampai akhirnya menjerat,
Tanpa dapat lepas dari lumpur hidup itu,
Dan tewas bersamanya,
Mengakhiri riwayat hidupnya,
Sebagai seorang pembohong dan pemfitnah tulen.
Berbohong dan memfitnah adalah semudah seseorang melantunkan lagu,
Namun dampaknya sangat luar biasa,
Dapat menyakiti dan melukai orang lain yang mendengarnya.
Inilah senjata mematikan seorang manusia,
Yang menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
Itulah sebabnya pepatah kemudian mengatakan,
Mulut milikmu,
Adalah bagaikan harimau yang dapat menerkam dirimu sendiri.
Pernahkah kau menyaksikan,
Sebuah tumbuhan yang tampak menarik bagi serangga untuk mendekat,
Namun itu adalah perangkap,
Tumbuhan karnivora itu menerkam serangga yang terkecoh untuk mendekat dan hinggap di atasnya.
Seperti itu jugalah,
Kesenangan dibalik sifat dusta.
Manis diawal, pahit pada akhirnya.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.