JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

Our Supreme Question About Life

The most frightening of life in this uncertain world,
It is not when we face tremendous fatigue when traveling,
But when we do not know the direction of the journey of our lives.
Are we born,
Just to be the object of the game of life?
Are we born into this world,
Just to worship God?
Are we born with all these limitations,
Just to taste how miserable life is,
And how unfair life treats us?
Are we born with these eyes, ears, and feelings,
Just to see how good people are struck by misfortune and calamities,
Just to hear how the bad guys are always overwhelmed with luck and success in their lives.
Are we born into this crazy world,
Just to prove how disgusting this world is,
As if we ever asked to be born?
Why are we never asked,
To choose,
Whether we are willing or not,
To be born and born?
Born only to feel the droplets of sweat and tears,
Learn to walk,
Learn to read,
Go to school,
Grown up,
Married,
Work,
Taking care of the child,
Getting older,
Become ill,
And facing death.
Would not it be more beautiful if all these ridiculous rituals ended?
We embrace a religion,
In the hope of being free from suffering.
But for what we keep insisting on having a religion,
If we continue to be overwhelmed by the suffering of life.
If the purpose of our life,
It is to worship God,
Yet God continues to be unfair,
Instead siding with those who are evil,
And continue to inflict a lot of misfortune on good honest people,
Will not it be the luckier of those who never got born into this world?
Why God, not experimenting and tempting himself?
Are we born just to be God's guinea pigs?
As a child,
We assume that being mature is our purpose in life.
When growing up,
We find that adult life is so dirty,
Idealism is just a garbage that leads us to a series of disappointments,
And start thinking that getting married and having children is our life purpose.
When we have beautiful wives and handsome husbands,
As well as good-natured children,
We remain filled with dissatisfaction,
Mastered by suffering,
Start destroying and breaking anything we meet.
Even begin to hate and hurt ourselves.
Are not all is not funny?
Are we born,
Just to find that life is a joke?
Religion is only able to offer promises,
Instead of offering a solution, it complicates the situation with his teachings to plunge into the valley of suffering,
As if life has not suffered enough for the living.
Heaven and hell are just fairy tales,
There is no evidence of its existence.
Even God just sit still while watching,
When the wicked man pounces and preys on the good man.
When the human world is full of injustice,
So on the basis of what belief,
We believe that nature after death will offer justice for us?
The doctrine that life is a pain,
It is not a truth,
Because only worsen the situation,
As if life is not suffering enough to be added with such words.
Whether to immerse themselves in suffering,
Will lead us to enlightenment?
As far as I know,
We never need to be given any more pain,
Because life itself is so oppressive.
When suffering is enlightenment,
Then everyone should have attained sainthood,
Because everyone is suffering.
If you ask me,
What is the purpose of my life,
I do not know what is the purpose of life,
And I will not be able to answer it if anyone asks.
But what I now know,
A dog though,
Will avoid pain,
And always approaching the sense of serenity.
We never need to say anything about that life is suffering.
Allied with suffering,
Just got the misery.
That's all the truth I can now feel.
I do not know what our life purpose is. But all I know is that we do not have to suffer in this life. We never know whether it is true or not, there is life after death. If human life is not fair, is there a fair heaven?

© HERY SHIETRA Copyright.

Yang paling menakutkan dalam kehidupan di dunia yang serba tidak pasti ini,
Bukanlah ketika kita menghadapi rasa letih yang luar biasa ketika melakukan perjalanan,
Namun ketika kita tidak tahu arah tujuan perjalanan hidup kita.
Apakah kita terlahir,
Hanya untuk menjadi objek permainan kehidupan?
Apakah kita terlahir ke dunia ini,
Hanya untuk menyembah Tuhan?
Apakah kita terlahir dengan segala keterbatasan ini,
Hanya untuk mencicipi betapa menderitanya kehidupan,
Serta betapa tidak adilnya kehidupan memperlakukan kita?
Apakah kita terlahir dengan mata, telinga, dan perasaan ini,
Hanya untuk melihat bagaimana orang baik tertimpa berbagai musibah dan kemalangan,
Hanya untuk mendengar bagaimana orang-orang jahat senantiasa diliputi keberuntungan dan keberhasilan dalam hidup mereka.
Apakah kita terlahir ke dunia yang gila ini,
Hanya untuk membuktikan betapa memuakkannya dunia ini,
Seakan kita pernah meminta untuk dilahirkan?
Mengapa kita tidak pernah dimintai pertanyaan,
Untuk memilih,
Apakah kita bersedia atau tidak,
Untuk terlahir dan dilahirkan?
Terlahir hanya untuk merasakan tetesan keringat dan air mata,
Belajar berjalan,
Belajar membaca,
Bersekolah,
Beranjak dewasa,
Menikah,
Bekerja,
Mengurus anak,
Menjadi tua,
Sakit-sakitan,
Dan menghadapi ajal.
Bukankah alangkah lebih indah bila semua ritual konyol ini diakhiri saja?
Kita memeluk suatu agama,
Dengan harapan dapat bebas dari derita.
Namun untuk apa kita tetap bersikukuh menyatakan memiliki agama,
Bila kita terus dikuasai oleh penderitaan hidup.
Bila tujuan hidup kita,
Ialah untuk menyembah Tuhan,
Namun Tuhan terus bersikap tidak adil,
Dengan justru memihak mereka yang jahat,
Dan terus menimpakan berbagai ketidakmujuran pada orang-orang baik yang jujur,
Maka bukankah akan lebih mujur mereka yang tidak pernah sempat terlahir ke dunia ini?
Mengapa Tuhan tidak bereskperimen dan mencoba-coba dirinya sendiri?
Apakah kita dilahirkan hanya untuk menjadi kelinci percobaan Tuhan?
Ketika masih kecil,
Kita berasumsi bahwa menjadi dewasa adalah tujuan hidup kita.
Ketika beranjak dewasa,
Kita mendapati bahwa kehidupan manusia dewasa adalah demikian kotor,
Idealisme hanya segumpal sampah yang mengantarkan kita pada serangkaian kekecewaan,
Dan mulai berpikir bahwa menikah dan memiliki anak adalah tujuan hidup kita.
Ketika kita memiliki istri yang cantik dan suami yang tampan,
Serta anak-anak yang baik hati,
Kita tetap diliputi ketidakpuasan,
Dikuasai penderitaan,
Mulai merusak dan menghancurkan apapun yang kita jumpai.
Bahkan mulai membenci dan menyakiti diri kita sendiri.
Bukankah semua adalah tidak lucu?
Apakah kita terlahir,
Hanya untuk mendapati bahwa hidup adalah sebuah lelucon?
Agama hanya mampu menawarkan janji-janji,
Alih-alih menawarkan solusi, justru memperkeruh keadaan dengan ajarannya untuk menceburkan diri ke dalam lembah penderitaan,
Seakan hidup ini belum cukup menderita bagi yang masih hidup.
Surga dan neraka hanyalah dongeng,
Yang tidak pernah ada satupun bukti keberadaannya.
Bahkan Tuhan hanya duduk diam sambil menonton,
Ketika manusia yang jahat menerkam dan memangsa manusia yang baik hati.
Bila dunia manusia penuh ketidakadilan,
Maka atas dasar keyakinan apakah,
Kita meyakini bahwa alam setelah kematian akan menawarkan keadilan bagi kita?
Ajaran yang mengatakan bahwa hidup adalah derita,
Bukanlah sebuah kebenaran,
Karena hanya memperkeruh keadaan,
Seakan hidup ini belum cukup menderita sehingga harus ditambah dengan perkataan demikian.
Apakah membenamkan diri dalam penderitaan,
Akan membawa kita pada pencerahan?
Setahuku,
Kita tidak pernah perlu diberi penderitaan apapun lagi,
Karena hidup itu sendiri sudah demikian menyesakkan.
Bila penderitaan adalah pencerahan,
Maka semua orang semestinya telah mencapai kesucian,
Karena semua orang mengalami penderitaan.
Bila kau bertanya padaku,
Apa tujuan hidupku,
Aku tidak tahu apa itu tujuan hidup,
Dan aku tidak akan mampu menjawabnya bila ada yang bertanya.
Namun yang kini aku ketahui,
Seekor anjing sekalipun,
Akan menghindari rasa sakit,
Dan senantiasa mendekati rasa tenteram.
Kita tidak pernah butuh perkataan apapun mengenai bahwa kehidupan adalah penderitaan.
Bersekutu dengan penderitaan,
Mendapat penderitaan.
Itu saja kebenaran yang kini dapat kurasakan.
Aku tidak tahu apa yang menjadi tujuan hidup kita. Namun yang kutahu, kita tidak perlu menderita di kehidupan ini. Kita tidak pernah tahu apakah benar atau tidaknya, ada kehidupan selanjutnya setelah kematian. Bila kehidupan manusia tidak adil, adakah surga yang adil?


© Hak Cipta HERY SHIETRA.