Greed and greedy, always start from a misperception,
As if they needed something they did not really need,
Or, because he looked more important and more special than others.
Greed is always rooted in ignorance,
The inner ignorance that makes a person mistaken in looking at himself.
Essentially, ignorance resembles a fire that can burn and be dangerous.
Meanwhile, greed is like gasoline, when we pour gasoline into a flaming fire,
Then the fire will burn even more and be able to burn anything that is nearby.
That is also,
The greedy feeling that when we follow and surrender to the greed,
Then the greed will be bigger,
And make us will demand far more.
Greed will never be satisfied when we follow.
The greed will be extinguished when we do not give him the energy to keep burning.
Even,
Someone feels better to kill himself just because his will is not fulfilled.
Although,
Our ancestors can survive without any technological sophistication as it is today.
We are born in the modern era,
Precisely not feeling happy,
Because we demand too much than the ancestors of our predecessors.
Even,
Someone is desperate to steal and deceive others,
Just for the sake of living in luxury, from the proceeds of the crime.
Allowing the greed to overwhelm us,
It means making ourselves selfish to ourselves.
How come,
We allow ourselves in the foreseeable future to endure its dire consequences, only to satisfy ourselves temporarily and temporally.
If we can not say that being greedy is synonymous with being selfish about ourselves,
Then,
We want to translate greed as what?
The problem is,
Many of us even fail to realize the sense of greed in their own hearts and minds.
We can never translate the greed, if we do not first realize that we are overwhelmed and be controlled with greed, hijack our common sense and awareness.
Get up, we do not need all that to be happy.
Happiness never knows the terms.
We deserve to be happy in simplicity.
©
HERY SHIETRA Copyright.
Ketamakan dan rasa tamak, selalu bermula dari salah persepsi,
Seakan dirinya membutuhkan sesuatu yang sebetulnya tidak ia butuhkan,
Atau, karena dirinya memandang lebih penting dan lebih istimewa dari orang lain.
Ketamakan selalu berakar dari kebodohan batin,
Kebodohan batin yang membuat seseorang keliru dalam memandang dirinya sendiri.
Pada dasarnya, kebodohan batin menyerupai api yang dapat membakar dan berbahaya.
Sementara, ketamakan adalah bensin yang ketika kita menyiramkan bensin itu kepada api yang menyala,
Maka api itu akan menyala lebih besar lagi dan mampu membakar apapun yang berada di dekatnya.
Artinya pula,
Rasa tamak yang bila kita ikuti dan menyerah tunduk pada ketamakan itu,
Maka rasa tamak itu akan semakin besar,
Dan membuat kita akan menuntut jauh lebih banyak lagi.
Rasa tamak tidak akan pernah terpuaskan ketika kita ikuti.
Rasa tamak akan padam ketika kita tidak memberinya energi untuk terus menyala.
Bahkan,
Seseorang merasa lebih baik membunuh dirinya sendiri hanya karena segela kemauannya tidak terpenuhi.
Meski,
Para nenek moyang kita dapat tetap bertahan hidup dengan bahagai tanpa segala kecanggihan teknologi seperti sekarang ini.
Kita yang terlahir di era modern,
Justru tidak merasa bahagia,
Karena kita menuntut terlampau banyak ketimbang para nenek moyang pendahulu kita.
Bahkan,
Seseorang nekat untuk mencuri dan menipu orang lain,
Hanya demi dapat hidup secara mewah dari hasil kejahatan tersebut.
Membiarkan rasa tamak menguasai diri kita,
Sama artinya membuat diri kita bersikap egois terhadap diri kita sendiri.
Bagaimana tidak,
Kita membiarkan diri kita sendiri dimasa mendatang harus menanggung konsekuensi buruknya, hanya demi memuaskan diri kita sendiri yang secara seaat dan temporer ini.
Jika kita tidak dapat mengatakan bahwa bersikap tamak, sama artinya dengan bersikap egois terhadap diri kita sendiri,
Lalu,
Kita mau menerjemahkan rasa tamak itu sebagai apa?
Masalahnya,
Banyak diantara kita yang bahkan gagal untuk menyadari rasa tamak di dalam hati dan pikirannya sendiri.
Kita tidak akan pernah dapat menerjemahkan rasa tamak itu bila kita tidak terlebih dahulu menyadari bahwa diri kita sedang diliputi dan dikuasai perasaan tamak yang membajak akal sehat dan kesadaran kita.
Bangunlah, kita tidak butuh semua itu untuk berbahagia.
Kebahagiaan tidak pernah mengenal syarat.
Kita berhak untuk merasa bahagia dalam kesederhanaan.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.