JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

Digging Their Own Graves, Never Worth Demanding to be Pitied

It is very naive to think or even assume,
That hurt others can only be done physically,
It's like hitting someone's stomach or slapping someone's face.
It is equally naive to assume that we can not hurt people we do not recognize.
Instead,
The crime rate is high for victims who do not know the perpetrators of their crimes.
Hurt others,
It can even be done very easily,
Like attacking others with harsh or abusive speech,
Even a person's vision can be hurt simply by directing a blinding beam toward the two eyeballs of a person, without the need to be in direct contact with their body.
With arbitrarily,
Someone makes air pollution,
Sound pollution,
Water pollution,
Soil pollution,
Garbage pollution,
To pollute the natural environment,
To pollute the environment of the local people,
Without realizing it,
That their actions are indirect or direct,
Has hurt others,
Taking local citizens' rights about their clean air free of any pollution,
Taking citizens' rights about their clean water,
Taking the public's right to peace without any loud noise,
Takes the rights of animals to the ecosystems in which they live and grow.
Just because of the greed of a small number of people,
So many people who become victims.
When we casually do evil,
Unwilling to be aware of our actions that have hurt other beings or even injure many people indirectly,
Or even being ridiculous and denying all our bad deeds,
It means he digs his own grave every day.
The more he commits evil every day,
Day after day filled with various crimes,
So the deeper the grave hole he had dug for himself,
Until finally all the evil that he was proud of,
It will swallow itself down to the bottom of the deepest realms of hell.
The saying has long given us a message,
That someone who lives from the sword,
Will die from the same sword.
Or,
When he was reborn to Earth as a human being,
With a body deformed by many of its past acts that pollute the environment,
Should he ask for mercy from others?
When he did a lot of environmental pollution in past lives,
He never wanted to hear the screams of his victims,
Arrogantly feel entitled to take the health and safety of other sentient beings.
When in the next life he was born with an imperfect body,
The physical defect is permanently horrible,
He is only entitled to claim himself and his own behavior in past lives.
A late regret.
Is not the saying has reminded us,
To be careful,
Because regret always comes too late.
Those who neglect to appreciate and not violate the rights of other people's lives on a clean and healthy environment,
It is always worth to be reborn with a defective body.
Is not life supposed to be fair.
Dare to do,
Then must also dare to bear the consequences.

© HERY SHIETRA Copyright.

Naif sekali jika kita berpikir atau bahkan berasumsi,
Bahwa menyakiti orang lain hanya dapat dilakukan secara fisik,
Seperti memukul perut seseorang atau menampar wajah seseorang.
Adalah sama naifnya bila kita berasumsi bahwa kita tidak mungkin menyakiti orang yang tidak kita kenali.
Justru,
Tingkat kejahatan banyak terjadi terhadap korban yang tidak mengenal pelaku kejahatannya.
Menyakiti orang lain,
Bahkan dapat dilakukan dengan sangat mudahnya,
Seperti menyerang orang lain dengan ucapan yang kasar atau melecehkan,
Bahkan penglihatan seseorang dapat disakiti cukup dengan mengarahkan sinar yang menyilaukan ke arah kedua bola mata seseorang, tanpa perlu bersentuhan langsung dengan tubuh mereka.
Dengan seenaknya,
Seseorang membuat polusi udara,
Polusi suara,
Polusi air,
Polusi tanah,
Polusi sampah,
Mencemari lingkungan alam,
Mencemari lingkungan hidup para penduduk setempat,
Tanpa mau menyadari,
Bahwa perbuatan mereka secara tidak langsung maupun secara langsung,
Telah menyakiti orang lain,
Merenggut hak warga setempat atas udara yang bersih bebas dari polusi apapun,
Merenggut hak para warga atas air bersih,
Merenggut hak publik atas kedamaian tanpa suara berisik apapun,
Merenggut hak para satwa atas lingkungan ekosistem tempat mereka hidup dan bertumbuh.
Hanya karena ketamakan segelintir orang,
Demikian banyak warga yang menjadi korbannya.
Ketika dengan seenaknya kita berbuat jahat,
Tanpa mau menyadari perbuatan kita yang telah menyakiti makhluk lain atau bahkan melukai banyak orang secara tidak langsung,
Atau bahkan bersikap masak bodoh dan memungkiri semua perbuatan buruk kita,
Sama artinya dirinya setiap harinya menggali lubang kubur dirinya sendiri.
Semakin banyak ia melakukan kejahatan setiap harinya,
Hari demi hari diisi dengan berbagai kejahatan,
Maka semakin dalam lubang kubur yang telah ia gali bagi dirinya sendiri,
Sampai akhirnya semua perbuatan jahat yang dibanggakan olehnya tersebut,
Akan menelan dirinya hingga ke dasar alam neraka yang paling terdalam.
Pepatah telah lama memberi pesan pada kita,
Bahwa seseorang yang hidup dari pedang,
Akan mati karena pedang yang sama.
Atau,
Ketika ia terlahir kembali ke muka Bumi sebagai seorang manusia,
Dengan tubuh yang cacat akibat banyak perbuatannya dikehidupan lampau yang mencemari lingkungan hidup,
Apakah ia patut meminta belas kasihan dari orang lain?
Ketika ia banyak melakukan pencemaran lingkungan di kehidupan lampau,
Ia tidak pernah mau mendengar jeritan para korbannya,
Secara arogan merasa berhak untuk merenggut kesehatan dan keselamatan para makhluk hidup lainnya.
Ketika di kehidupan mendatang dirinya terlahir dengan tubuh yang tidak sempurna,
Cacat fisik secara permanen yang mengerikan,
Ia hanya berhak untuk menuntut dirinya dan perilaku dirinya sendiri di kehidupan lampau.
Suatu penyesalan yang sudah terlambat.
Bukankah, pepatah juga sudah pernah mengingatkan pada kita,
Untuk berhati-hati,
Karena penyesalan selalu datang terlambat.
Mereka yang lalai untuk menghargai dan menghormati hak hidup orang lain atas lingkungan yang bersih dan sehat,
Selalu layak untuk terlahir kembali dengan tubuh yang cacat.
Bukankah hidup memang sudah semestinya adil.
Berani berbuat,
Maka harus pula berani untuk menanggung konsekuensinya.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.