JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

The Struggle Against the Giant Dictatorship

Humans have a great body,
But it can be easily defeated by such small as bacteria or viruses.
Just like a gadget,
Large, will lose with the gadget is a small but rich in features and details.
Will be the same as,
During this time the figure of God who has been tyrannical and despotic to mankind on Earth,
Can be defeated by a small and weak human being.
We need not wait to be as powerful and as powerful as Hercules to be able to conquer a tyrant God figure.
It is enough for us not to bow to God when God is arbitrary in our lives,
And keep trying hard to plant the seed of good deeds,
Then it must be the fruit of the good deeds we picked in the end,
Will be able to protect ourselves from the dictatorship of God's arbitrariness.
Someone who never did evil,
Always diligently planting many good deeds,
And always practice sensory control practices,
Even God no longer has the power to create a disaster or a catastrophe for humans.
That is called independence from the colonialism and the tyranny of God.
Hell is a proof of God's failure to create life.
Creation,
Mentioned as according to the image and plan of God.
If from the beginning God has created hell while simultaneously with the process of human creation,
Therefore we can draw a conclusion,
From the beginning God was planning and intending to cast his own human creation into hell.
Good parents,
Even if the parent is a human being,
Will not have the heart to throw his own child into the abyss or put a disaster and give a trial to his own son.
However,
God who should be nobler than a human being,
Precisely with a threat,
With hateful tone,
With great anger,
Throwing a man of his own creation, becoming the inhabitants of the valley of hell, and suffering in it forever.
We must not surrender our fate, in the hands of a tyrant like God, who is depicted to be angry and deliver a natural disaster and a great disaster to Earth.
We must not let go, the figure capricious, full of anger and hatred as God often threatening, commanding, and punish.
If God is not so patient, unforgiving, not compassionate,
So do not be surprised if humans imitate the nature of God who is hostile, angry, likes to threaten, and harm other creatures for the sake of self.
That is why,
Humans have always been able to behave more nobly than their own creator God,
By moving against the will of God,
That is struggling to achieve freedom from the hand of God.

© HERY SHIETRA Copyright.

Manusia memiliki tubuh yang besar,
Namun bisa dengan mudahnya dikalahkan oleh yang demikian kecil seperti bakteri ataupun virus.
Sama seperti sebuah gadget,
Yang berukuran besar akan kalah dengan gadget berukuran kecil namun kaya akan fitur dan detail.
Akan menjadi sama halnya,
Selama ini sosok Tuhan yang telah bersikap tiran dan lalim terhadap umat manusia di Bumi,
Dapat dikalahkan oleh seorang manusia yang kecil dan lemah.
Kita tidak perlu menunggu dapat menjadi sekuat dan seperkasa Hercules untuk mampu menaklukkan figur dari Tuhan yang tiran.
Cukup bagi kita untuk tidak bertekuk lutut pada Tuhan ketika Tuhan bersikap sewenang-wenang pada hidup kita,
Dan terus berusaha keras menanam benih perbuatan baik,
Maka pastilah buah perbuatan baik yang kita petik pada akhirnya,
Akan mampu melindungi diri kita dari diktatoriat kesewenang-wenangan Tuhan.
Seseorang yang tidak pernah berbuat jahat,
Selalu dengan rajin banyak menanam perbuatan baik,
Dan senantiasa melatih praktik pengontrolan indera,
Maka Tuhan pun tidak lagi memiliki kekuasaan untuk menciptakan bencana ataupun petaka bagi manusia tersebut.
Itulah yang disebut dengan kemerdekaan dari penjajahan dan tirani Tuhan.
Neraka adalah bukti kegagalan Tuhan dalam menciptakan kehidupan.
Penciptaan,
Disebutkan sebagai sesuai dengan gambaran dan rencana Tuhan.
Bila dari sejak awal Tuhan telah menciptakan neraka disaat bersamaan dengan proses penciptaan manusia,
Oleh karenanya dapat kita tarik sebuah kesimpulan,
Sejak awal Tuhan memang berencana dan berniat untuk melempar manusia ciptaannya sendiri ke dalam neraka.
Orangtua yang baik,
Sekalipun orangtua tersebut adalah seorang manusia,
Tidak akan tega untuk melempar anaknya sendiri ke dalam jurang ataupun menimpakan bencana dan memberi cobaan kepada anaknya sendiri.
Namun,
Tuhan yang semestinya lebih mulia dari seorang manusia,
Justru dengan penuh ancaman,
Dengan penuh nada kebencian,
Dengan penuh kemarahan,
Melempar manusia ciptaannya sendiri menjadi penghuni lembah neraka dan menderita didalamnya untuk selamanya.
Kita tidak boleh menyerahkan nasib kita, di tangan sosok yang tiran seperti sosok Tuhan yang digambarkan mampu marah dan memberikan bencana alam serta petaka besar ke Bumi.
Kita tidak boleh bersikap pasrah pada sosok yang sukar ditebak dan demikian penuh kemarahan dan kebencian seperti Tuhan yang kerap mengancam, memerintah, dan menghukum.
Bila Tuhan demikian tidak penyabar, tidak pemaaf, tidak penuh welas asih,
Maka tidak heran bila manusia meniru sifat Tuhan yang penuh permusuhan, pemarah, gemar mengancam, dan mencelakai makhluk lain demi keinginan diri sendiri.
Itulah sebabnya,
Manusia selalu mampu bersikap lebih mulia daripada Tuhan penciptanya sendiri,
Dengan cara bergerak melawan kehendak Tuhan,
Yakni berjuang mencapai kebebasan dari cengkeraman tangan Tuhan.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.