We need not be obsessed not to be scolded by others.
Because it's just as crazy as the obsession to be able to please everyone we meet.
The greedy people,
Nothing can be made happy, no matter how lucky they have.
People who want to deceive us,
Will be angry when he failed to deceive us.
People who want to blackmail us,
Will be angry when we are not willing to be exploited by them.
People who want to hurt us,
Will get angry when they do not manage to hurt us.
People who want to steal our property,
It will be angry to us, when we are not silent against the theft committed by them.
At such times,
We need to remember,
That if they feel entitled to scold us,
Then we are also entitled to be angry toward them.
There are two types of people,
Man with the first type, with no shame,
Be angry and scold others,
Even if the other person is actually the victim of an angry person.
Meanwhile,
Man with the second type, will see the situation objectively and justly,
Recognizing that others are also entitled to be treated humanely and respected for their dignity,
As he also demands to be respected and appreciated his dignity and prestige.
Already many news circulating,
A girl,
Killed by a man,
Just because the girl rejects the man's love.
The man is angry and hates,
Even feel revenge on the girl,
Because the girl is not willing to be his lover.
Learning from the experience,
We can draw a conclusion as learning,
That we are not forever scolded because we have done wrong,
But they are angry and scold us for their own inner greed.
If they are angry because of the defilements of themselves,
So it's none of our business,
And let them eat their own anger.
The defilements and anger are their own,
It is not ours,
And we do not need to ignore their kind of garbage.
Let them be angry,
Or even scold us,
Because we begin to realize that when we are scolded, it does not mean that mistakes are always on our side.
Think of a mad man who is angry,
No more than that.
Is not it just a fool, who serves the insults of the mentally ill?
Then,
No wonder when we come across a social phenomenon in the community and neighborhood we live in,
A car thief who reported to police,
Coming back to the victim's residence,
And get angry and take a fight with the owner of the house,
Even threatened to kill the victim for having reported the perpetrator who was recorded CCTV cameras have stolen the car at the victim's home.
That is, when the culprit is courageous and feels entitled to cursing and scolding his victim.
When we become or feel scared and frightened when scolded by people like that,
So what happens is actually two folly.
The first,
It is the defilement of the criminals who scold us,
And ignorance or the second defilement,
Is the fear in us, which is actually a mistranslation of the situation we face.
©
HERY SHIETRA Copyright.
Kita tidak perlu terobsesi untuk tidak dimarahi oleh orang lain.
Karena itu sama gilanya dengan obsesi untuk mampu menyenangkan setiap orang yang kita jumpai.
Orang-orang tamak,
Tidak akan dapat dibuat senang, sebanyak apapun keberuntungan yang ia miliki.
Orang-orang yang hendak menipu kita,
Akan marah ketika dirinya gagal menipu kita.
Orang-orang yang hendak memeras kita,
Akan marah ketika kita tidak bersedia dieksploitasi oleh mereka.
Orang-orang yang hendak menyakiti kita,
Akan marah ketika kita tidak berhasil mereka sakiti.
Orang-orang yang hendak mencuri hak milik kita,
Akan marah kepada kita ketika kita tidak berdiam diri menghadapi pencurian oleh mereka.
Disaat seperti demikian,
Kita perlu ingat,
Bahwa jika mereka merasa berhak untuk memarahi kita,
Maka kita pun berhak untuk marah terhadap mereka.
Ada dua tipe manusia,
Manusia dengan tipe yang pertama, dengan tanpa mengenal rasa malu,
Akan marah dan memarahi orang lain,
Sekalipun orang lain tersebut justru menjadi korban dari ketamakan diri orang yang marah.
Sementara itu,
Manusia dengan tipe yang kedua, akan melihat keadaan secara objektif dan berkeadilan,
Dengan menyadari bahwa orang lain juga berhak untuk diperlakukan secara manusiawi dan dihormati harkat serta martabatnya,
Sebagaimana dirinya pun menuntut untuk dihormati dan dihargai harkat serta martabatnya.
Sudah banyak beredar kabar berita,
Seorang gadis,
Dibunuh oleh seorang pria,
Hanya karena sang gadis menolak perasaan cinta sang pria.
Sang pria marah dan benci,
Bahkan merasa dendam pada sang gadis,
Karena sang gadis tidak bersedia untuk menjadi kekasihnya.
Belajar dari pengalaman tersebut,
Kita dapat menarik sebuah kesimpulan sebagai pembelajaran,
Bahwa tidak selamanya kita dimarahi karena kita telah berbuat keliru,
Namun mereka marah dan memarahi kita karena ketamakan batin mereka sendiri.
Bila mereka marah karena kekotoran batin diri mereka sendiri,
Maka itu bukanlah urusan kita,
Dan biarkan saja mereka memakan kemarahan mereka sendiri.
Kekotoran batin dan kemarahan itu milik mereka sendiri,
Bukanlah milik kita,
Dan kita tidak perlu menghiraukan sampah semacam mereka.
Biarkan saja mereka marah,
Atau bahkan memarahi kita,
Karena kita mulai menyadari bahwa ketika kita dimarahi, bukan berarti dengan kesalahan selalu ada pada pihak kita.
Anggap saja orang gila yang sedang marah-marah,
Tidak lebih dari itu.
Bukankah hanya orang bodoh, yang meladeni caci-maki orang sakit jiwa?
Maka,
Tidak heran lagi ketika kita menjumpai sebuah fenomena sosial di tengah komunitas dan lingkungan kita tinggal,
Seorang pencuri mobil yang dilaporkan kepada polisi,
Mendatangi kembali kediaman sang korban,
Dan marah-marah serta mengajak berkelahi sang pemilik rumah,
Bahkan mengancam akan membunuh sang korban karena telah melaporkan sang pelaku yang terekam kamera CCTV telah mencuri mobil di rumah sang korban.
Itulah, ketika pelaku kejahatan justru berani dan merasa berhak untuk memaki dan memarahi korbannya.
Ketika kita menjadi atau merasa takut dan ketakutan ketika dimarahi oleh orang-orang semacam itu,
Maka yang terjadi sebenarnya ialah dua buah kebodohan.
Yang pertama,
Ialah kekotoran batin di pelaku kejahatan yang justru memarahi kita,
Dan kebodohan atau kekotoran batin kedua,
Ialah rasa takut dalam diri kita yang merupakan salah terjemahan atas situasi yang kita hadapi.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.