If we have the habit of too quickly to conclude everything,
Then it is not an accident,
But an attitude and the nature of carelessness.
When we fill our minds with garbage,
Then the color of our mind and character will be rotten.
Just like when we put rubbish into our mouths and stomachs,
Which though feels good,
But consequently our bodies will be poisoned and fell ill.
A person is neither a pure human nor a rotten human being,
Due to his / her birth,
But because of his deeds and his behavior during his life.
No one can choose to be born in the womb of whom and in which country,
As a man or as a woman,
As a white or black person.
If indeed God exists in this world,
Then the presence or absence of God,
The wicked are still bad people.
There is someone who is evil,
Thus, the creator of the human being, is equally evil,
Evil for creating evil people,
And evil for letting bad people roam the world.
The presence or absence of God,
Good people are still good people who never hurt other living beings,
Although he does not acknowledge the existence of God,
But his good behavior has by itself glorified God.
His existence becomes a blessing and a lamp for the universe and humanitarian civilization.
When God dropped a disaster and a catastrophe for humans on Earth,
It is not God who then extends help to those who suffer,
Because God could not help,
But at the same time harming humans.
It is a human being who needs to support one another and help one another.
Humans need to watch each other,
Because God always neglects to protect people who really need help.
When God had been asleep,
So mankind must always open the eyes,
Be wary of any uncertainty in life,
Like a gamble with fate,
No one knows what madness will happen tomorrow,
Just like being played by life,
Just to survive the valley of adversity.
Some humans choose to give in to assumptions,
Bahwa Tuhan sedang memberi cobaan,
Sementara mereka yang lebih memilih untuk berdaya,
Menyadari ketidakmampuan Tuhan,
Yang justru terus mencobai manusia sepanjang sejarah kelahiran manusia sejak miliaran tahun lampau lamanya.
Selalu terdapat perbedaan antara menipu diri dengan menghibur diri.
©
HERY SHIETRA Copyright.
Bila kita memiliki kebiasaan untuk dengan terlampau cepat menyimpulkan segala sesuatunya,
Maka itu bukanlah suatu kecelakaan,
Namun sebuah sikap dan sifat kecerobohan diri.
Ketika kita mengisi pikiran kita dengan sampah,
Maka warna pikiran dan corak karakter kita akan menjadi busuk.
Sama seperti ketika kita memasukkan sampah ke dalam mulut dan perut kita,
Yang meski terasa menyenangkan,
Namun akibatnya tubuh kita akan keracunan dan jatuh sakit.
Seseorang bukan menjadi manusia yang suci ataupun menjadi manusia yang busuk,
Karena disebabkan oleh kelahirannya,
Namun karena perbuatan dan perilakunya selama hidup.
Tidak ada seorang pun yang mampu memilih untuk terlahir di dalam rahim siapa dan di negara mana,
Sebagai pria ataupun sebagai wanita,
Sebagai seseorang berkulit putih ataupun berkulit hitam.
Bila memang Tuhan itu ada di dunia ini,
Maka ada atau tidak adanya Tuhan,
Orang jahat tetaplah orang jahat.
Ada seseorang yang jahat,
Maka berarti pencipta manusia tersebut juga sama jahatnya,
Jahat karena menciptakan orang jahat,
Dan jahat karena membiarkan orang jahat berkeliaran di dunia ini.
Ada atau tidaknya Tuhan,
Orang baik tetaplah orang baik yang tidak pernah menyakiti makhluk hidup lainnya,
Sekalipun dirinya tidak mengakui eksistensi Tuhan,
Namun perilakunya yang baik telah dengan sendirinya memuliakan Tuhan.
Keberadaannya menjadi berkah dan pelita bagi semesta dan peradaban kemanusiaan.
Ketika Tuhan menjatuhkan bencana dan petaka bagi manusia di Bumi,
Bukanlah Tuhan yang kemudian mengulurkan bantuan bagi para manusia yang mengalami derita,
Karena Tuhan tidak mungkin menolong,
Namun disaat bersamaan mencelakai manusia.
Justru adalah sesama manusia yang perlu saling berjuang dan saling menolong satu sama lain.
Manusia perlu saling berjaga,
Karena Tuhan selalu lalai untuk melindungi manusia yang sedang benar-benar membutuhkan pertolongan.
Ketika Tuhan selama ini tertidur,
Maka umat manusia harus senantiasa membuka mata,
Waspada terhadap setiap ketidakpastian dalam hidup,
Bagaikan berjudi dengan nasib,
Tidak ada yang tahu kegilaan apa yang akan terjadi esok hari,
Bagaikan dipermainkan oleh kehidupan,
Sekadar bertahan dari lembah keterpurukan.
Sebagian manusia memilih untuk menyerah pada asumsi,
Bahwa Tuhan sedang memberi cobaan,
Sementara mereka yang lebih memilih untuk berdaya,
Menyadari ketidakmampuan Tuhan,
Yang justru terus mencobai manusia sepanjang sejarah kelahiran manusia sejak miliaran tahun lampau lamanya.
Selalu terdapat perbedaan antara menipu diri dengan menghibur diri.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.