JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

Knowing How to Face Ourselves

We must be aware and sensitive to conditions and situations.
Such as we need to know when to be silent,
And when to speak.
As well as,
We must know when to be ashamed to do anything,
And we must also know when to be courageous without fear.
We should feel ashamed to do evil,
Or embarrassed when criticizing someone who is demanding what really is his right to speak out.
But on another occasion,
We should not be ashamed to do good,
And also should not be ashamed to invite our friends to do good.
We should feel ashamed,
If we are corrupt,
or become a child of a corrupt person.
However,
We should never be embarrassed just for being a man imprisoned by a poor economy.
Being poor is not a crime,
As long as it does not steal food that belongs to someone else.
It was only a crime,
Become rich by stealing what is right of others.
And also,
Being a person rich in material,
Not interpreted to give him the right to harass people who are weak economic conditions.
We should be afraid to do evil,
Not afraid to be scared or afraid to uphold the truth.
Is a coward's attitude,
When we are afraid to uphold our own rights and dignity, when we are treated improperly by others.
The fools,
Feeling embarrassed for something that should be done boldly,
And feel courageous to do for everything that should be embarrassed to do.
We should be ashamed to defend the bad guys and be unjust,
Feeling embarrassed when stealing and robbing other people's rights,
Feeling shy about constantly harming others,
Feeling embarrassed to know only demanded without being demanded,
Feeling embarrassed just asking for rights without being burdened with obligations,
Feeling embarrassed when we just want to be treated justly and tolerant while at the same time we are arbitrary and intolerant,
Feeling embarrassed when we just want to talk without listening,
Feeling embarrassed to be brave enough to win a sum against someone standing alone,
Embarrassed when treating others as though they were lower than our dignity,
Feeling embarrassed when we are only able to blame others without being able to introspect ourselves.
Begin to dare to fight for ourselves.
Because,
If not we who dare to appear to uphold the dignity and rights of ourselves,
So who else can we rely on?
When the wicked people are satisfied and happy to see us hurt and fall,
So it is folly to expect them to reach out to help us.
Immediately reach out and always present for ourselves,
To protect, to appreciate, and to be a good and determined fighter to uplift and maintain our own dignity.

© HERY SHIETRA Copyright.

Kita harus bersikap peka serta sensitif terhadap kondisi dan situasi.
Semisal kita perlu tahu kapan harus diam,
Dan kapan harus bersuara.
Sama halnya,
Kita harus tahu kapan harus malu untuk berbuat sesuatu hal,
Dan kita juga juga harus tahu kapan harus bersikap penuh keberanian tanpa rasa gentar.
Kita harus merasa malu untuk berbuat jahat,
Atau malu ketika mengkritik seseorang yang sedang menuntut apa yang sebenarnya memang menjadi haknya untuk bersuara.
Namun dalam kesempatan lain,
Kita justru tidak boleh malu untuk berbuat baik,
Dan juga tidak boleh malu untuk mengajak kawan-kawan kita untuk berbuat kebaikan.
Kita harus merasa malu,
Bila kita bersikap korup,
atau menjadi anak dari seorang koruptor.
Namun,
Kita tidak pernah boleh merasa malu hanya karena menjadi seseorang yang terbelenggu oleh keadaan ekonomi yang miskin.
Menjadi miskin bukanlah sebuah kejahatan,
Sepanjang tidak mencuri makanan yang menjadi milik orang lain.
Barulah sebuah kejahatan,
Menjadi kaya dengan mencuri apa yang menjadi hak dari orang lain.
Dan juga,
Menjadi orang yang kaya akan materi,
Bukan dimaknai memberinya hak untuk melecehkan orang-orang yang lemah kondisi ekonominya.
Semestinya kita takut untuk berbuat jahat,
Bukan takut untuk dijahati ataupun takut untuk menegakkan kebenaran.
Adalah sikap seorang pengecut,
Bilamana kita takut untuk menjunjung hak serta martabat diri kita sendiri, ketika diperlakukan tidak patut oleh orang lain.
Orang-orang dungu,
Merasa malu untuk sesuatu yang semestinya dilakukan secara berani,
Dan merasa berani untuk berbuat untuk segala sesuatu yang semestinya malu untuk dilakukan.
Kita semestinya malu membela orang-orang jahat dan bersikap tidak adil,
Merasa malu ketika mencuri dan merampas hak orang lain,
Merasa malu secara terus-menerus melukai orang lain,
Merasa malu karena hanya tahu menuntut tanpa mau dituntut,
Merasa malu hanya meminta hak tanpa mau dibebani kewajiban,
Merasa malu ketika kita hanya mau diperlakukan adil dan toleran sementara disaat bersamaan kita bersikap sewenang-wenang dan intoleran,
Merasa malu ketika kita hanya mau berbicara tanpa mau mendengarkan,
Merasa malu karena hanya berani ketika menang secara jumlah melawan seseorang yang berdiri seorang diri,
Merasa malu ketika memperlakukan orang lain seakan lebih rendah derajat martabatnya daripada kita,
Merasa malu ketika kita hanya mampu menyalahkan orang lain tanpa mampu untuk introspeksi diri.
Mulailah untuk berani memperjuangkan diri kita sendiri.
Karena,
Bila bukan kita yang berani tampil untuk menjunjung martabat dan hak-hak diri kita,
Maka siapa lagi yang dapat kita andalkan?
Ketika orang-orang jahat itu merasa puas dan senang melihat kita terluka dan jatuh,
Maka adalah kebodohan mengharap agar mereka mengulurkan tangan untuk menolong kita.
Segera ulurkan tangan dan selalu hadir untuk diri kita sendiri,
Untuk melindungi, menghargai, dan menjadi pejuang yang baik dan teguh untuk mengangkat serta menjaga martabat diri kita sendiri.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.