(DROP DOWN MENU)

Do not You Feel Tired, Pacing Back and Forth To and Fro

Have you ever thought about,
Or at least in your mind,
Why should we always rely on a powerful monk in the hope of helping or saving us,
Even if we are being harmed by many bad people, even harmed by evil ghosts.
Is not it better and more ideal,
If we are striving to attain Arahatship,
Because Arahats are not the monopoly of certain people,
Because everyone can attain Arahatship, through the practice of discipline and self-practice that is consistent and serious.
Therefore,
We not only can help ourselves,
But we will also be able to help many suffering people like us.
Do you know,
Why deepen the Dhamma and practice it,
It is the highest good,
It is also a form of the highest devotion of a child?
Because if we succeed in striving to attain Arahatship,
Or at least attain Sotapanna, Anagami, or Sakadagami,
So when our Mother cooks food to give to us as breakfast or lunch and dinner,
So our Mother has given food to an Arahant,
It is his own son who has attained Arahatship.
The meaning of the four holy beings,
It is not those who wear monk's robe,
But are those who have attained achievement Sotapanna, sakadagami, Anagami, and Arahat.
Even if your parents give food to thousands of yellow-robed monks,
Everyday,
But if none of these monks has attained Sotapanna Fruition,
Just as you are speculating,
Or even can be called as futility.
How much better and more ideal,
When we as a child,
Who strives to achieve this level of chastity,
And being a fertile planting field for our parents,
As a form of our ultimate devotion.
The Buddha said,
The shelter is in the Dhamma.
Then make the Dhamma a refuge.
We do not need to always rely on what is outside ourselves, when faced with this cruel and unjust world problem.
Make the Dhamma a safeguard by being diligently and consistently practiced,
Make the Dhamma a healer, by being practiced honestly,
Make the Dhamma a source of power, by living the Dhamma in us wholeheartedly.
Is not tiring,
We have to go here and there,
Seeking the figure of a saint as a place to give and make as a refuge.
Why not our own,
Who practiced the holy life,
And make ourselves a fertile field to plant good karma seeds?
Prostrate to the Dhamma that dwells in our own hearts,
Practice and strive for Dhamma that comes from within our own will,
And realize the Dhamma, which can be pursued by maintaining morality and pursue meditation in totality.
The Buddha has taught the Dhamma perfectly,
As the greatest inheritance to practice.
The Buddha has shown the way to freedom from suffering,
Now it is our duty to choose and follow that path.
Our age as a human being,
Very short,
Too short to search here and there,
While all the healing and relief medicines,
Indeed there is within ourselves,
Namely Dhamma,
As has been taught by the Buddha,
As a source of auxiliary springs that we can practice to save and heal ourselves,
Depending on ourselves,
Relying on ourselves,
And realizing arahats with our own hands and efforts.
Make Dhamma a source of inspiration, motivation, and guide compass,
It was more than enough,
If we are to realize and practice it wholeheartedly,
As a student as well as a mental fighter.
Would not it be so tiring,
If for life,
We must always depend on other people outside ourselves,
Here and there without end.
Back and forth, without end.
Are not you going to feel tired yourself, in the end?

© HERY SHIETRA Copyright.

Pernahkah engkau memikirkan,
Atau setidaknya terlintas dalam benakmu,
Mengapa kita harus selalu mengandalkan sosok bhikkhu yang sakti dengan harapan dapat menolong atau menyelamatkan kita,
Sekalipun benar kita sedang dicelakai oleh banyak orang-orang jahat, bahkan dicelakai oleh hantu jahat.
Bukankah lebih baik dan lebih ideal,
Bila diri kita sendiri yang berjuang untuk mencapai Arahat,
Karena Arahat bukanlah monopoli orang-orang tertentu saja,
Karena setiap orang dapat mencapai tingkat kesucian Arahat, lewat praktik disiplin dan latihan diri yang konsisten dan serius.
Dengan begitu,
Kita bukan hanya dapat menolong diri kita sendiri,
Namun kita juga akan mampu menolong banyak orang yang menderita seperti kita.
Apakah engkau mengetahui,
Mengapa mendalami Dhamma dan mempraktikkannya,
Adalah merupakan kebaikan tertinggi,
Bahkan juga merupakan wujud bakti tertinggi seorang anak?
Karena bila kita berhasil berjuang mencapai tingkat kesucian Arahat,
Atau setidaknya mencapai tingkat kesucian Sotapanna, Anagami, ataupun Sakadagami,
Maka ketika Ibu kita memasak makanan untuk diberikan pada kita sebagai sarapan pagi atau makan siang dan makan malam,
Maka Ibu kita telah berdana kepada seorang Arahat,
Yakni anaknya sendiri yang telah mencapai tingkat kesucian Arahat.
Yang dimaksud dengan empat makhluk suci,
Bukanlah mereka yang mengenakan jubah Bhikkhu,
Namun mereka yang telah mencapai buah pencapaian Sotapanna, Sakadagami, Anagami, dan Arahat.
Sekalipun orangtua engkau berdana makanan kepada ribuan bhikkhu berjubah kuning,
Setiap harinya,
Namun bila tiada satupun diantara bhikkhu tersebut yang telah mencapai tingkat kesucian Sotapanna,
Sama artinya engkau sedang berspekulasi,
Atau bahkan dapat juga disebut sebagai kesia-siaan.
Alangkah lebih baik dan lebih ideal,
Bila kita sebagai seorang anak,
Yang berjuang untuk mencapai tingkat kesucian tersebut,
Dan menjadi ladang menanam jasa yang subur bagi orangtua kita,
Sebagai wujud bakti tertinggi kita.
Sang Buddha bersabda,
Tempat berlindung ada pada Dhamma.
Maka jadikanlah Dhamma sebagai tempat berlindung.
Kita tidak perlu selalu mengandalkan apa yang ada di luar diri kita, dikala menghadapi masalah dunia yang kejam dan tidak adil ini.
Jadikan Dhamma sebagai perlindungan dengan cara dipraktikkan secara tekun dan konsisten,
Jadikan Dhamma sebagai penyembuh, dengan cara dijalankan secara jujur,
Jadikan Dhamma sebagai kekuatan, dengan cara menghidupkan Dhamma dalam diri kita secara sepenuh hati.
Apakah tidak meletihkan,
Kita harus kesana-kemari,
Mencari sosok orang suci sebagai tempat untuk berdana dan menjadikan sebagai tempat berlindung.
Mengapa tidak kita sendiri,
Yang mempraktikkan kehidupan suci tersebut,
Dan menjadikan diri kita sendiri sebagai ladang subur untuk menanam benih karma baik?
Bersujudlah pada Dhamma yang bersemayam dalam hati diri kita sendiri,
Praktikkanlah dan perjuangkanlah Dhamma yang bersumber dari dalam tekad kita sendiri,
Dan realisasikanlah Dhamma yang dapat ditempuh dengan menjaga moralitas dan menekuni meditasi secara totalitas.
Sang Buddha telah mengajarkan Dhamma secara sempurna,
Sebagai warisan terbesar untuk kita praktikkan.
Sang Buddha telah menunjukkan jalan menuju kebebasan dari derita,
Kini adalah tugas kita untuk memilih dan menempuh jalan itu.
Usia kita sebagai seorang manusia,
Sangatlah pendek,
Terlampau pendek untuk mencari kesana-kemari,
Sementara semua obat penyembuhan dan pertolongan,
Sejatinya terdapat di dalam diri kita sendiri,
Yakni Dhamma,
Sebagaimana telah diajarkan oleh Sang Buddha,
Sebagai sumber mata air penolong yang dapat kita praktikkan untuk menyelamatkan dan menyembuhkan diri kita sendiri,
Bergantung pada diri kita sendiri,
Mengandalkan diri kita sendiri,
Dan merealisasi Arahat dengan tangan dan usaha kita sendiri.
Jadikan Dhamma sebagai sumber inspirasi, motivasi, serta kompas pemandu,
Itu sudah lebih dari cukup,
Bila kita mau menyadari dan mempraktikkannya sepenuh jiwa,
Sebagai seorang siswa sekaligus sebagai pejuang mental.
Bukankah akan sangat meletihkan,
Bila seumur hidup,
Kita harus selalu bergantung pada sosok lain di luar diri kita,
Kesana-kemari tanpa habisnya.
Hilir mudik, tanpa berkesudahan.
Apa kau tidak akan merasa letih sendiri, pada akhirnya?
© Hak Cipta HERY SHIETRA.