JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

Failing to Recognize and Define the Experience We Have

Our inability or unwillingness to learn from the mistakes we have done before,
It will lead us to repeatedly make similar mistakes,
Falling in a similar hole,
Experiencing similar regrets,
Suffering from pain and similar injuries,
Got similar damage,
Scolding the same self as before,
And again encouraged to laugh at ourselves.
Inner stupidity makes us put an overly or irrational expectation of ourselves,
As if we would not repeat the same mistake,
As if we have learned from these mistakes,
But in fact it is only an assumption,
Assumptions that judge too high on the power of our own mental seriousness.
It is true that making mistakes and mistakes is a human thing,
But if we constantly make the same mistakes or omissions repeatedly,
So what's the difference with a deliberate error?
We have felt the pain of the consequences behind the errors we are making,
But why then do we still dare to make a similar mistake?
Or is it possible,
We are too selfish to ourselves,
Being unconcerned about the future of our situation, which must bear all the consequences of the mistakes we did in the present moment.
We may not have the will to learn from the experiences of others,
Including learning from other people's bad experiences,
But at least we do not fail to learn from our own mistakes.
However,
Not all things must be experienced by ourselves and feel the pain of a life experience.
If we simply learn from other people's life experiences,
That is what is called wisdom.
Internal experience,
With external experience.
Our life and age are too short to experience it by ourselves.
Just like science,
It builds on experiences and knowledge passed on by our predecessors.
The first step is the hardest thing,
Namely identify the feelings that we feel alone.
The second,
It is the phase to define the experience.
Likes or dislikes,
We must face it.
Or is it possible,
We are too afraid to face the bitter experience we have ever experienced?
A bad experience is like a nightmare when you keep on remembering it.
But acting like a fool who never had any experience,
Entertain ourselves as if we never made mistakes or never felt hurt,
Makes us the most vulnerable human being to re-repeat the same bad experience.
Perhaps we will be discouraged to acknowledge any unpleasant feelings and experiences of our lives.
But getting up from failure is one of the best options we can choose.

© HERY SHIETRA Copyright.

Ketidakmampuan atau ketidakmauan kita untuk belajar dari kesalahan yang pernah kita lakukan sebelumnya,
Akan menuntun kita untuk berulang kali melakukan kesalahan serupa,
Terjatuh di lubang yang serupa,
Mengalami penyesalan serupa,
Menderita kesakitan dan luka yang serupa,
Mendapati kerusakan yang serupa,
Memarahi diri yang sama seperti sebelumnya,
Dan kembali terdorong untuk menertawai diri kita sendiri.
Kebodohan batin membuat kita menaruh espektasi yang terlampau tinggi atau secara tidak rasional terhadap diri kita sendiri,
Seakan kita tidak akan mengulangi kekeliruan serupa,
Seakan kita telah belajar dari berbagai kesalahan tersebut,
Namun senyatanya semua itu hanya asumsi,
Asumsi yang menilai terlampau tinggi terhadap daya keseriusan mental diri kita sendiri.
Betul bahwa melakukan kekeliruan dan kesalahan adalah hal yang manusiawi,
Namun bila kita terus-menerus melakukan kekeliruan atau kelalaian yang sama tersebut secara berulang-kali,
Maka apa bedanya dengan kesalahan yang dilakukan secara disengaja?
Kita telah merasakan sakitnya konsekuensi dibalik berbagai kekeliruan yang kita lakukan,
Namun mengapa kemudian kita masih saja merasa berani untuk membuat kekeliruan serupa?
Ataukah mungkin saja,
Kita terlampau egois terhadap diri kita sendiri,
Bersikap tidak perduli terhadap keadaan kita dimasa mendatang yang harus menanggung segala konsekuensi akibat kekeliruan yang kita lakukan pada saat kini.
Kita mungkin saja tidak punya kemauan untuk belajar dari pengalaman orang lain,
Termasuk belajar dari pengalaman buruk orang lain,
Namun setidaknya kita tidak gagal untuk belajar dari kesalahan diri kita sendiri.
Biar bagaimanapun,
Tidak semua hal harus kita alami sendiri dan merasakan betapa sakitnya suatu pengalaman hidup.
Bila kita cukup belajar dari pengalaman hidup orang lain,
Itulah yang disebut dengan kebijaksanaan.
Pengalaman internal,
Disertai pengalaman eksternal.
Hidup dan umur kita terlampau singkat untuk mengalaminya seorang diri.
Sama seperti ilmu pengetahuan,
Yang dibangun diatas pengalaman-pengalaman maupun pengetahuan yang diwariskan oleh para pendahulu kita.
Langkah pertama ialah hal yang paling sukar,
Yakni mengidentifikasi perasaan yang kita rasakan sendiri.
Yang kedua,
Ialah fase untuk memberikan definisi terhadap pengalaman tersebut.
Suka maupun tidak suka,
Kita harus menghadapinya.
Atau mungkinkah,
Kita terlampau takut untuk menghadapi pengalaman pahit yang pernah kita alami?
Pengalaman buruk mirip seperti mimpi buruk bila kita terus mengingat-ngingatnya.
Namun bersikap seperti orang bodoh yang tidak pernah memiliki pengalaman apapun,
Menghibur diri seolah kita tidak pernah melakukan kekeliruan atau tidak pernah merasa terluka,
Membuat kita menjadi manusia yang paling rentan untuk kembali mengulangi pengalaman buruk yang sama.
Mungkin kita akan berkecil hati mengakui setiap perasaan dan pengalaman hidup kita yang kurang menyenangkan.
Namun bangkit dari kegagalan adalah salah satu opsi terbaik yang dapat kita pilih.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.