(DROP DOWN MENU)

Pelita Kebijaksanaan sebagai Mata yang Menerangi Dunia. The Lamp of Wisdom as the Eye That Illuminates the World

When we are struck by calamity and experience misfortune,
So suppose we are paying and paying off our bad karma debt.
Therefore,
We don't need to blame ourselves.
Pay and patience pay off with what has become a debt that we carry from the past,
For the sake of tomorrow and a better future in life.
When we experience a sad moment,
Then say to ourselves patiently,
That we are currently paying bad karma debts from the past.
When we are struck by disaster or various misfortunes,
Then mention in our hearts patiently,
That when we are now trying to pay off debt from the past,
Debt we have to pay sooner or later.
On the contrary,
When we experience good luck and prosperity,
So we need to be aware and introspective,
By reminding ourselves explicitly,
That all of that is just "stale rice",
Where is the good karma of the past that is now sweet,
Sooner or later it will run out if we don't try to plant new seeds of good karma in this life.
When we always have luck,
Then we need to strongly rebuke ourselves,
In order not to fall asleep and be trapped by the sweetness of good karma that is bearing fruit.
When we always get victory and all the prosperity of life,
Then we need to often remind ourselves,
So that we continue to maintain a vigilant attitude towards our own behavior, introspective.
Good karma that is bearing fruit,
Like a highway, toll road,
Where we can go straight without any obstacles,
At full speed.
But what we don't realize much,
The freeway always has two directions,
One direction direct to heaven,
And one other direction goes directly to hell.
When we go full speed to hell,
So it's like good karma that is bearing fruit,
Can backfire on ourselves.
That is also the reason,
People who have successfully committed crimes,
People who succeed in manipulating and exploiting others,
People who managed to take food from someone else's plate to fill their own stomach,
People who have escaped punishment despite having committed various ugliness,
Actually it is moving towards hell,
At full speed,
Due lulled by the help of good karma, which happened to be fruitful at the time.
Good karma is sweet.
Bad karma is bitter.
However,
The sweet ones don't always have to be swallowed,
And the bitter ones don't always have to be discarded immediately.
That is what is called wisdom.
Indeed, wisdom is the only light that is able to illuminate the world.
Have eyes
But unable to see clearly due to the thickness of defilements,
Then the pair of eyes will be able to harm themselves later on,
Like a resource in the form of a knife that can be used precisely to commit a crime by the holder.

© HERY SHIETRA Copyright.

hery shietra Content Writer
Image by RIANA SHIETRA Copyright

Ketika kita tertimpa musibah dan mengalami ketidakberuntungan,
Maka anggap saja kita sedang membayar dan melunasi hutang karma buruk kita.
Karena itu,
Kita tidak perlu menyalahkan diri kita sendiri.
Bayarlah dan lunasilah dengan penuh kesabaran apa yang memang menjadi hutang yang kita bawa dari masa lampau,
Demi hari esok dan kehidupan dimasa mendatang yang lebih baik.
Ketika kita mengalami suatu momen yang menyedihkan,
Maka katakanlah pada diri kita sendiri dengan penuh kesabaran,
Bahwa saat ini kita sedang membayar hutang karma buruk dari masa lampau.
Ketika kita tertimpa bencana maupun berbagai kesialan,
Maka sebutkan dalam hati kita dengan penuh kesabaran,
Bahwa saat kini kita sedang berupaya melunasi hutang dari masa lampau,
Hutang yang cepat atau lambat harus kita bayar lunas.
Sebaliknya,
Ketika kita mengalami berbagai keberuntungan dan kemakmuran,
Maka kita perlu senantiasa sadar dan mawas diri,
Dengan mengingatkan diri kita secara tegas,
Bahwa semua itu hanyalah “nasi yang telah basi”,
Dimana berbagai karma baik dari masa lampau yang kini berbuah manis,
Cepat atau lambat akan habis bila kita tidak berupaya menanam benih karma baik baru di kehidupan sekarang ini.
Ketika kita selalu mengalami keberuntungan,
Maka kita perlu secara keras menegur diri kita,
Agar tidak terlena dan terjebak oleh manisnya karma baik yang sedang berbuah.
Ketika kita selalu mendapat kemenangan dan segala kemakmuran hidup,
Maka kita perlu sering untuk mengingatkan diri kita sendiri,
Agar kita tetap menjaga sikap waspada terhadap perilaku diri kita sendiri, mawas diri.
Karma baik yang sedang berbuah,
Ibarat sebuah jalan bebas hambatan, jalan tol,
Dimana kita dapat melaju lurus tanpa rintangan apapun,
Dengan kecepatan penuh.
Namun yang tidak banyak kita sadari,
Jalan bebas hambatan selalu memiliki dua arah tujuan,
Satu tujuan menuju surga,
Dan satu tujuan lainnya menuju neraka.
Ketika kita melaju dengan kecepatan penuh menuju neraka,
Maka ibarat karma baik yang sedang berbuah,
Dapat menjadi bumerang bagi diri kita sendiri.
Itulah juga sebabnya,
Orang-orang yang berhasil melakukan aksi kejahatan,
Orang-orang yang berhasil memanipulasi dan mengekspolitasi orang lain,
Orang-orang yang berhasil mengambil makanan dari piring milik orang lain demi mengisi perutnya sendiri,
Orang-orang yang berhasil lolos dari hukuman meski telah melakukan berbagai keburukan,
Sejatinya sedang bergerak menuju neraka,
Dengan kecepatan penuh,
Akibat terlena oleh bantuan karma baik yang kebetulan sedang berbuah pada saat itu.
Karma baik itu manis.
Karma buruk itu pahit.
Namun,
Yang manis jangan selalu harus segera ditelan,
Dan yang pahit jangan selalu harus segera dibuang.
Itulah yang disebut dengan kebijaksanaan.
Sungguh, kebijaksanaan merupakan satu-satunya pelita yang mampu menerangi dunia.
Memiliki mata,
Namun tidak mampu melihat secara jernih akibat tebalnya kekotoran batin,
Maka sepasang mata tersebut akan dapat mencelakai dirinya sendiri di kemudian hari,
Ibarat sumber daya berupa pisau yang dapat digunakan justru untuk melakukan kejahatan oleh pemegangnya.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.