JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

Designing Your Own Character. Merancang Karakter Diri Kita Sendiri.

When we meet people behaving badly,
Enough for us not to imitate that bad behavior.
If we are born into a bad family,
So we don't need to follow that jerk culture.
If we have a father with an evil character,
Enough for us not to inherit that evil character.
Even if we are born into a nation of people who are not noble in character,
It is enough for us not to imitate the bad behavior of the nation in which we are born.
Facing people who are not able to think healthy,
So it is enough for us not to join in thinking illogically.
Be ourselves.
We always have a free choice to escape the shackles of the place where we were born and raised.
We have free will to design our own character.
We are free to determine our life and future choices.
We have the freedom to build our own destiny.
There is nothing eternal,
Including mental character and destiny.
All are subject to the law of change,
That's what is eternal, change.
Realizing nothing eternal,
Then we always have the freedom to take a stand and change ourselves,
Change the basic nature of ourselves,
Change our own future design,
As well as changing our own destiny.
We are free to follow what is good,
And let go of all the bad qualities inside us.
Enough to realize ourselves,
Reflecting often,
As well as communicating with ourselves.
Which is the main obstacle,
It is our inability to be honest with ourselves.
We, often, are deceived by the illusions we make ourselves,
That we are and always are right,
That we are perfect,
That we cannot act wrongly.
Second stage,
It is starting to want to acknowledge our shortcomings and selfishness,
And entering the third stage,
Fix ourselves.
We do not need to hold tightly to bad attitudes that only bring disaster to ourselves and disaster to others.
Bad attitude is like a foul odor that comes from our bad breath,
Wherever we go,
During the source of the stench was not yet overcome,
So wherever we go,
We will always smell unpleasant odors,
And violate others or the environment, for that foul aroma.
In fact, what is rotten is ourselves.

© HERY SHIETRA Copyright.

Hery Shietra Content Writer
Image by RIANA SHIETRA Copyright

Ketika kita berjumpa orang berperilaku buruk,
Cukup bagi kita untuk tidak meniru perilaku buruk itu.
Jika kita terlahir dari keluarga yang brengsek,
Maka kita tidak perlu mengikuti budaya brengsek itu.
Jika kita memiliki ayah dengan karakter yang jahat,
Cukup bagi kita untuk tidak mewarisi karakter jahat itu.
Kalaupun kita terlahir dalam komunitas bangsa yang tidak berwatak mulia,
Cukup bagi kita untuk tidak meniru perilaku buruk bangsa tempat kita terlahir.
Menghadapi orang-orang yang tidak mampu berpikir secara sehat,
Maka cukuplah bagi kita untuk tidak ikut-ikutan berpikir secara tidak logis.
Jadilah diri kita sendiri.
Kita selalu punya pilihan bebas untuk lepas dari belenggu tempat dimana kita dilahirkan dan dibesarkan.
Kita memiliki kehendak bebas untuk merancang karakter diri kita sendiri.
Kita bebas untuk menentukan pilihan hidup serta masa depan kita.
Kita memiliki kebebasan untuk membangun nasib kita sendiri.
Tidak ada yang kekal abadi,
Termasuk karakter mental maupun takdir.
Semuanya tunduk pada hukum perubahan,
Itulah yang abadi, perubahan.
Menyadari tiada yang kekal,
Maka kita selalu memiliki kebebasan untuk mengambil sikap dan mengubah diri kita sendiri,
Mengubah watak dasariah diri kita sendiri,
Merubah rancangan masa depan kita sendiri,
Serta merubah nasib kita sendiri.
Kita bebas untuk mengikuti apa yang baik,
Dan melepaskan segala sifat yang buruk dari dalam diri kita.
Cukup dengan menyadari diri kita sendiri,
Sering-sering bercermin,
Serta berkomunikasi dengan diri kita sendiri.
Yang menjadi kendala paling utama,
Ialah ketidakmampuan diri kita untuk bersikap jujur terhadap diri kita sendiri.
Kita, sering kali, tertipu oleh ilusi yang kita buat sendiri,
Bahwa kita sudah dan selalu benar,
Bahwa kita sudah sempurna,
Bahwa kita tidak dapat bertindak keliru.
Tahapan kedua,
Ialah mulai untuk mau mengakui kekurangan dan kelemahan diri kita,
Dan memasuki tahap ketiga,
Memperbaiki diri kita sendiri.
Kita tidak perlu menggenggam erat sikap-sikap buruk yang hanya mendatangkan petaka bagi diri kita sendiri maupun bencana bagi orang lain.
Sikap buruk bagaikan bau busuk yang bersumber dari bau mulut kita,
Kemana pun kita pergi,
Selama sumber bau busuk itu belum kita atasi,
Maka kemana pun kita melangkah,
Kita akan selalu mencium aroma tidak sedap,
Dan menyalahi orang lain ataupun lingkungan, atas aroma busuk itu.
Padahal yang busuk ialah diri kita sendiri.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.

I Choose Free Will. Aku Pilih Kehendak Bebas

Not all questions need to be answered.
Not all requests, need to be granted.
Not all stimuli need to be responded.
Not all food needs to be eaten.
Not all flowers need to be picked.
Not all news, need to be trusted.
Not all myths need to be swallowed up.
Not all things are sweet, need to be consumed.
Not all orders, need to be obeyed.
Not all desires, need to be followed.
Similarly,
Not all phone calls, we need to lift,
Even if it's for work purposes.
There is a difference between making a cell phone a tool,
And cell phones are a tool to enslave ourselves.
This simple experience,
Maybe it can be learning, for all of us.
When,
When I'm eating,
The cell phone rings,
Indicates someone is calling me.
With all the hassles,
I picked up the phone.
It turns out that the caller is not responsible,
Either contain spam messages, up to a very abusive behavior towards my profession.
Intermittent time later,
The cellphone rang again when I was eating.
With difficulty, I tried to reach the noisy telephone,
But before we had time to pick up the phone, the telephone sound had stopped.
I really feel like a fool who has been mocked by people or vague callers.
The caller calls as he pleases,
And disconnecting the telephone at will.
Why do I feel I have to follow his orders to pick up the phone from him?
I began to feel a fool himself.
It's not certain, it's a call from a caller with good intentions,
Why should I sacrifice and be a victim of slavery?
I even had to lose time, and clean water to clean my hands before continuing to eat food that had not been finished.
I am determined,
Starting now,
No one has the right to make me feel dictated or enslaved by a telephone call.
I will no longer beg for luck,
I will stop speculating that it is an important call from an important person.
If I lose time and resources,
That is the name is not the beginning of good cooperation,
It is precisely the opposite sign.
I have the right to refuse and say "NO".
We are all entitled to SILENT.
If it's not good for myself,
Why should I agree and cooperate?
Each of us always has free will and choice.

© HERY SHIETRA Copyright.

Hery Shietra Content Writer
Image by RIANA SHIETRA Copyright

Tidak semua pertanyaan, perlu dijawab.
Tidak semua permintaan, perlu dikabulkan.
Tidak semua stimulus, perlu diberi respon.
Tidak semua makanan, perlu dimakan.
Tidak semua bunga, perlu dipetik.
Tidak semua berita, perlu dipercaya.
Tidak semua mitos, perlu ditelan.
Tidak semua hal manis, perlu dikonsumsi.
Tidak semua perintah, perlu ditaati.
Tidak semua keinginan, perlu diikuti.
Sama halnya juga,
Tidak semua telepon, perlu kita angkat,
Sekalipun itu untuk tujuan pekerjaan.
Ada perbedaan antara menjadikan telepon seluler sebagai alat bantu,
Dan telepon seluler sebagai alat untuk membudaki diri kita sendiri.
Pengalaman sederhana ini,
Mungkin dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua.
Seuatu ketika,
Saat aku sedang makan,
Telepon seluler itu berdering,
Menandakan ada yang sedang menelepon diriku.
Dengan penuh kerepotan,
Aku angkat telepon itu.
Ternyata dari penelepon tidak bertanggung jawab,
Entah berisi pesan spam, hingga perilaku yang sangat melecehkan terhadap profesi saya.
Berselang berapa waktu kemudian,
Telepon seluler itu kembali berdering juga dikala aku sedang makan.
Dengan susah payah, aku berusaha meraih telepon yang berisik itu,
Namun sebelum sempat mengangkat telepon, bunyi telepon itu telah berhenti.
Sungguh aku merasa seperti orang bodoh yang telah dipermainkan oleh orang atau penelepon yang tidak jelas.
Si penelepon menelepon sesuka hatinya,
Dan memutus sambungan telepon sesuka hatinya pula.
Mengapa aku merasa harus mau mengikuti perintahnya untuk mengangkat telepon darinya?
Aku mulai merasa bodoh sendiri.
Belum tentu itu telepon dari penelepon yang beritikad baik,
Untuk apa aku harus berkorban dan menjadi korban perbudakan?
Aku bahkan harus merugi waktu, serta air bersih untuk membersihkan tanganku sebelum kembali meneruskan memakan makanan yang belum habis.
Aku bertekad,
Mulai kini,
Tiada lagi yang berhak membuatku merasa didikte ataupun dibudaki oleh sebuah bunyi telepon.
Aku tidak akan lagi mengemis keberuntungan,
Aku akan berhenti berspekulasi bahwa itu adalah telepon penting dari orang penting.
Kalau aku sampai merugi waktu dan sumber daya,
Itu namanya bukan awal kerja sama yang baik,
Justru pertanda yang sebaliknya.
Aku berhak menolak dan mengatakan “TIDAK”.
Kita semua pun berhak untuk DIAM.
Jika itu tidak baik bagi diriku sendiri,
Untuk apa aku harus setuju dan kooperatif?
Masing-masing dari kita selalu punya kehendak dan pilihan bebas.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.

The Right Way to Glorify God. Cara yang Tepat Memuliakan Tuhan

Do you think, for devotion to God,
Should the cult-praise and worship God?
What is all praise and worship,
Really needed by God?
Is God,
Will not exist without praise and worship of mankind?
If you think like that,
Means God who needs humans,
Not the other way around.
To glorify God,
Actually it is the same as the way you being filial to your own parents,
Ie be a good man,
So as not to worry your parents.
Our parents don't need to praise,
Especially worship.
Be a good human being,
Humans with noble character,
Humans who avoid bad deeds,
Humans who enjoy doing good,
Humans who practice self-control,
So that is more enough to make the family name prosper.
On the contrary,
If we grow up and become bad people, scoundrels, bastards, con artists, even mafias,
Then the first time will feel sad, see our actions,
Is our own parents,
Our parents will regret what we have done,
Regret having given birth to us,
Or even regret their own lives for failing to educate us as children.
Good parents,
Even if we don't serve them,
Will not have an evil heart to curse us so we go to hell.
What's more,
Good God,
It won't throw us to hell just because we don't want to worship him.
Good God,
Not a personification of the figure of a despotic king,
A king who is power-crazy and crazy about being praised.
Being a pure pure person,
Have a noble behavior without blemish,
That is more than enough to glorify our parents,
It's more than enough to glorify our creator,
And it's more than enough to glorify ourselves.
There is nothing good about degrading our own dignity, being a person who is good at words,
Good at worshiping,
Good adoration and praise.
Anyone can worship and praise,
But not everyone is able to have noble character and behave well towards other living beings.
Worship is always easy,
So also praise.
But to plant good karma seeds,
Commitment needed,
Real action,
Sweat,
Determination
Self-sacrifice,
As well as consistency between words and deeds.
Which one do you choose,
Being a smart worshipers praise,
Or become a noble human being who will be praised by the gods, like a Buddha who is even respected and becomes the teacher of the gods?

© HERY SHIETRA Copyright.

Menurut pendapatmu, untuk berbakti kepada Tuhan,
Haruskah dengan cara memuja-muji dan menyembah Tuhan?
Apakah segala puja-puji dan sembah sujud itu,
Benar-benar dibutuhkan oleh Tuhan?
Apakah Tuhan,
Tidak akan eksis tanpa puja-puji dan sembah sujud umat manusia?
Jika engkau berpikir seperti itu,
Berarti Tuhan yang membutuhkan manusia,
Bukan sebaliknya.
Untuk memuliakan Tuhan,
Sebenarnya sama saja dengan cara dirimu berbakti kepada orangtua engkau,
Yakni jadilah manusia yang baik,
Agar tidak membuat cemas orangtua engkau.
Orangtua kita tidak butuh puja-puji,
Terlebih sembah sujud.
Jadilah manusia yang baik,
Manusia yang berwatak mulia,
Manusia yang menghindari perbuatan-perbuatan buruk,
Manusia yang senang melakukan kebajikan,
Manusia yang berlatih pengontrolan diri,
Maka itu sudah lebih cukup untuk mengharumkan nama keluarga.
Sebaliknya,
Jika kita tumbuh dan menjadi manusia jahat, berandal, bajingan, penipu, bahkan mafia,
Maka yang paling pertama kali akan merasa sedih melihat perbuatan kita,
Ialah orangtua kita sendiri,
Orangtua kita yang akan menyesali apa yang telah kita perbuat,
Menyesali telah melahirkan kita,
Atau bahkan menyesali hidup mereka sendiri karena telah gagal mendidik kita sebagai seorang anak.
Orangtua yang baik,
Sekalipun kita tidak berbakti pada mereka,
Tidak akan memiliki hati yang jahat untuk mengutuk kita agar kita masuk neraka.
Terlebih,
Tuhan yang baik,
Tidak akan melempar kita ke neraka hanya karena tidak mau menyembah dirinya.
Tuhan yang baik,
Bukanlah personifikasi dari sosok seorang raja yang lalim,
Raja yang gila kuasa dan gila pujian.
Menjadi manusia yang berwatak murni bersih,
Memiliki perilaku mulia tanpa cela,
Itu sudah lebih dari cukup untuk memuliakan orangtua kita,
Sudah lebih dari cukup untuk memuliakan pencipta kita,
Dan sudah lebih dari cukup untuk memuliakan diri kita sendiri.
Tidak ada yang bagus dari merendahkan diri kita sendiri menjadi seorang yang pandai berkata-kata manis,
Pandai menyembah,
Pandai memuja dan memuji.
Siapapun dapat menyembah dan memuji,
Namun tidak semua orang sanggup untuk memiliki watak mulia dan berperilaku baik terhadap makhluk hidup lainnya.
Menyembah selalu mudah,
Begitu pula memuji.
Namun untuk menanam benih karma baik,
Dibutuhkan komitmen,
Perbuatan nyata,
Keringat,
Tekad,
Pengorbanan diri,
Serta konsistensi antara ucapan dan perbuatan.
Pilih mana,
Menjadi seorang penyembah yang pandai memuji,
Atau menjadi manusia berjiwa mulia yang akan dipuji oleh para dewa, seperti seorang Buddha yang bahkan disegani dan menjadi guru dari para dewa?
© Hak Cipta HERY SHIETRA.

Is That Difficult, to be Able to Love Ourselves? Sesulit Itukah, Untuk dapat Mencintai Diri Kita Sendiri?

We need to keep in mind at all times,
That there is healthy entertainment,
And there is also unhealthy entertainment.
We ourselves make decisions,
And we ourselves will bear the consequences.
Everyone can indeed feel bored, feel frustrated, feel suffering, and other dissatisfaction.
It is a natural thing,
If at one time we need to rest and seek comfort to entertain ourselves.
But be creative,
Be creative,
Look for healthy entertainment and entertainment that does not hurt yourself and also entertainment that does not hurt other creatures.
Healthy entertainment is always open at all times for us,
As long as we are not greedy and also not being selfish towards ourselves.
Meditate,
Is healthy entertainment.
We don't have to pay dearly to meditate,
Just take the time and wholeheartedly go through the process,
And enjoy the inner peace generated by meditation and its healing effects.
Unhealthy entertainment, also always open at all times to touch,
As long as we choose to be pragmatic and like to live instantly.
Consumption of intoxicating and weaken awareness,
Is unhealthy entertainment.
Not only can't solve the problem,
But it also brings new problems that become burdensome burdens for our steps in the future.
When angry and disappointed,
Maybe we are moved to hate ourselves and hurt our own lives.
However,
Instead of developing hatred and anger towards ourselves,
Learn and make it a habit to develop compassion and love for ourselves.
Why are we willing to help and love others,
But at the same time we fail and don't want to love ourselves and our own lives.
There is nothing wrong when we feel sad, disappointed, angry and sick at all times.
Everyone will also, have, or are experiencing it.
We will not be able to avoid the feeling of dissatisfaction in life and various unpleasant things we will surely encounter,
Sooner or later.
We can always feel enough with healthy entertainment,
As long as we know how to love ourselves.
There is still a future that we have to face,
Then love this body,
Take good care while we are still able.
Do not let our bodies feel disappointed and in the end will no longer be able to bear the burden of our own greed.
When it reaches this stage,
Don't blame our body for betraying us.

© HERY SHIETRA Copyright.

Kita perlu tetap mengingat di setiap waktu,
Bahwa ada hiburan yang sehat,
Dan ada pula hiburan yang tidak sehat.
Kita sendiri yang membuat keputusan,
Dan kita sendiri pula yang akan menanggung konsekuensinya.
Semua orang memang bisa merasa bosan, merasa frustasi, merasa menderita, dan ketidakpuasan lainnya.
Adalah suatu hal yang wajar,
Bila sekali waktu kita perlu beristirahat dan mencari penghiburan untuk menghibur diri.
Namun bersikaplah kreatif,
Jadilah kreatif,
Carilah hiburan yang sehat dan hiburan yang tidak menyakiti diri sendiri dan juga hiburan yang tidak menyakiti makhluk lainnya.
Hiburan yang sehat selalu terbuka setiap saat bagi kita,
Sepanjang kita tidak bersikap tamak dan juga tidak besikap egois terhadap diri kita sendiri.
Bermeditasi,
Adalah hiburan yang sehat.
Kita tidak harus membayar mahal untuk bermeditasi,
Cukup luangkan waktu dan sepenuh hati menjalani prosesnya,
Dan nikmati kedamaian batin yang ditimbulkan meditasi serta efek penyembuhannya.
Hiburan yang tidak sehat, juga selalu terbuka setiap saat untuk kita sentuh,
Sepanjang kita memilih untuk bersikap pragmatis dan gemar hidup secara instan.
Konsumsi yang memabukkan dan melemahkan kesadaran,
Adalah hiburan yang tidak sehat.
Bukan hanya tidak dapat mengatasi masalah,
Namun juga membawa masalah baru yang menjadi beban pemberat bagi langkah kita dikemudian hari.
Ketika marah dan kecewa,
Mungkin kita tergerak untuk membenci diri dan menyakiti hidup kita sendiri.
Namun,
Daripada mengembangkan sikap kebencian dan kemarahan kepada diri kita sendiri,
Belajar dan biasakanlah untuk mengembangkan welas asih dan cinta kasih terhadap diri kita sendiri.
Mengapa kita bersedia menolong dan mencintai orang lain,
Namun disaat bersamaan kita justru gagal dan tidak mau untuk mencintai diri dan hidup kita sendiri.
Tidak ada yang salah bila sekali waktu kita merasa sedih, kecewa, marah, dan sakit.
Semua orang juga akan, telah, atau sedang mengalaminya.
Kita tidak akan dapat terhindar dari perasaan ketidakpuasan dalam hidup dan berbagai hal tidak menyenangkan pasti akan kita jumpai,
Cepat atau lambat.
Kita selalu dapat merasa cukup dengan hiburan yang sehat,
Sepanjang kita tahu cara untuk mengasihi diri kita sendiri.
Masih ada masa depan yang harus kita hadapi,
Maka sayangilah tubuh ini,
Jagalah baik-baik selagi kita masih mampu.
Jangan sampai tubuh kita merasa kecewa dan pada akhirnya tidak akan lagi mampu menanggung beban keserakahan diri kita sendiri.
Jika sudah sampai pada tahap demikian,
Jangan salahkan tubuh kita akan berkhianat terhadap diri kita.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.