SENI PIKIR & TULIS
Arogansi Umat AGAMA SAINS FISIKA, namun Gagap Metafisika
Sains Memiliki Keterbatasan dalam Mengenali dan Memahami Alam Semesta, karenanya Sains tidak akan Pernah Memahami terlebih Menguasai Alam Semesta secara Seutuhnya
Kalangan-kalangan yang mengaku sebagai berlatar-belakang ilmuan modern, kerap mencemooh kebijaksaan klasik semacam ilmu metafisika maupun keyakinan keagamaan. Perilaku demikian, selain disebut sebagai arogan, juga merupakan cerminan keangkuhan atau kecongkakan intelektual yang merasa diri mereka tidak dapat terkalahkan dengan membekali diri mereka dengan ilmu pengetahuan dan teknologi “Barat”—sekalipun sifatnya ialah kebenaran “nisbi” alias “tentatif” belaka, bukan kebenaran mutlak, dimana penemuan ilmiah yang satu selalu terbuka kemungkinan untuk dikoreksi dikemudian hari oleh penemuan lainnya.
Fenomena “kesombongan serta kegenitan intelektual” demikian tampaknya mulai menulari sebagian kalangan rakyat Indonesia, terutama ketika mereka telah mengantungi gelar sarjana sains dibidang fisika—yang mana ironisnya bangsa Barat kini justru kian spiritualis tercermin dari kian masifnya pengunjung pusat-pusat meditasi, penemuan-penemuan “past life” lewat riset ambisius, serta penggalian kearifan klasik semacam Feng Shui, dan lain sebagainya.
Sebagai contoh ialah Tradisional Chinese Medicine, tidak pernah tergantikan oleh ilmu kedokteran barat. Akupuntur, disebut-sebut oleh bangsa barat sebagai “miracle”, semata karena titik chi akupuntur tidak dapat dijelaskan secara ilmiah oleh kedokteran modern. Faktanya, alam semesta “tidak selebar daun kelor”, mengingat alam semesta ini juga terkandung ilmu-ilmu metafisika yang mana tidak kasat-mata, serta ruang-ruang dimana hukum fisika tidak berlaku (baca : “hukum fisika tidak laku”).
Berhentinya supremasi sains, ialah ketika metafisika yang mengambil peran dan muncul ke permukaan. Semala ini, para kalangan ilmuan, memandang bahwa dengan mengusai sains, ilmu pengetahuan barat dan teknologi, disamping hukum fisika, maka mereka akan menguasai dunia. Sayangnya, mereka keliru, dunia ini tidak sepenuhnya tunduk pada hukum-hukum yang hanya laku pada dunia manusia biasa seperti hukum fisika maupun hukum gravitasi, namun tidak berlaku bagi kasus-kasus adibiasa.
Kerap penulis menjumpai kalangan sarjana sains dan ilmu teknologi yang melabel dirinya “Sarjana Kuantum Fisika”, memandang remeh secara arogan (arogansi intelektual) terhadap dunia metafisika seperti keyakinan keagamaan, semata karena logika dan daya jangkau pikiran mereka yang masih sangat sempit dan serba terbatas untuk mampu memahami apa yang seluas semesta ini. Mereka memandang, dunia ini telah berada di genggaman tangan mereka dengan menguasai sains yang serba canggih seolah telah berhasil menyusup masuk dan mengantungi rahasia alam semesta yang sebelumnya masih “perawan” (penuh misteri).
Sayangnya, sains memiliki keterbatasan, ketika hukum-hukum fisika tersebut “tidak laku” dalam menghadapi berbagai peristiwa adibiasa yang kerap terjadi di dunia ini. Otak dan mata penglihatan para ilmuan dan sarjana fisika tersebut, terlampau serba terbatas untuk memahami dunia yang serba luas ini, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat (ranah metafisika). Ketika sains berhenti karena tidak mampu menjelaskan fenomena metafisika yang nyata adanya, maka arogansi mereka pun sirna seketika. Karenanya,”Agama Sains” besar kemungkinan tidak kalah ringkih dan rapuhnya menghadapi “Agama Metafisika”.
Seorang peneliti yang sangat ilmiah namun cukup rendah hati mengakui keterbatasan sains, bernama dr. Walter Semkiw, dalam buku yang ditulisnya berjudul “BORN AGAIN, Kasus Kelahiran kembali Tokoh dan Selebriti”, Penerjemah : Tasfan Santacitta, Penerbit Awareness Publication, Jakarta, Cetakan 2, Des 2014, menuliskan dalam kutipan sebagai berikut di bawah ini (kata-kata asli dari Walter Semkiw, redaksi sekadar mengutip, namun terpaksa merubah redaksional frasa “reinkarnasi” menjadi “kelahiran kembali”).
Bukti Kelahiran kembali dan Dampaknya Pada Masyarakat dan Agama.
Salah satu dampak paling bermanfaat yang dipicu oleh pemahaman mengenai kelahiran kembali adalah berkurangnya kekerasan di antara orang-orang dari latar belakang suku, agama, dan ras yang berlainan. Perubahan ini sangat dibutuhkan, mengingat kejadian-kejadian seperti penghancuran World Trade Center, maupun asupan harian berita kekerasan dan pembunuhan yang dapat kita amati terjadi di antara masyarakat dengan budaya yang bertentangan. Bukti yang disajikan dalam buku ini menunjukkan bahwa orang bisa berganti persekutuan agama, suku, dan ras dari masa kehidupan demi masa kehidupan.
Ketika orang menyadari bahwa penganutan agama merupakan sistem kepercayaan yang bersifat sementara, bahwasanya seseorang bisa saja menjadi pengikut Kristiani di satu kehidupan, dan menjadi penganut Yahudi, Muslim, Hindu, atau Buddha di kehidupan lainnya, maka konflik-konflik penganutan ini akan terlihat tidak nalar. Sesungguhnya, kita semua harus berhenti berpikir mengenai diri kita secara eksklusif sebagai umat Kristiani, Yahudi, Muslim, atau Hindu, karena dalam rentang masa kehidupan demi kehidupan, kita pernah menjadi semuanya, bahkan lebih dari itu.
Hal yang baik dari pemahaman ini adalah tidak ada agama yang direndahkan, dan tak seorang pun yang dianggap salah. Malahan, kita akan mengerti bahwa dari kehidupan ke kehidupan, kita punya kesempatan untuk menikmati dan belajar dari beragam ajaran agama. Kuncinya adalah tidak terlalu melekat dengan satu sistem kepercayaan tertentu, karena pada akhirnya, hal ini hanya membawa pada perpecahan dan pertikaian.
Saya percaya bahwa pengetahuan mengenai mekanisme kelahiran kembali akan membantu umat manusia berevolusi dari mentalitas kesukuan, yang mana kita mengidentifikasikan diri dengan satu kelompok agama, suku, ras, atau bangsa tertentu, menuju tataran Manusia Universal. Sebagai Manusia Universal, kita memahami dan menghormati banyak budaya, namun tidak mematok diri sendiri dengan salah satu aliran pun.
Di seiring perubahan kita dari manusia kesukuan menjadi Manusia Universal, rasisme dan prasangka keagamaan akan berakhir. Nasionalisme dan kebanggaan etnik juga akan diletakkan dalam cara pandang demikian, tatkala kita menyadari bahwa kita bisa dilahirkan di negara-negara yang berbeda dan dari orangtua dengan latar etnik yang beragam, dari satu masa kehidupan ke masa kehidupan lainnya. Ketika kita menyadari bahwa kita bisa berkulit putih di satu kehidupan dan berkulit hitam atau Asia di kehidupan lainnya, maka prasangka rasial pun akan lenyap.
Berbagai agama akan mengadopsi perangkat ajaran yang lebih universal, ketika spiritualitas menjadi lebih bersifat ilmiah, yang didasarkan pada pengamatan dan data obyektif. Sesungguhnya, spiritualitas tak pelak lagi akan berpindah dari wilayah kepercayaan menuju wilayah ilmu pengetahuan.
Manakala konflik dan peperangan kolektif akan menyurut, maka perilaku kekerasan dan kejahatan individual pun akan menyusut. Prakiraan ini didasarkan pada dua prinsip. Yang pertama karena orang-orang akan menyadari karma sebagai suatu realita. Kita akan tahu bahwa apa yang kita lakukan kepada orang lain akan kembali kepada kita pada waktunya.
Hal ini akan menciptakan perubahan perilaku, baik bagi mereka yang ateis maupun mereka yang menganut agama-agama yang mapan. Dewasa ini, doktrin-doktrin agama mengajarkan bahwa perbuatan salah bisa dihilangkan atau diampuni oleh kuasa keagamaan dan Tuhan tertentu. Hal ini mengurangi motivasi untuk berperilaku dengan cara yang semestinya.
Bukti kelahiran kembali akan membawa penyadaran bahwa kita bertanggung jawab atas tindakan kita dan dalam masa kehidupan selanjutnya, kita akan menjadi subyek bagi tindakan sama yang kita perbuat dalam kehidupan ini. Jika kita mengolok seseorang dalam kehidupan ini, kita akan menjadi sasaran olokan dalam kehidupan lainnya. Jika kita membunuh seseorang, pada kehidupan lainnya kita akan mengalami penderitaan yang disebabkan oleh perbuatan kita. Jika kita mewujudkan tenggang rasa dan belas kasihan, hal-hal ini juga akan kembali kepada kita.
Dengan pemahaman ini, setiap tindakan yang memiliki potensi merugikan pihak lain akan dipertimbangkan dengan lebih saksama. Sebagian orang akan berkilah bahwa dalam budaya yang memeluk kelahiran kembali, kejahatan masih tetap eksis. Saya menanggapi hal ini dengan argumen bahwa ada perbedaan besar antara memercayai kelahiran kembali dengan mengetahui bahwa kelahiran kembali adalah jalan evolusi jiwa manusia.
Ketika Anda mutlak mengetahui bahwa kelahiran kembali dan karma adalah nyata, maka melakukan kejahatan sama halnya dengan sengaja menaruh tangan Anda ke dalam tungku yang berkobar. Alasan lain mengapa kekerasan akan berkurang adalah karena orang-orang akan menyadari bahwa mereka bisa membawa serta pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam kehidupan ini ke kehidupan-kehidupan selanjutnya.
Hal ini terutama penting bagi mereka yang terlahir dalam kemiskinan atau ketidak-beruntungan lainnya. Bagi mereka yang terlahir papa, bagi mereka yang merasa tersisih dalam hidup, kejahatan bisa tampak sebagai satu-satunya jalan keluar. Hal ini terutama berlaku dalam budaya Amerika, di mana materialisme merajalela, dan kesenjangan antara yang punya dan yang tak punya belum pernah sebesar ini.
Tersuguhi situasi timpang ini, mereka yang melakukan kejahatan bisa jadi melihat tindakan mereka sebagai pembalasan atas situasi ketidakadilan yang mereka rasakan dan sebagai pengobat rasa putus asa mereka. Bukti-bukti yang dihadirkan dalam buku ini menunjukkan bahwa dari kehidupan ke kehidupan, kita memetik lagi apa yang telah kita tinggalkan, bahwa kita membawa serta keterampilan dan kecakapan yang telah kita peroleh dalam kehidupan-kehidupan sebelumnya.
Kita akan melihat bahwa individu-individu dapat kembali ke kehidupan untuk menuntaskan sebuah karya atau membuahkan hasil sebuah cita-cita yang telah dimulai dalam kehidupan terdahulu. Hal ini bisa membawa harapan bagi mereka yang terperangkap dalam situasi yang tidak menguntungkan. Seseorang yang merasa kesempatannya terganjal dalam masa kehidupan ini dapat berencana dan berinvestasi untuk kehidupan selanjutnya. Kita bisa mulai belajar, memahami, dan berlatih dalam kelahiran dalam kehidupan sekarang ini sebagai persiapan untuk kelahiran kembali berikutnya.
Sebagai contoh, jika Anda ingin menjadi seorang musisi besar, maka wujudkan hasrat itu hari ini. Dalam kelahiran kembali mendatang, Anda akan bisa menghadirkan bakat yang telah dipupuk pada masa silam. Jika Anda ingin menjadi kaya, belajarlah mengenai keuangan dan investasi mulai hari ini, dan Anda akan membawa bakat bisnis dalam kehidupan selanjutnya.
Jika Anda ingin menjadi musisi hebat, berlatihlah memainkan alat musik dan belajarlah komposisi lagu mulai hari ini, hingga bakat itu bisa muncul dalam kehidupan esok. Mengetahui bahwa usaha yang dikerahkan dalam kehidupan ini akan berbuah dalam kehidupan lainnya tentu akan membawa harapan bagi mereka yang dalam putus asa.
Memerangi kelaparan dan kemelaratan dunia akan menjadi kepedulian yang lebih mendesak bagi setiap individu di planet ini. Hal ini akan terjadi karena dua penyadaran. Pertama, kita akan paham bahwa kita akan kembali ke dunia yang kita bantu bangun. Kita bertanggung jawab atas kondisi-kondisi yang akan kita hidupi nantinya dalam kelahiran kembali-kelahiran kembali mendatang. Dari sudut pandang kepentingan diri sendiri, pengetahuan bahwa kita bisa terlahir kembali di sebuah negeri yang miskin akan memotivasi mereka yang di negara maju untuk berbagi sumber daya dengan negara-negara yang lebih miskin.
Penduduk negara-negara maju akan merasakan kepentingan yang lebih mendesak untuk membantu negara-negara miskin dalam membangun infrastruktur dan kebijakan ekonomi yang bisa menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok penduduknya. Sikap kita terhadap hutang Negara Dunia Ketiga akan berubah, seiring dengan semakin pedulinya kita terhadap kesulitan kaum miskin. Kedua, dari sudut pandang spiritual, kita akan menyadari bahwa jumlah uang dalam rekening bank kita pada saat ajal sama sekali tidak bermakna di mata Tuhan.
Alih-alih, yang bermakna adalah karma baik berdasarkan apa yang telah kita lakukan selama masa hidup kita untuk membantu sesama. Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai karma, yang kaya akan lebih peduli untuk meringankan penderitaan mereka yang tak punya. Bersama-sama, kita akan menginvestasikan lebih banyak waktu, tenaga, uang, dan kreativitas kita untuk merancang cara-cara guna membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik bagi mereka yang terlahir dalam situasi yang tidak menguntungkan.
Kita tidak akan terlalu termotivasi untuk menaruh sumber daya kita demi rumah yang lebih besar, mobil yang lebih mewah, perhiasan dan pernak-perniknya, tim olahraga, dan permainan yang menjurus pada kekerasan. Sebaliknya, kita akan memiliki hasrat untuk memperbaiki keadaan kehidupan demi kepentingan bersama. Pengetahuan kelahiran kembali akan mengubah apa yang selama ini kita hargai, dan sebuah hasrat akan muncul untuk mengejar hal-hal yang bernilai dari sudut pandang spiritual. Melindungi lingkungan akan menjadi masalah yang lebih mendesak ketika orang mulai menyadari bahwa mereka akan kembali ke Planet Bumi, Ibu Pertiwi kita, berulang-ulang di masa depan.
Orang akan menyadari bahwa dalam kehidupan-kehidupan berikutnya, mereka sendirilah yang harus berurusan dengan masalah-masalah lingkungan yang mereka ciptakan hari ini. Keuntungan ekonomi tidak akan lagi menjadi alasan yang melampaui pelestarian lingkungan, karena orang akan menyadari bahwa apa pun yang mereka lakukan akan masuk hitungan dan kejahatan terhadap Bumi juga memiliki dampak karma pula.
Hubungan antara anggota keluarga, kawan, lawan sekalipun, akan diperbaiki ketika orang menyadari bahwa kita kembali ke kehidupan dalam kelompok-kelompok, bahwa kita kembali ke Bumi dengan mereka-mereka yang telah kita kenal sebelumnya. Mereka yang punya konflik dengan kita dalam satu masa kehidupan akan kita jumpai lagi di kehidupan lainnya. Musuh kita yang paling bebuyutan bisa saja kembali kepada kita sebagai anggota keluarga atau rekan kerja, sehingga kita bisa punya kesempatan lain untuk benar-benar mengenal orang tersebut dan berkesempatan untuk mengakhiri konflik.
Dengan demikian, kita akan berupaya lebih keras untuk saling pengertian dalam kelahiran kembali saat ini. Kita akan belajar untuk bertoleransi terhadap mereka yang memiliki pandangan bertentangan dan nilai-nilai yang berbeda dalam kehidupan. Hubungan yang saling mengasihi akan disadari sebagai komoditi yang lebih berharga ketimbang uang atau emas. Adalah hal yang menarik untuk melihat bagaimana agama-agama mapan akan menanggapi memuncaknya bukti-bukti kelahiran kembali yang terus bermunculan di dunia. Otoritas keagamaan akan memiliki dua pilihan: meleburkan kelahiran kembali ke dalam doktrin mereka atau menolaknya.
Jika otoritas keagamaan menolak bukti kelahiran kembali, mereka akan mempertahankan status quo dan melakukan pengamanan jangka-pendek, namun ini berarti mereka juga menebarkan konflik keagamaan berkelanjutan, yang suatu saat bisa berkembang menjadi bencana besar-besaran. Jika otoritas keagamaan menerima informasi mengenai kelahiran kembali, mereka akan membantu menciptakan dunia yang lebih damai. Agama-agama mereka akan bertahan, karena ajaran-ajaran yang indah dan mengagumkan dari nabi-nabi mereka tidak akan musnah.
Di Salem, Massachusetts, pada tahun 1692. Dua puluh orang perempuan dieksekusi setelah sekelompok gadis muda menjadi emosional atau histeris ketika bermain-main dengan sihir. Pada kenyataannya, sebagian orang yang dituduh sebagai penyihir di masa silam besar kemungkinan adalah perempuan-perempuan yang punya bakat psikis tetapi dianggap berbahaya oleh mereka yang tidak memiliki bakat tersebut. Zaman sekarang, banyak perempuan yang ikut dalam kelas-kelas meditasi dirancang untuk memicu intuisi dan kemampuan psikis untuk mengingat masa lampau tatkala mereka ditindas dan dibakar di tiang. Sungguh bahaya terlahir sebagai orang yang punya bakat hebat di dunia yang relatif primitif.
Akan menarik untuk melihat bagaimana agama mapan bereaksi terhadap bukti kelahiran kembali yang berdatangan ke dunia dewasa ini. Otoritas keagamaan punya pilihan untuk menolak informasi atau bersikap terbuka terhadap kemungkinan bahwa mungkin terdapat keabsahan tertentu dalam kasus-kasus kelahiran kembali yang bermunculan.
Dalam konteks ini, saya ingin memberikan contoh sejarah lainnya, yaitu seorang ilmuwan dan ahli astronomi, Galileo. Galileo tertarik pada pergerakan ombak dan menemukan bahwa pergerakan ombak paling sesuai dengan teori-teori Nicolaus Copernicus (1473–1543). Copernicus mengajukan teori bahwa Bumi mengelilingi matahari. Pandangan ini bertentangan dengan kepercayaan bahwa Bumi adalah pusat alam semesta, yang merupakan kosmologi yang dianut oleh Gereja Katolik Roma. Penelitian Galileo mengenai pergerakan lautan menunjukkan bahwa Copernicus benar dan pengertian kuno tidaklah sesuai kenyataan.
Pada tahun 1624, Galileo menulis Dialogue of the Tides, yang diizinkan terbit oleh badan sensor Gereja Katolik Roma, meski mereka mengubah judulnya menjadi Dialogue on the Two Chief World Systems. Meski Dialogue on the Two Chief World Systems diterbitkan pada tahun 1632 dengan sepersetujuan badan sensor gereja, Galileo diperintahkan hadir di Roma untuk diadili karena “tuduhan kesesatan yang parah”.
Gereja Katolik Roma, nyatanya, tidak menyukai pandangan dunia yang diusulkan oleh Copernicus dan Galileo, yang meletakkan matahari sebagai pusat tata surya kita, di mana Bumi mengorbit matahari. Gereja memaksa Galileo mencabut kembali teorinya bahwa matahari berada di pusat tatasurya dan menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup untuk Galileo.
Untuk mempermalukannya lebih lanjut dan mempertahankan kendali akan sistem kepercayaan, Gereja Katolik Roma memerintahkan hukuman penjara Galileo diumumkan di setiap universitas dan bukunya Dialogue on the Two Chief World Sistems itu dibakar. Lika-liku, bentuk, dan proporsi wajah tampaknya konsisten dari satu kehidupan ke kehidupan lain. Kebiasaan fisik, seperti postur, gerakan tangan, serta jenis perhiasan yang dipakai juga bisa konsisten dari satu kehidupan ke kehidupan lain. Bahkan pose-pose yang tertangkap dalam lukisan diri dan foto anehnya sering serupa dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya.
Tipikal tubuh juga bisa konsisten, meski ukuran tubuh bisa beragam. Seorang individu bisa memiliki fisik yang lemah dalam satu kehidupan dan fisik yang kuat di kehidupan berikutnya. Seseorang bisa saja pendek dalam satu kelahiran kembali dan tinggi dalam kelahiran kembali berikutnya, meski karakteristik wajah, postur, dan gerakgerik tampaknya tetap sama.
Untuk catatan, riset kelahiran kembali saya menunjukkan bahwa dalam sekitar 10-20% kasus, jiwa bisa berganti jenis kelamin. Bahkan dalam kasus-kasus seperti ini pun, bangun-wajah masih tetap konsisten. Secara keseluruhan, sebagian besar orang (80-90%) tidak berubah jenis kelaminnya dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya, dan agaknya hakikat kita memiliki sifat dasar maskulin atau feminin.
Mereka yang dasarnya maskulin cenderung terlahir berulang sebagai pria. Sedang mereka yang dasarnya feminin lebih memilih kembali dalam tubuh perempuan. Saya pikir, bagaimanapun, kita semua sudah berganti gender secara berkala, untuk belajar bagaimana rasanya menjadi gender yang berbeda. Ciri kepribadian agaknya bertahan dari kehidupan ke kehidupan. Cara seseorang memandang kehidupan dan cara orang lain mempersepsikan diri Anda juga tetap konsisten. Beberapa ciri kepribadian kita bersifat positif dan kita membawa sertanya menjadi manfaat.
Sedangkan beberapa ciri kepribadian lainnya bisa membawa kerugian dan menyebabkan penderitaan dari kehidupan ke kehidupan. Tampaknya, evolusi kita berperan untuk menghaluskan bagian-bagian yang kasar dalam pembawaan kita. Sebagai contoh, katakan saja ada seseorang yang sifatnya sangat agresif. Keuntungan menjadi seorang agresif adalah orang ini mencapai tujuan-tujuannya. Aspek negatifnya adalah orang lain mungkin terluka oleh pendekatan agresif itu.
Tujuan bagi seorang yang agresif selama periode satu masa kehidupan atau lebih adalah untuk belajar mempertimbangkan perasaan orang lain. Meski ciri kepribadian tetap konsisten, saya telah mengamati bahwa penyakit badan maupun batin tidak bertahan dari satu kehidupan ke lainnya. Individu-individu yang memiliki ketergantungan secara kimia atau mengidap penyakit kejiwaan dalam suatu kehidupan sebelumnya tampaknya tidak membawa kelainan-kelainan ini ke kehidupan selanjutnya. Secara spiritual dan intelektual, kita tampaknya melanjutkan apa yang sebelumnya kita tinggalkan. Pencapaian-pencapaian yang telah kita raih dengan susah payah dalam pengejaran spiritual dan intelektual tetap bertahan—menjadi bagian dari diri kita.
Karena itu, upaya-upaya untuk memajukan diri kita tidak pernah sia-sia dan kita terus membangun sesuai upaya kita dari kehidupan ke kehidupan. Sama juga, bakat bisa muncul melalui satu kehidupan ke lainnya, namun sebaliknya, jika jiwa perlu mengambil jalur yang berbeda dalam masa kehidupan tertentu, bakat-bakat tersebut kadang terhalang. Sekalipun kita memiliki tingkat kematangan spiritual dan pengembangan intelektual yang sama di sepanjang kehidupan-kehidupan, kita bisa bertukar antara menjadi miskin dan kaya, terkenal dan tidak dikenal. Kita bergiliran berada di dalam atau di luar lampu sorot.
Status kita dalam kehidupan agaknya ditentukan oleh karma yang telah kita ciptakan dalam kehidupan-kehidupan yang lampau, serta oleh pelajaran-pelajaran yang telah ditentukan oleh jiwa kita sendiri. Tentu saja, ada pola bahwa jiwa yang kuat akan kembali menjadi jiwa yang kuat, seniman besar kembali sebagai seniman besar, dan mereka yang berpengaruh pada masa silam akan melakukannya lagi dalam kehidupan berikutnya.
Seperti yang dibahas panjang-lebar di bab pertama, ikatan agama dan latar belakang etnis bisa berubah dari kehidupan ke kehidupan. Sebuah jiwa bisa saja menjadi umat Kristiani di satu masa kehidupan dan bisa saja menjadi umat Yahudi atau Muslim di kehidupan berikutnya. Hal ini membawa pemahaman baru mengenai konflik-konflik yang dikarenakan perbedaan etnis atau agama. Tatkala saya menghubungkan kemiripan-kemiripan kepribadian, saya memerhatikan bahwa seringkali terdapat juga kemiripan dalam cara seseorang memilih untuk mengidentifikasi diri mereka sendiri dengan nama, dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya.
Lebih spesifiknya, nuansa dan kecenderungan nama yang kita pilih seringkali sama dari satu masa kehidupan ke lainnya. Tentu saja, orangtua kitalah yang memberi kita nama pada saat kelahiran, tetapi ketika beranjak dewasa, kita memilih versi nama yang diberikan kepada kita sesuai dengan yang kita inginkan. Sebagian memilih memakai nama tengah ketimbang nama pertama, ada pula yang lebih menyukai nama panggilan atau menggunakan inisial. Kita cenderung memilih variasi dari nama kita yang mencerminkan irama batin, suatu pola energi atau corak energi. Seperti halnya ciri kepribadian tetap konsisten dari kehidupan ke kehidupan, cara ekspresi seseorang tampaknya sama dari satu kehidupan ke kehidupan.
Dalam kasus John B. Gordon / Jeff Keene, sebuah analisis resmi linguistik yang dilakukan oleh profesor sebuah universitas memang menunjukkan bahwa struktur penulisan bisa tetap sama dari satu kelahiran kembali ke kelahiran kembali lainnya. Tentu saja ada beberapa variasi gaya menulis yang dikarenakan perbedaan tradisi dari berbagai zaman. Akan tetapi, konsistensi dalam gaya ekspresi maupun isi tetap teramati. Seperti potret-potret yang membuat kita bisa melihat bagaimana penampakan seseorang sama dari satu kehidupan ke kehidupan, dokumen sejarah, buku harian, dan berbagai dokumentasi lainnya memungkinkan kita mempelajari gaya penulisan lintas kelahiran kembali.
Orang-orang agaknya datang ke kehidupan dalam kelompok-kelompok, berdasarkan pada karma bersama dan ikatan emosional. Pasangan sering kembali bersama dan seluruh anggota keluarga dapat berulang. Ketika seseorang terlahir lagi, para anggota lain dari kelompok karma orang tadi akan hadir. Pengenalan anggota dari kelompok karma orang tersebut merupakan kriteria penting lainnya dalam memastikan pencocokan kehidupan lampau.
Penataan hubungan karma ini bisa saja keluarga kita, kehidupan kerja, ataupun pengejaran yang bersifat rekreasi. Penataan ini adalah panggung-panggung di mana kita memainkan drama karma kehidupan kita. Hal ini membawa makna baru bagi ungkapan Shakespeare, “Kehidupan ini hanyalah panggung sandiwara.” Jika hal ini benar, kita harus mempertanyakan apakah kita memiliki kehendak bebas (free will). Saya percaya bahwa meskipun kita semua memiliki sebuah rute yang telah digariskan sebelumnya dan harus kita lakoni, kita memiliki kehendak bebas terhadap apa yang kita lakukan selama perjalanan itu.
Sejatinya, pertumbuhan dan evolusi manusia tidak bisa berlangsung tanpa adanya kehendak bebas. Sebagian orang mungkin memiliki rute perjalanan yang lebih terstruktur sehingga membatasi lintasan sampingan, sementara orang lain memiliki aturan main yang tidak terlalu terstruktur. Namun demikian, kita tetap memiliki kehendak bebas di sepanjang jalur takdir kita. Kelompok-kelompok karma memberikan wawasan mengenai pengalaman deja vu. Jika kita berjumpa dengan orang-orang yang telah kita kenal di kehidupan lampau, tidaklah mengejutkan bahwa kita memiliki sepercik pengenalan ketika kita bertemu. Karena orang memiliki pola perilaku yang konsisten, kita bisa mengenali berbagai sifat dan reaksi unik ketika situasi-situasi tersebut terjadi kembali.
Suatu ciri umum dalam riset kehidupan lampau adalah simbol-simbol dari kehidupan lampau biasanya ditemukan pada kelahiran kembali individu yang sekarang dan kejadian-kejadian sinkron yang terjadi seolah memperkuat hubungan kehidupan silam. Dalam kasus saya pribadi, banyak kejadian-kejadian “kebetulan” yang seakan menghubungkan kehidupan silam saya sebagai John Adams, seorang pemimpin dalam Revolusi Amerika di Boston. Sebagai contoh, saya pertama kali bicara di depan umum mengenai kehidupan lampau saya di “Publick House” di Massachusetts, yang dibangun pada tahun 1711, di sebuah ruangan yang penuh dengan pernak-pernik zaman Revolusi.
Gambar-gambar mengenai kasus-kasus kelahiran kembali Bill Clinton, George W. Bush, Al Gore, dan diri saya diserahkan ke tangan Presiden Clinton, yang saat itu ada di kantor, di Gedung Putih, pada hari ulang tahun John Adams, sungguh ajaib. Tanpa sadar, saya juga menandatangani kontrak buku saya Return of the Revolutionaries pada hari ulang tahun John Adams, tanpa menyadari penandatanganan yang sinkronistik ini sampai hari berikutnya.
Sekitar 50% kasus-kasus kelahiran kembali yang diteliti Dr. Stevenson, kematian dini ataupun tragis terjadi dalam kehidupan sebelumnya. Dr. Stevenson menemukan bahwa individu-individu yang meninggal karena luka-luka yang traumatik, seperti luka karena peluru atau pisau, seringkali terlahir dalam kelahiran kembali berikutnya dengan bekas luka yang mencerminkan luka-luka yang terjadi dalam kehidupan sebelumnya. Dalam kehidupan kini, anak sering memiliki fobia yang berkaitan dengan penyebab kematian dalam kehidupan sebelumnya.
Sifat kepribadian, kesukaan, dan kebiasaan seringkali bertahan dari satu kelahiran kembali ke lainnya. Penampakan fisik yang dilaporkan sering sama dalam sejumlah kasus. Dalam 95% dari kasus Dr. Ian Stevenson, anak kembali dalam jenis kelamin yang sama dengan kehidupan sebelumnya. Jadi, hanya dalam 5% kasus terjadi peralihan jenis kelamin dari satu kehidupan ke lainnya. Pada tahun 1998, Dr. Stevenson meneliti ulang kasus-kasus yang ia teliti dua puluh tahun yang lalu. Dua di antara kasus-kasus tersebut, tersedia foto-foto dari individu-individu dari kehidupan sebelumnya. Gambar-gambar ini menunjukkan bahwa setelah usia dewasa, penampakan fisik konsisten dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya.
Dr. Stevenson telah meneliti nyaris 3.000 kasus yang mana anak-anak dilaporkan mampu mengingat kehidupan lampau. Dr. Stevenson memiliki kriteria yang ketat untuk mempertimbangkan kasus-kasus yang sahih dan dari 3.000 kasus yang ia periksa, sekitar seribu memenuhi kriterianya sebagai otentik. Meski Dr. Stevenson tidak memfokuskan pada kecocokan penampakan fisik pada tahuntahun awal risetnya, kasus-kasus Suzanne Ghanem, Daniel Jurdi, dan yang lain-lain telah membuat ia merevisi pendekatannya. Hanan Monsour dan Suzanne Ghanem memiliki arsitektur wajah yang sama, ciri wajah yang senada.
Rashid Khaddege dan Daniel Jurdi juga memiliki fitur wajah yang serupa. Sebuah foto yang membandingkan antara Khaddege dan Jurdi dilampirkan di akhir bab ini. Untuk melihat kesamaan bangun-wajah Hanan Monsour dan Suzanne Ghanem, silakan rujuk buku Old Souls oleh Tom Shrode. Dalam bukunya, Where Biology and Reincarnation Intersect, Dr. Stevenson menyarankan agar peneliti-peneliti pada masa mendatang secara sistematis mempelajari “kemiripan wajah antara subyek dan kepribadian sebelumnya.”
Ketika seseorang menghadapi realita kelahiran kembali, diperlukan suatu kajian ulang mengenai cara pandang dirinya akan dunia. Selama satu masa kehidupan, kita semua mengembangkan sebuah cara pemahaman yang unik mengenai dunia. Sistem kepercayaan ini mungkin melibatkan suatu aspek spiritual terhadap kehidupan, atau bisa juga penganutan pandangan ateistik. Entah apa pun sistem kepercayaan kita, bukti konkret kelahiran kembali menuntut adanya perubahan sistem kepercayaan kita.
Hal ini terutama berlaku bagi budaya-budaya di mana kelahiran kembali bukanlah hal yang wajar. Secara kolektif kita akan perlu menyesuaikan sistem kepercayaan kita ketika bukti-bukti obyektif kelahiran kembali muncul ke dunia. Secara umum, ini berita bagus, cuma perlu pembiasaan saja. Kelahiran kembali memberikan kita sebuah cara pandang yang lain mengenai perang, cara pandang yang membuat kita melihat betapa sia-sianya pengorbanan jiwa dan sumber daya dalam perang.
~~~
Uri Geller dan Daniel Dunglas Home
Uri Geller, yang mendapatkan ketenarannya dengan membengkokkan sendok-sendok dengan pikirannya, adalah salah seorang individu yang paling menakjubkan di planet ini. Seorang teman, Jeffrey Mishlove, ahli parapsikologi dan pengarang buku Roots of Consciousness, adalah orang yang pertama kali menduga bahwa Geller adalah kelahiran kembali Daniel Dunglas Home, seorang medium pada abad ke-19 yang terkait dengan fenomena psikokinetik, seperti juga Geller.
Dalam sebuah sesi dengan Kevin Ryerson, Ahtun Re mengonfirmasi bahwa Uri Geller adalah kelahiran kembali dari Home. Uri Geller mewawancarai saya di acara radionya pada tahun 2000, jadi saya memiliki alamat e-mail dan nomor teleponnya. Setelah mengonfirmasi pasangan identitasnya dengan Home saya mengirimkan Uri sebuah pesan dengan gambar-gambar yang membandingkan karakteristik wajahnya dengan wajah Home. Ketika saya tidak mendengar kabar dari Uri sekitar seminggu lebih, saya meneleponnya. Ketika saya berbicara dengannya, Uri tampak cukup gembira bahwa saya telah membuat pencocokan identitas kehidupan lampau untuknya.
Ia bilang bahwa ia belum melihat e-mail saya; ia menjelaskan bahwa ia menerima ratusan surat setiap hari. Ketika saya berupaya menjelaskan beberapa informasi yang melatar-belakangi, Uri memotong saya dengan pertanyaan tak sabar, “Jadi siapa saya dulu?” Saya mengatakan, “Anda dulu adalah Daniel D. Home.” Geller kemudian berseru, “Daniel Dunglas Home! Ya Tuhan, bulu kuduk saya baru saja berdiri! Saya kenal Home, saya bahkan pernah menulis soal dia.”
Saya memberitahukan Geller bahwa saya minta izin untuk memasukkan kasusnya dalam buku saya. Sebelum lebih banyak yang bisa dikatakan, Geller berkata bahwa ia harus mencari e-mail saya segera dan ia menyampaikan ucapan selamat tinggal dengan tergesa-gesa. Dua minggu kemudian, Uri setuju untuk ditampilkan dalam Revolutionaries sebagai kelahiran kembali Daniel D. Home. Dalam menghadirkan kasus ini, saya pertama-tama akan menceritakan sedikit gambaran biografis dari Daniel D. Home dan Uri Geller. Kemudian saya akan mengulas, secara terperinci, sifat-sifat yang sama dari sejarah kehidupan, kepribadian, kemampuan psikik atau adibiasa, dan kemampuan mediumistik mereka.
Pada titik ini marilah kita mengulas beberapa istilah yang akan digunakan. Mari kita mendefinisikan seorang medium sebagai seseorang yang berlaku sebagai penengah, seorang “penghubung”, yang bekerja menghubungkan makhluk-makhluk spiritual dengan manusia. Kemampuan adibiasa, di sisi lain, akan kita anggap sebagai kemampuan yang sudah ada dalam diri seseorang, tanpa adanya keterlibatan dari sosok spiritual luar. Sebuah contoh kemampuan adibiasa adalah telepati, yang mana pikiran disalurkan dari satu orang ke orang lain. Sebuah firasat, yang mana sebuah kejadian pada masa depan bisa dilihat, merupakan fenomena adibiasa lainnya. Melihat jauh merupakan kemampuan adibiasa lain yang mana kejadian-kejadian yang terjadi di tempat yang jauh bisa dilihat dengan batin.
Seorang individu, tentu saja, bisa saja memiliki kedua jenis bakat dan memiliki kemampuan-kemampuan adibiasa di dalam maupun kemampuan sebagai seorang medium. Medium-medium yang telah kita temui dalam buku ini antara lain Kevin Ryerson dan Bobby Jo, yang ditampilkan dalam kasus Penney Peirce. Seorang medium fisik didefinisikan sebagai seseorang yang membangkitkan fenomena fisik yang tidak lazim, seperti menyebabkan perabotan melayang.
Jika seseorang disebut sebagai seorang medium fisik, itu artinya bahwa peristiwa melayang disebabkan oleh makhluk dari luar, seperti roh. Medium itu bertindak sebagai perantara bagi roh, hingga makhluk yang tidak terlahir kembali itu bisa menyebabkan melayangnya benda-benda, atau fenomena lain, pada dimensi fisik. Secara umum, medium tidak mengerti bagaimana roh yang ia salurkan menciptakan fenomena fisik itu, seperti melayang. Telekinesis ataupun psikokinesis merupakan istilah yang menyatakan hal yang sama dan sederhananya merujuk ke efek-efek secara fisik yang disebabkan oleh pikiran.
Kedua istilah ini tidak mendefinisikan apakah efek-efek secara fisik itu disebabkan oleh sebuah makhluk spiritual dari luar atau manusia yang berkenaan dengan fenomena itu. Daniel Home dilahirkan pada tahun 1833, di dekat Edinburgh, Skotlandia. Pada usia empat tahun, Daniel menunjukkan bakatbakat adibiasa, misalnya, ia mampu mengetahui peristiwa-peristiwa, contohnya seperti kematian anggota keluarga, yang terjadi di tempat yang jauh secara geografis. Ketika Daniel berusia 9 tahun, keluarganya beremigrasi ke Amerika Serikat, kemudian menetap di Connecticut. Pada tahun 1820, ketika Home berusia 17 tahun kejadian-kejadian telekinesis tiba-tiba terjadi di sekitarnya.
Salah satu fenomena pertama yang digambarkan terjadi pada sebuah kursi yang tiba-tiba bergerak mendekati Home dengan sendirinya ketika ia sedang sarapan. Home sama kagetnya seperti yang lainnya dan berkomentar, “Apa yang menyebabkan gangguan pada sarapan kita ini?” Semenjak itu, perabotan rumah bergerak di sekitar ruangan, bahkan melayang, menjadi kejadian yang biasa di sekitar Home. Para cendekiawan terkemuka menaruh perhatian pada kekuatan Home, termasuk Hakim John W. Edmonds, seorang Hakim Mahkamah Agung New York.
Pada tahun 1855 Home pindah ke London, Inggris. Home mulai mengadakan séance, yaitu pertemuan untuk berbicara dengan roh, yang menarik perhatian orang-orang kaya dan berpengaruh, yang menyediakan Home dengan penginapan dan makanan sebagai imbalannya. Home tidak pernah meminta bayaran untuk pertemuan séance, namun ia tidak menolak hadiah. Ketika perlu, Home mendapatkan uang dengan melakukan demonstrasi di depan umum. Ia menjadi medium paling terkenal di dunia dan dicari oleh para penguasa negara. Home menjadi dekat dengan Napoleon III, Kaisar Perancis. Napoleon III terutama terkesan oleh Home ketika roh mengetuk-ngetuk meja dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan di dalam pikirannya, bukan lewat kata-kata.
Di Roma, Home bertemu dengan seorang perempuan bernama Sacha, yang merupakan keturunan keluarga kerajaan Rusia. Setelah bertemu dengannya, Home mendapatkan sebuah firasat, di mana ia tahu bahwa Sacha bakal menjadi istrinya. Alexander II, Tsar Rusia, secara pribadi memberikan restu bagi pernikahan itu dan Tsar menjadi sahabat dekat Home. Pada tahun 1859, Sacha dan Home terkarunia seorang anak laki-laki yang diberi nama Gregoire, yang diberi nama kecil Gricha.
Alexander II, sang Tsar, menjadi orangtua baptis Gricha. Ketika anaknya tumbuh, Home memerhatikan bahwa fenomena psikokinetik diperkuat dengan keberadaan Gricha. Malangnya, Home terserang penyakit tuberkulosis dan istrinya, Sacha, juga tertular. Home kehilangan istri tercintanya karena tuberkulosis setelah hanya empat tahun menikah. Setelah kematiannya, Home pergi ke Roma untuk belajar memahat, berharap untuk mencapai kemandirian secara finansial dengan menjadi seorang seniman.
Pada tahun 1863, ia menerbitkan versi pertama otobiografinya, Incidents of My Life, meski banyak bagian dari buku itu sebenarnya ditulis oleh pengacaranya. Pada tahun 1869, Alexander Aksakoff, seorang Profesor Kimia di University of St. Petersburg dan seorang sahabat Home melalui koneksinya di istana Rusia, memperkenalkannya ke Sir William Crookes. Crookes adalah seorang ilmuwan ternama Inggris yang mempelajari spiritualis terkemuka Amerika, Kate Fox.
Sir William Crookes mempelajari Home pada tahun 1870. Di antara berbagai fenomena yang terdokumentasi, Crookes menyaksikan Home melayang pada dua kejadian dan melihat sebuah roh beterbangan di sekitar ruangan sambil memainkan sebuah akordion (roh itu menghilang setelah istri Crookes menjerit ketakutan). Dalam berbagai séance, Home sering hanya memegang satu ujung akordion, sementara tangan roh yang tak terlihat akan memainkan keyboard dari alat musik itu.
Seringkali, musik yang dimainkan digambarkan sebagai sangat indah, seperti datang dari dunia lain. Pada kesempatan lainnya, melodi yang dimainkan cukup umum, seperti lagu “God Save the Queen”. Untuk memastikan ini bukanlah sebuah tipuan, Sir William Crookes membangun sebuah kandang besi, di mana akordion itu diletakkan. Home memegang salah satu ujung akordion melalui pucuk kerangkeng sementara tangan tak terlihat memainkan melodi-melodi dalam alat musik yang terpenjara. Setelah serangkaian eksperimen seperti ini, pada tahun 1871, Crookes menyatakan bahwa kemampuan Home memang asli.
Sebagai hasil hubungan kerja sama mereka, Crookes dan Home menjadi sahabat karib. Komunitas ilmiah saat itu berpikiran tertutup mengenai spiritualisme dan Crookes menghadapi kritik-kritik terhadap penelitiannya mengenai Kate Fox dan Daniel Home. Akan tetapi, bertahun-tahun kemudian, Crookes terpilih menjadi Presiden British Association for the Advancement of Science. Selama periode waktu di mana eksperimen-eksperimen dengan Sir William Crookes berlangsung, Daniel Home bertemu dengan Julie de Gloumeline, seorang anggota keluarga kerajaan Rusia lainnya.
Julie mencatat bahwa pada perkenalan mereka, sebuah suara memberitahukannya bahwa di situlah suaminya. Mereka menikah bulan Oktober 1871. Julie sangat berbakti kepada Home dan ia akan menulis dua buku mengenai dirinya. Home terus mendemonstrasikan fenomena psikokinetik dalam tahun-tahun berikutnya, bersahabat dengan tokoh-tokoh dunia seperti Mark Twain. Home meninggal karena tuberkulosis pada tanggal 21 Juni 1886 di Nice, Perancis.
Uri Geller lahir di Israel pada tanggal 20 Desember 1946, tepatnya 60 tahun setelah Daniel D. Home meninggal. Insiden tidak biasa yang pertama kali dialaminya terjadi ketika ia berumur 3 atau 4 tahun. Peristiwa ini dijabarkan dalam buku otobiografinya, yang berjudul My Story. Saat sedang bermain dalam sebuah taman bergaya Arab di seberang jalan rumahnya, sebuah cahaya keperakan, seterang matahari turun ke atasnya. Ia mengalami suara deringan yang keras di kedua telinganya, rasa sakit di dahinya, kemudian ia kehilangan kesadaran.
Ketika Uri siuman, ia tahu bahwa sesuatu yang penting telah terjadi pada dirinya, meski ia belum bisa memahami apa itu. Dalam tahun-tahun berikutnya, Uri menemukan bahwa ia memiliki kemampuan-kemampuan telepatik, seperti kemampuan untuk membaca pikiran. Ia menceritakan sebuah contoh yang melibatkan ibunya, yang suka bermain kartu dengan teman-temannya. Uri menemukan bahwa ia tahu persis berapa banyak uang yang ibunya telah menangkan atau kalah, sebelum ia mampu mengucapkan satu kata pun soal itu.
Ketika ia berusia 9 tahun, Uri dengan polosnya sedang makan sup jamur di rumah, ketika sendoknya secara spontan bengkok dan sup panas itu tumpah ke pangkuannya. Sesaat kemudian, bagian kepala sendok itu putus, seakan sambungannya ke gagang sendok meleleh. Uri sama terkejutnya dengan ibunya. Ayah Uri Geller adalah seorang sersan tank baja dalam tentara Israel dan ibunya bekerja sebagai seorang penjahit. Pasangan ini pada akhirnya bercerai lalu Uri dan ibunya pindah ke Pulau Siprus di Laut Tengah, di mana kejadian-kejadian telepatik dan psikokinetik berlanjut.
Sebagai seorang remaja, Uri Geller memiliki pengetahuan di dalam dirinya akan jalan yang sudah ditakdirkan dalam hidup. Pada tahun 1950-an, Uri memberitahukan gurunya, Julie Agrotis, bahwa ilmuwan-ilmuwan akan mempelajarinya dan ia akan bekerja untuk perdamaian dunia. Uri dan ibunya kemudian kembali ke Tel Aviv dan ketika ia mencapai usia wajib militer, Uri masuk ke ketentaraan Israel. Perang Enam Hari pecah pada bulan Juni 1967 dan Uri, seorang tentara parasut melihat pertempuran langsung di dekat Ramala. Dalam pertempuran, ia terluka di kedua tangan dan kepalanya.
Ketika Geller sedang memulihkan diri dari luka-lukanya, ia diminta bekerja sebagai seorang konselor di sebuah kamp liburan untuk anak-anak. Di kamp tersebut, Geller menghibur anak-anak dengan melakukan demonstrasi yang melibatkan telepati dan membengkokkan sendok. Uri kemudian bertemu dengan Shimshon Shtrang, seorang bocah berusia 12 atau 13 tahun, yang nama panggilannya adalah Shipi. Mereka berdua seakan saling bergema dan Geller memerhatikan bahwa kemampuan telepati dan fenomena membengkokkan logam menjadi meningkat di sekitar Shipi.
Keduanya menjadi sahabat dekat. Shipi adalah salah seorang yang mengatur Geller untuk melakukan pertunjukannya di depan forum umum yang besar dan pada akhirnya menjadi manajernya. Shipi juga memperkenalkannya ke saudari kandungnya, Hannah. Bertahun-tahun kemudian, Uri Geller akan menikahi Hannah. Penyanyi Michael Jackson dalam pernikahan itu bahkan ikut sebagai pendamping mempelai laki-laki. Seorang dokter dari Amerika Serikat, Andrija Puharich, memiliki minat terhadap fenomena adibiasa dan datang ke Israel untuk menemui Uri Geller.
Sebuah hubungan di antara mereka segera mereka rasakan, dan Uri menulis dalam otobiografinya, “Saat ketika saya melihat Andrija, saya tahu oleh intuisi bahwa saya bisa bekerja dengannya.” Geller juga mengamati bahwa Shipi dan Hannah juga menyukai Puharich. Setelah riset-riset pendahuluan dilakukan di Israel, Puharich menulis pada ilmuwan-ilmuwan di Stanford Research Institute (SRI), untuk merekomendasikan mereka meneliti secara formal kemampuan-kemampuan Geller.
Bakat-bakat Geller diuji di SRI pada tahun 1972 dan 1973. Para ilmuwan yang melakukan eksperimen-eksperimen ini termasuk astronot Apollo Edgar Mitchell, Ph.D.; Russel Targ, Ph.D., seorang fisikawan; dan Hal Puthoff, Ph.D., seorang ahli fisika kuantum. Sementara eksperimeneksperimen sedang dilakukan di SRI, Geller juga bertemu Werner von Braun, ilmuwan roket. Geller membengkokkan cincin pernikahan von Braun, ketika cincin itu dipegang oleh tangan von Braun sendiri.
Fokus penelitian di SRI adalah eksperimen-eksperimen telepati dan pada akhirnya, sebuah tulisan ilmiah diterbitkan dalam jurnal terkemuka Inggris, Nature, yang mendukung kemampuan telepatik Geller sebagai asli. Geller kemudian diuji kembali pada bulan Juni 1974, di King’s College, London. Profesor John Taylor mengawasi eksperimen-eksperimen ini dan berlainan dengan riset di SRI, mereka memeriksa kemampuan psikokinetik Geller. Di bawah kondisi laboratorium, sebuah kawat metal terlihat membengkok sendiri dan sepotong kuningan berpindah sejauh 20 kaki dengan sendirinya.
Sepotong tembaga kemudian melayang dan menyatu dengan sepotong kuningan tadi. Sebuah batangan besi yang lurus bergerak dengan sendirinya dan mendarat di kaki Profesor Taylor, ditemukan dalam keadaan bengkok. Juga di laboratorium di King’s College, Geller juga bisa membuat kompas bergerak 40 derajat dengan hanya berkonsentrasi padanya dan ia mengaktifkan jarum di alat Uri Geller, Daniel Dunglas Home, dan Ariel Sharon pengukur Geiger hanya dengan pikirannya. Instrumen-instrumen yang digunakan untuk memonitor fenomena menunjukkan bahwa tidak ada daya listrik, medan magnet, atau radiasi yang dimunculkan selama aksi-aksi Geller.
Profesor David Bohm, seorang ilmuwan di Birkbeck College, yang merupakan bagian dari University of London, merupakan ilmuwan akademis berikutnya yang mengevaluasi Geller. Bohm digambarkan sebagai seorang pria yang cemerlang dan peka oleh Geller dan sebuah hubungan istimewa timbul di antara mereka berdua. Bohm sebagai seorang ahli fisika kuantum pernah bekerja dengan Albert Einstein dan Neils Bohr, dan ia adalah salah satu dari orang-orang yang terlibat dalam upaya-upaya pertama untuk memecah atom.
Beberapa tamu juga diundang untuk menyaksikan eksperimen-eksperimen di Birkbeck, termasuk penulis fiksi Arthur C. Clarke, yang mengarang buku 2001: A Space Odyssey. Di Birkbeck College, di bawah kondisi laboratorium, Geller membuat kunci-kunci bengkok dan sekali lagi ia menggerakkan sebuah pengukur Geiger dengan pikirannya. Geller juga membuat setengah kristal vanadium karbida, yang tersegel dalam sebuah tabung plastik, menjadi terurai.
Pada akhirnya, Profesor John Taylor dan Profesor David Bohm menulis dukungan terhadap Uri Geller, mengakui bahwa kemampuan psikokinetiknya nyata. Mereka juga mencatat bahwa fenomena yang didemonstrasikan oleh Geller sepenuhnya berada di luar hukum-hukum fisika yang telah diketahui. Eksperimen-eksperimen di Stanford Research Institute, King’s College, dan Birkbeck College dilakukan pada tahun 1970-an. Sejak saat itu, Uri Geller terus melakukan demonstrasi-demonstrasi kemampuan psikokinetiknya, telah bersahabat dengan pemimpin-pemimpin dan selebriti dunia, dan terus mengemukakan pesannya melalui berbagai media.
Pesannya adalah kekuatan-kekuatan ini menandakan sesuatu yang luar biasa dan sesuatu dalam pikiran manusia yang belum bisa dijelaskan. Harapan Uri adalah umat manusia akan menyelidiki kekuatan-kekuatan ini untuk lebih lanjut mengeksplorasi potensi manusia. Pada saat yang sama, ia berulang-ulang menyatakan bahwa harapan terbesarnya adalah perdamaian dunia dan ia akan menggunakan forum-forum yang tersedia baginya karena kekuatan-kekuatan ini untuk menjadi juru bicara tentang toleransi dan pengertian.
Saya berpraduga bahwa Uri Geller adalah kelahiran kembali Daniel D. Home. Saya akan mengulas berbagai kemampuan telepatik dan psikokinetik Daniel D. Home dan Uri Geller, dalam upaya menunjukkan bahwa bakat-bakat dari kedua orang ini sama. Kemudian, saya akan membandingkan ciri kepribadian mereka. Dengan cara ini, saya berharap bisa menunjukkan contoh lain bagaimana bakat-bakat, kemampuan-kemampuan, minat-minat dan kepribadian tetap konsisten dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya.
Mari kita pertama-tama membahas bakat-bakat yang sama-sama dimiliki oleh Daniel Home dan Uri Geller. Firasat, Telepati, dan Melihat Jauh. Home: Pada usia 4 tahun, Daniel Home pertama kali menceritakan kejadian-kejadian yang terjadi jauh darinya. Apakah ini merupakan fenomena telepatik, di mana ide-ide dipancarkan, atau sebuah bentuk kemampuan melihat jauh tidak bisa dengan jelas dikatakan. Pada usia 17, Home dengan akurat memprediksikan bahwa ibunya akan meninggal pada usia 42 tahun.
Setelah ibunya meninggal, dilaporkan bahwa Home masih sering berhubungan dengannya di alam roh. Komunikasi ini bisa dipandang sebagai sebuah fenomena telepatik yang melibatkan sebuah makhluk roh. Home memiliki sebuah pesan telepatik secara visual pada usia 13 tahun, di mana di dalamnya seorang sahabat masa kecil bernama Erwin muncul dan membuat tiga lingkaran dengan tangan kanannya. Erwin dan Home telah membuat sebuah perjanjian bertahun-tahun sebelumnya bahwa salah seorang dari mereka yang mati duluan akan mencoba berkomunikasi dengan yang lainnya.
Home dengan akurat menafsirkan visi ini yang berarti Uri Geller, Daniel Dunglas Home, dan Ariel Sharon Erwin telah meninggal 3 hari sebelumnya. Kemudian, Home mendapatkan sebuah visi akan kematian saudara kandungnya di Lautan Kutub. Saudara kandung Home, Adam, benar meninggal ketika berburu beruang dengan para petugas dari sebuah kapal yang sedang menyelidiki daerah kutub. Geller: Salah satu dari perwujudan kemampuan adibiasa Geller yang paling awal adalah kemampuannya untuk membaca pikiran ibunya.
Sewaktu kecil Uri mampu berulang kali mengetahui berapa banyak uang yang ibunya menangkan atau kalah dalam permainan kartu. Kemudian, Uri secara telepatik mengetahui bahwa ibunya sedang mengalami kecelakaan mobil. Di Siprus, ia menemukan bahwa ia bisa menyelesaikan ujian-ujian sekolah, tanpa belajar, dengan secara telepatik mengambil jawaban-jawaban dan seluruh esai-esai dari teman-teman sekelasnya. Uri Geller telah mendapatkan banyak firasat akan bahaya dan kematian.
Ketika kecil, dalam sebuah perjalanan ke kebun binatang, Uri merasakan sebuah situasi bahaya muncul dan memiliki dorongan untuk meninggalkan tempat itu segera. Kemudian diketahui bahwa seekor singa telah meloloskan diri dari kerangkengnya dan mengejar sejumlah pengunjung di kebun binatang itu. Sewaktu remaja, Uri secara telepatik mengetahui bahwa ayah tirinya telah masuk rumah sakit karena kondisi medis darurat. Ia berjalan ke rumah sakit dan langsung menuju lantai 4, di mana ayah tirinya sedang dimonitor. Uri menemukan ayah tirinya tanpa pemberitahuan dari luar mengenai situasinya ataupun lokasi ayah tirinya. Ia juga mengetahui bahwa ayah tirinya akan meninggal.
Ketika ayahnya mengajak Uri naik ke dalam sebuah kendaraan militer beroda rantai baja dan ketika mereka mulai menaiki sebuah tepian yang curam, ia mendapat firasat bahwa bahaya sedang berada di dekat dan Uri berkeras agar ayahnya meninggalkan tepian. Beberapa detik kemudian, salah satu rantai baja kendaraan berat itu putus, yang membuat kendaraan itu terbalik jika ia masih berada di atas tepian. Ketika Perang Enam Hari meletus dan Uri bersiap-siap pergi bertempur, ia memiliki firasat bahwa sesuatu akan terjadi padanya, seperti mendapatkan luka, tetapi ia juga tahu bahwa ia tidak akan mati.
Hal ini ternyata memang benar terjadi. Ketika ia melihat seorang sahabat bernama Avram di pucuk sebuah kendaraan berlapis baja, Uri memiliki firasat bahwa Avram akan tewas dalam pertempuran, yang kemudian terjadi sehari sesudahnya. Ketika Uri Geller melakukan demonstrasi-demonstrasi di kamp anak-anak setelah perang, kemampuan telepati, seperti dengan tepat menebak angka-angka yang dipikirkan dalam benak anak-anak, adalah salah satu bakat yang ia tunjukkan.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, kemampuan-kemampuan telepatik Uri Geller secara ilmiah telah dibuktikan di Stanford Research Institute. Uji-uji yang dilakukan di SRI termasuk mencoba menggambar ulang sebuah gambar yang tersembunyi dari pandangan. Kemampuan ini mungkin bisa dianggap sebagai telepati visual, meski istilah ”melihat jauh” juga bisa diterapkan. Pergerakan, Melayang, dan Manipulasi Obyek. Home: Salah satu dari fenomena umum yang dihasilkan Home adalah pergerakan dan melayangnya benda-benda, termasuk perabotan-perabotan yang berat.
Sebuah hal yang menarik adalah benda-benda yang ditaruh di atas sebuah meja, yang melayang dan dibalikkan secara horizontal, tetap berada di atas meja seakan dilem. Api-api lilin tetap mempertahankan arah nyalanya ke atas pada meja yang telah dimiringkan itu. Karenanya, nyala-nyala itu tampaknya seakan melawan gravitasi. Kursi-kursi, lampu-lampu, dan berbagai benda rumah tangga lainnya akan bergerak sendiri, dan akordion serta piano akan bermain sendiri seperti digerakkan oleh tangan-tangan tak tampak.
Tangan-tangan bercahaya akan muncul, menyentuh para hadirin, atau memungut benda-benda, kemudian menghilang. Awan-awan seperti uap akan muncul secara spontan dan kemudian lenyap. Sir William Crookes mengamati banyak dari kemunculan-kemunculan ini di bawah kondisi-kondisi yang terkontrol. Karena fenomena-fenomena ini, seorang pengamat berkomentar mengenai Home, “Atraksi hebat yang ditampilkannya adalah relasi misterius yang dimilikinya dengan benda-benda mati.”
Geller: Di bawah kondisi laboratorium yang terkontrol di King’s College, obyek-obyek tampak bergerak menyeberangi ruangan dengan sendirinya, sebuah kompas tangan menyimpang 40 derajat dan sebuah alat pengukur Geiger teraktivasi. Di Birkbeck College, di bawah kondisi-kondisi terkontrol, kunci-kunci dibengkokkan, sebuah alat pengukur Geiger teraktivasi, dan separuh dari kristal vanadium karbida mengurai. Ketika Uri Geller berada di rumah aktor Jimmy Stewart, sebuah ukiran batu berwujud kuda nil di perpustakaan Stewart tiba-tiba muncul di pekarangan rumah yang terbuka. Di rumah seorang sahabat perempuannya, sebuah patung dari Mesir yang berasal dari tahun 1000 SM mendadak muncul dalam sebuah lemari yang terkunci.
Ketika Uri Geller sedang berada dalam sebuah pesawat dalam perjalanan ke Inggris, kameranya, yang ia simpan di bawah kursinya, secara spontan melayang di hadapannya. Di rumah Dr. Andrija Puharich, di depan kehadiran Geller, sebuah jam dinding kuno yang berat bergeser menyeberangi ruangan sendiri, sama seperti fenomena yang dialami Home. Geller juga menuturkan sebuah asbak melompat dari sebuah meja ke lantai dan sebuah vas bergerak dari ruangan lain dan mendarat di sebuah meja. Kejadian-kejadian ini identik dengan yang dihasilkan Home.
Kekhasan Uri Geller, tentu saja, adalah membengkokkan sendok-sendok dan obyek-obyek logam lainnya dengan pikirannya. Meski membengkokkan logam tidak dilaporkan sebagai salah satu fenomena biasa Home, sebuah sifat yang sama antara kemunculan-kemunculan milik Home dan Geller adalah perubahan dari hukum-hukum fisika yang berlaku biasa. Baik fenomena Home dan Geller keduanya melibatkan berhentinya hukum gravitasi, pergerakan benda-benda tanpa daya dari luar yang disalurkan kepada mereka serta kemunculan / kelenyapan.
Sebagai kesimpulan, komentar, “Atraksi hebat yang ditampilkannya adalah relasi misterius yang dimilikinya dengan benda-benda mati,” berlaku sama tepatnya pada Home ataupun Geller. Ruangan Berguncang. Home: Home melakukan pertunjukan-pertunjukan séance reguler untuk Napoleon III dan Permaisuri Prancis. Pada salah satu peristiwa ini, tercatat bahwa seluruh ruangan berguncang. Elizabeth Browning, seorang pujangga perempuan Inggris, juga mencatat bahwa selama sebuah sesi séance, ruangan berguncang seperti sedang gempa.
Geller: Ketika jam dinding kuno bergerak spontan menyeberangi ruangan di rumah Dr. Andrija Puharich, Geller juga memerhatikan bahwa “ruangan berguncang”. Melayang / Pemindahan Makhluk Hidup. Home: Home terlihat melayang pada saat melakukan séance dalam berbagai kejadian. Sir William Crookes mengamati dua dari peristiwa ini. Peristiwa melayang Home yang paling terkenal terjadi pada 16 Desember 1867 di Ashley House, London, yang waktu itu dimiliki oleh keluarga Adare.
Home melayang secara horizontal keluar sebuah jendela dalam satu ruangan dan kemudian melayang keluar gedung menuju jendela ruangan lain, hingga masuk kembali ke dalam bangunan itu. Ketika Home melayang keluar gedung, ia berada tepat 50 kaki di atas tanah. Banyak saksi saat itu yang hadir. Geller: Peristiwa melayang biasa belum menjadi bagian dalam kemampuan Uri Geller, meskipun ia muncul dalam versi yang lebih mutakhir dari kemampuan ini. Pada 9 November 1975, Uri Geller menuturkan sebuah insiden di mana ia terpindahkan dari East Side di Manhattan ke rumah Dr. Andrija Puharich di Ossining, New York, nyaris seketika. Jarak Manhattan dan Ossining adalah sekitar 40 mil.
Dalam otobiografinya, My Story, Geller menceritakan bahwa ia sedang melangkah di sebuah jalan di Manhattan, dalam perjalanan pulang, ketika tiba-tiba ia merasa seperti tersedot ke atas. Hal berikut yang diketahuinya, ia jatuh menembus sebuah panel kaca di serambi. Geller mendarat di sebuah meja kaca, memecahkan permukaan kacanya. Saksi-saksi telah melihat Geller di Manhattan sesaat sebelum kejadian dan Puharich sedang berada di rumah di Ossining, ketika ia menemukan Uri Geller lecet-lecet dan tertegun.
Dalam insiden lainnya, anjing Puharich terpindahkan dari lantai dapur ke jalanan di luar rumah, yang terjadi saat Geller berada di sana. Kemampuan Memicu Kemampuan Mediumistik Pada Orang Lain. Home: Tercatat bahwa dalam kehadiran Daniel Home, Pangeran Luigi, saudara Raja Naples, memunculkan kemampuan medium dengan sendirinya. Geller: Salah satu hal yang paling menakjubkan dari acara wawancara radio Uri Geller, pada tahun 1970-an, adalah ribuan pendengarnya melaporkan terbengkoknya logam di rumah mereka sendiri selama acara radio Geller. Sebagai tambahan, jam dinding dan jam tangan yang telah mati selama bertahun-tahun secara spontan mulai bekerja kembali.
Fenomena yang sama terjadi ketika sebuah artikel surat kabar mengenai Uri Geller diterbitkan, ketika para pembacanya diajak untuk membengkokkan logam pada suatu waktu yang telah ditetapkan dan disesuaikan bersama. Fenomena memicu kemampuan membengkokkan logam dan memperbaiki jam di rumah-rumah orang juga terjadi di London, Jerman, Denmark, Swedia, Finlandia, dan Jepang. Di Denmark, seorang perempuan yang sedang mendengarkan acara Geller, mengeluh bahwa tidak ada yang terjadi. Beberapa saat kemudian, bingkai logam kacamatanya bergelung di atas hidungnya.
Dalam sebuah demonstrasi yang lebih menakjubkan mengenai bagaimana kemampuan psikokinetik bisa dibangkitkan dalam diri orang lain, siaran radio itu berhasil mengidentifikasi 15 anak yang memiliki kemampuan sama dengan Geller. Professor John Taylor kemudian meneliti anak-anak ini di King’s College. Ia menemukan bahwa anakanak ini mampu melakukan pembengkokan logam 80% setiap kali mencoba, angka rerata yang sama dengan Geller.
Kekuatan Dianggap Datang Dari Luar Medium. Bervariasi Dalam Efektivitas. Home: Home berulang-ulang menyatakan bahwa kekuatankekuatan datang dari luar dirinya dan ia tidak memiliki kendali akan kekuatan itu. Pada séance-séance, ia tidak bisa menjamin bahwa fenomena akan terwujud dan ia mencatat bahwa daya dari kekuatan itu bervariasi. Home pernah dinasihati oleh para pembimbing spiritualnya atau para “pengendali” bahwa kekuatannya akan lenyap sementara selama tepat satu tahun, dan tepat itu pula yang terjadi.
Menarik untuk dicatat bahwa sama seperti orang lain, Home sering sama terkejutnya terhadap fenomena yang ia hasilkan. Kadang, ketika Home terbangun dari keadaan trance setelah sebuah séance selesai dan diberitahu apa yang terjadi ketika ia dalam keadaan trance, ia tidak akan percaya bahwa fenomena yang diceritakan sebenarnya terjadi. Pengarang asal Amerika, Nathaniel Hawthorne menulis mengenai Home bahwa ia “sama bingungnya dengan orang-orang lain terhadap pertunjukan adibiasanya sendiri, ia kaget dan ketakutan akan fenomena yang dihasilkannya.”
Geller: Uri Geller telah berulang-ulang menyatakan bahwa kekuatan-kekuatannya datang dari luar dirinya. Geller menulis, “Saya merasa kekuatan-kekuatan ini datang dari jauh di luar diri saya, bahwa saya seperti sebuah pipa yang menyalurkan mereka.” “Juga, saya selalu mengingat bahwa daya atau energi ini bukan milikku: mereka hanyalah pinjaman dari daya kosmik yang telah mengirimkannya ke arahku.” Geller juga mengamati bahwa kekuatan daya ini bisa bervariasi, dan ia juga tidak mampu memprediksi kapan mereka akan kuat atau lemah.
Meski Geller belum menerima instruksi verbal dari para “pengendali”-nya sampai ke yang dialami Home, instruksi-instruksi itu terjadi. Sebagai contoh, suatu ketika di tengah malam sebuah suara membangunkan Geller dan menyatakan, “Andrija harus menulis sebuah buku.” Seperti halnya Daniel Home, Uri Geller juga sering dikagetkan oleh fenomena yang dihasilkannya sendiri.
Kekuatan Bisa Nakal. Home: selama satu sesi séance yang Home coba lakukan di sebuah meja, kursinya sendiri, dengan Home duduk di atasnya, bergeser beberapa kaki ke belakang. Home sama terkejutnya dengan yang lain. Sembari dengan malu-malu memindahkan kembali kursinya ke meja, ia menjelaskan kepada tamu-tamunya bahwa kekuatan-kekuatan sedang “nakal” malam itu. Geller: Uri Geller pun bisa menceritakan situasi yang sejenis dengan yang dialami Home. Geller telah menulis, “Kecerdasan atau daya energi atau kekuatan ini—apa pun mereka, tak ubahnya adalah badut-badut yang muncul di alam semesta. Mereka sering melakukan hal-hal yang sama sekali tak kuduga.”
Sebagai contoh, ketika Geller sedang dievaluasi di Stanford Research Institute, ia, Edgar Mitchell, dan para peneliti lainnya sedang makan siang. Ketika ia sedang makan es krim, Geller menemukan sebuah miniatur kepala anak panah dari logam di mulutnya. Reaksi pertamanya adalah memprotes manajemen restoran itu. Kemudian, ekor anak panah muncul di meja. Edgar Mitchell kemudian menyadari bahwa dua kepingan itu membentuk sebuah penjepit dasi berbentuk anak panah miliknya yang telah hilang bertahun-tahun sebelumnya.
Kekuatan Bisa Bersifat Melindungi. Home: Tercatat bahwa setidaknya dalam satu kejadian kekuatan-kekuatan melindungi Home dari cedera. Secara spesifiknya, Home dilayangkan dari lintasan sebuah pohon yang sedang tumbang. Geller: Uri Geller menggambarkan dalam beberapa insiden, yang mana ia percaya bahwa kecerdasan-kecerdasan yang mengendalikan kekuatannya, telah menyelamatkannya dari bahaya atau masalah. Salah satu yang paling jelas adalah pada saat sebuah latihan militer. Selama masa latihan militernya, Geller seharusnya membawa sebuah senapan mesin berat pada sebuah latihan berjalan yang diperpanjang.
Karena latihan itu tidak termasuk menembakkan senjata, ia mengeluarkan suku cadang berat dari dalam senapan mesin itu dan meninggalkannya di kamarnya. Tanpa disangka, sebuah latihan dadakan diperintahkan yang mana Geller harus langsung menembakkan senapan begitu ia selesai menyusunnya. Geller melakukan gerakan-gerakan memasang senapan mesin, padahal tahu bahwa senapan itu tidak akan bisa menembak tanpa suku cadang di dalamnya. Ia sudah was-was akan dihukum berat karena perbuatannya ini.
Ketika ia menarik picu, Geller terkejut melihat bahwa senapan itu bisa ditembakkan dengan baik. Ketika ia kembali ke kamar, ia menemukan bahwa suku cadangnya berada tepat di mana ia meninggalkannya. Satu-satunya perbedaan bahwa ia telah meninggalkan suku cadang itu dalam keadaan bersih, sementara ketika ia kembali, suku cadang itu kotor dan berminyak, seakan telah digunakan menembakkan senapan. Jadi agaknya suku cadang itu telah mengalami perpindahan ke tempat latihan militer, lalu kembali ke kamar Geller setelah tugas menembakkan senapan mesin itu terlaksana.
Dua contoh lain perlindungan tertulis dalam buku otobiografi Uri Geller. Ketika ia sedang remaja dan tinggal di Siprus, Uri tersesat dalam sebuah gua yang gelap gulita. Tepat ketika ia tengah putus asa untuk bisa keluar hidup-hidup, anjingnya, yang telah ditinggalkan Uri di rumah beberapa mil jauhnya secara misterius muncul di dalam gua. Anjing Uri kemudian memandunya keluar menuju tempat yang aman. Dalam peristiwa lainnya, Geler sedang menyelam di Laut Tengah. Seekor ikan hiu muncul dan mulai mengitarinya. Tepat ketika hiu itu akan menyerang, Geller menutup matanya dan menembak hiu tersebut secara membuta dengan senapan tombaknya. Ketika ia membuka matanya, hiu itu telah lenyap dari pandangannya.
Penampakan Pembantaian. Home: Dilaporkan bahwa Home mengalami penampakan-penampakan yang mengerikan, yang membuatnya menangis dan gemetar. Geller: Ketika berada dalam keadaan trance, Uri Geller menulis sebuah puisi yang berjudul “Hari Itu”. Puisi ini mengenai sebuah masa tatkala “angin menjadi kuning”, “debu berjatuhan”, “mereka menyibak langit”, dan “saya tahu akhirnya”. Geller menafsirkan puisi itu mengenai sebuah bencana mengerikan yang akan terjadi di Bumi. Meski ia tidak sepenuhnya mengerti akan puisi ini dan ia mengakui bahwa puisinya ini bukanlah karya sastra yang hebat, Geller bercerita, “Saya bisa merasakan mereka dengan mendalam.”
Home: Meskipun Daniel Home tidak mengerti dari mana kemampuan-kemampuannya datang, ia merasakan bahwa demonstrasi kekuatan ini sangat penting bagi masa depan umat manusia. Ketika pertama kali mereka bertemu, Home mengatakan kepada Sacha, istrinya di masa depan, “Mademoiselle (Nona), saya percaya Anda akan selalu mencamkan bahwa saya memiliki sebuah misi yang dipercayakan pada saya. Misi yang besar dan sakral.”
Geller: Uri Geller, yang juga tidak mengerti benar dari mana kekuatannya berasal, juga merasakan kepentingan yang sama bagi dirinya untuk menyebarkan pesan mengenai kekuatan-kekuatan misterius ini. Geller menulis, “Satu hal yang saya tahu pasti adalah saya merasa terdorong untuk mendemonstrasikan fenomena-fenomena ini, bukan hanya untuk mencari nafkah, tetapi karena saya tahu sesuatu yang penting akan muncul dari sini, namun aku bahkan tidak tahu apa itu.”
Geller juga membuat pernyataan terkait berikut ini, “Saya mencoba menganalisis mengapa batin saya terdorong untuk berkomunikasi dengan sebanyak mungkin orang... Saya terdorong untuk membuat orang-orang tahu lebih banyak, dengan satu dan lain cara membuat mereka tahu.” Uri Geller juga sering mengungkapkan kepercayaan batinnya akan Tuhan dan bahwa kedamaian dunia merupakan hasrat terbesarnya. Ia menulis, “Saya sangat percaya akan kekuatan kasih dan pada orang-orang di mana pun. Saya juga sepenuhnya percaya akan Tuhan... dan saya begitu memercayai bahwa kita harus memiliki perdamaian di dunia ini jika kita ingin bertahan hidup.”
Meski merupakan sebuah spekulasi, saya bertanya-tanya apakah visi-visi malapetaka besar yang dilihat Daniel Home dan Uri Geller mendasari rasa akan misi yang mereka berdua ungkapkan. Seakan-akan kekuatan-kekuatan yang telah mereka tunjukkan kepada umat manusia entah bagaimana akan membantu menghindari sebuah bencana besar, yang memiliki potensi untuk terjadi di masa depan. Mungkin visi-visi ini bukanlah sebuah ramalan dari apa yang akan terjadi melainkan apa yang bisa terjadi, jika umat manusia tidak berevolusi melampaui sebuah tahapan di mana kekerasan masih digunakan untuk menyelesaikan konflik.
Mungkin visi-visi bencana besar, yang begitu cocok dengan bahaya perang nuklir, bisa dihindari jika kita mengerti lebih baik jati diri kita sebagai makhluk spiritual. Hal ini tampaknya sudah merupakan misi Daniel Home, maupun misi sinambung Uri Geller. Apa pun maknanya, konsultan spiritual saya sendiri di angkasa sana, Ahtun Re, sama-sama sepakat dengan analisis yang telah dijelaskan di atas.
Persamaan Sifat Kepribadian. Daniel D. Home dan Uri Geller sama-sama memiliki banyak kesamaan sifat. Salah satu persamaan meliputi judul-judul otobiografinya. Home menamakan bukunya Incidents of My Life, sementara Geller menjuluki bukunya My Story. Frasa-frasa “My Life” dan “My Story” ini senada. Mengenai karier, baik Home dan Geller tidak memiliki profesi di luar sebagai medium fisik, sebuah panggilan hidup yang telah diadaptasi masing-masing dengan baik.
Baik Home maupun Geller telah menunjukkan bakat-bakat sebagai seorang ahli dalam pertunjukan. Sebagai contoh, Home digambarkan disukai hadirin, bahkan oleh anak kecil. Uri Geller menyampaikan bahwa sejak ia masih kecil, ia ingin menjadi seorang lakon panggung atau bintang film. Ketika ia pertama kali melakukan pertunjukan umum, Geller mendapati bahwa ia sangat menikmatinya. Ia menyebutkan bahwa ia adalah seorang “tukang pentas yang suka berlebihan dari sononya”.
Baik Home maupun Geller menunjukkan kecenderungan pada musik dan seni. Home memainkan piano dengan keahlian, sementara Geller memainkan piano dengan alami, belajar memainkannya dengan mendengarkan. Home belajar seni pahat; Geller adalah seorang pelukis dan telah melakukan banyak pameran selama bertahun-tahun. Home dianggap sebagai tampan dan ia sangat supel, karena ia senang bertemu dan berdialog dengan berbagai macam orang. Demikan pula halnya dengan Uri Geller. Home dan Geller juga menunjukkan selera yang sama dalam melakukan perjalanan, maupun wilayah geografis kesukaan mereka.
Home terlahir di Skotlandia, beremigrasi ke Amerika Serikat, kemudian pindah ke London sebagai markasnya. Dari sana, ia bepergian secara luas ke seluruh Eropa. Uri Geller terlahir di Israel, hidup sementara di Manhattan, kemudian menetap di Inggris, dekat London. Dari sana, seperti Home, Geller juga bepergian secara luas, menunjukkan kemampuan-kemampuannya. Gaya menulis juga tetap konsisten. Untuk tujuan perbandingan, saya telah memilih sebuah surat yang Home tulis untuk putranya, Gricha, serta dua tulisan dari buku Uri Geller: My Story.
Menariknya, surat Home ditulis ketika ia sedang berpura-pura menjadi seorang koresponden surat kabar untuk San Fransisco Chronicle, yang meliput penyerangan Paris selama Perang Franco-Prussian. “Suara” Uri Geller jelas tampak dalam surat yang ditulis Daniel Home ini, setidaknya bagi telinga dan pikiran saya. Raja dalam surat ini merujuk ke Raja Prusia Wilhelm I, yang sedang berperang melawan sahabat tua Home, Kaisar Perancis, Napoleon III. Surat Home diikuti oleh deskripsi Geller mengenai Siprus, seperti yang diingatnya dari masa-masa kecilnya. Pada tulisan kedua, Geller sedang menggambarkan sebuah insiden di mana ia dan sekelompok penumpang agaknya melumpuhkan sebuah kapal pesiar, dengan membengkokkan pipa logam bahan bakar dengan pikiran mereka.
Dalam tulisan itu, Geller menyebut hal ini sebagai insiden garis batas, karena ia tidak yakin penuh bahwa peristiwa psikokinetik-lah yang menyebabkan pipa-pipa bengkok. Mari kita sekarang menyimak surat Daniel Home ke putranya. 25 Oktober 1870. Grichaku sayang, Aku masih belum mendengar kabar darimu, tetapi aku tahu itu karena kesalahan pos. Pos telah, dan masih, tertunda karena senapan-senapan penyerbuan masih terus dibawa ke depan. Situasi di sini sangat buruk; dan aku akan sangat senang pulang ke rumah lagi. Kami mengalami pertempuran mengerikan pada tanggal 21. Aku berada di tengah-tengahnya, dan membantu membawa kembali yang terluka. Itu adalah pemandangan yang menakutkan, dan bahkan sampai sekarang terlihat seperti mimpi menakutkan. Aku akan menceritakan semuanya kepadamu segera. Pada tanggal 20, aku pergi mengunjungi sebuah wisma yang indah sekitar tiga atau empat mil jauhnya dari Versailles; dan sementara di sana, Raja datang dan kami berbincang lama. Aku menulis di kertas yang diambil dari Strasburg pada hari tempat itu menyerah... Aku sangat berharap bisa melihat kalian semua, dan menghitung jam-jam kapan saya bisa bebas.
Tulisan-tulisan berikut ini diambil dari My Story, diterbitkan tahun 1975, sekitar 100 tahun setelah Home menulis suratnya ke Gricha. Seperti bocah pada umumnya, saya sering bepergian untuk berpetualang. Siprus adalah sebuah pulau, dan lautan selalu membuatku terkesan. Lautan di sekitar Siprus indah. Saya jatuh cinta dengannya. Lautannya begitu jernih, sehingga kamu bisa menjatuhkan sebuah koin delapan meter di dalam air dan masih bisa melihatnya di dasar. Aku belajar tentang snorkeling dari seorang teman di sekolah dan menjadi tergila-gila. Dengan air di sekitar Siprus yang begitu jernih bak kristal, kamu bisa melihat pola-pola indah dari hewan-hewan dan tanaman laut, semuanya itu adalah sebuah dunia baru yang mengasyikkan. Beberapa kejadian ada di garis-batas. Salah satunya terjadi ketika dua sahabat terdekat saya, Byron dan Maria Janis, mengundang saya untuk menemani mereka dalam sebuah pesiar dari Bordeaux ke Italia di atas kapal pesiar Renaissance. Byron secara internasional dikenal sebagai seorang pianis konser, dan istrinya, Maria, yang adalah putri Gary Cooper, seorang seniwati yang menakjubkan. Ini adalah pesiar musikal. Byron memainkan piano, dan geladak kapal juga ada para anggota Hungarian String Quartet.
Daniel Home dan Uri Geller memiliki gaya menulis yang sama dalam hal keduanya cenderung menggunakan kalimat-kalimat pendek, dipenuhi dengan kata-kata sifat yang beraneka ragam seperti “indah”, “menakjubkan”, “mengerikan”, dan “menakutkan”. Home dan Geller cenderung suka menyebutkan jabatan atau gelar prestisius dari teman-teman dan rekan-rekannya. Dalam ketiga kutipan ini, sebuah selera petualangan tersibak dan sebuah sifat kepolosan kanak-kanak juga terlihat.
Hubungan Karma dan Penyingkapan. Dalam mempelajari Daniel D. Home dan Uri Geller, saya sampai ke sebuah hipotesis hubungan dalam kehidupan lampau antara rekan-rekan Home dengan orang-orang di sekitar Uri Geller. Ahtun Re telah mengonfirmasikan pasangan-pasangan ini. Saya tidak akan membahas sebagian besar hubungan kehidupan lampau ini dengan terperinci, meski saya akan membahas sedikit sebuah hubungan yang melibatkan Napoleon III. Istri pertama Home, Sacha, telah teridentifikasi pada masa kini sebagai Hannah, istri Uri Geller. Daniel Home dan Sacha memiliki seorang putra bernama Gricha. Dalam masa kini, Gricha adalah Shipi, saudara laki-laki Hannah dan teman Uri Geller yang muda sekaligus manajernya.
Karena itu, sebuah pasangan pernikahan telah berkumpul kembali dan anak Sacha kembali dan memainkan peranan sebagai kakak Sacha / Hannah. Pembaca tentu ingat bahwa kemampuan Home sebagai medium diperkuat ketika putra Home, Gricha hadir. Fenomena ini juga telah terjadi kembali, ketika kemampuan telepati dan membengkokkan logam Uri Geller juga diperkuat ketika Gricha / Shipi hadir. Istri kedua Home, Julie de Gloumeline, dalam kehidupan ini adalah seorang perempuan bernama Yaffa, yang Geller jatuh hati tak lama setelah terjun dalam Perang Enam Hari. Meski hubungan jangka-panjang mereka tidak pernah berkembang, Uri Geller menulis bahwa ia akan selalu mencintai Yaffa.
Home berhubungan dekat dengan pasangan seniman-seniwati bernama Tuan dan Nyonya D. Jarvis. Dalam kehidupan ini, keluarga Jarvis adalah Byron dan Maria Janis, pasangan seniman-seniwati yang disebutkan dalam tulisan mengenai kapal pesiar. Uri Geller memerhatikan bahwa ia merasa dekat ketika ia bertemu dengan keluarga Jarvis / Janis pada saat pertemuan pertama mereka. Hakim John Edmonds adalah Hakim Mahkamah Agung New York yang mendukung Home untuk melanjutkan mendemonstrasikan kemampuan-kemampuan mediumnya, ketika Home hidup di Connecticut. Dalam kehidupan ini, Edmonds adalah Amnon Rubinstein, seorang dekan sekolah Hukum yang mengusulkan pada Uri Geller untuk mengejar pengakuan dan pemeriksaan ilmiah terhadap kekuatan-kekuatannya.
Seorang yang mendukung penyelidikan ilmiah terhadap kemampuan Home adalah profesor kimia asal Rusia, Alexander Aksakoff, yang kemudian memperkenalkan Home pada Sir William Crookes. Dalam kehidupan ini, Aksakoff yang bekelahiran kembali memainkan peranan serupa, memperkenalkan Uri Geller pada ilmuwan-ilmuwan di Stanford Research Institute. Aksakoff dalam kehidupan ini telah teridentifikasi sebagai Dr. Andrija Puharich. Ilmuwan yang paling terkemuka yang meneliti Home tentu saja adalah Sir William Crookes. Crookes juga bekelahiran kembali kembali pada abad ke-20, untuk meneliti Daniel D. Home / Uri Geller sekali lagi. Sir William telah diidentifikasi kembali sebagai almarhum Profesor David Bohn.
Daniel D. Home terutama sangat dekat dengan dua orang pemimpin negara. Yang satu adalah Alexander II, Tsar Rusia, yang menjadi bapak baptis putra Home: Gricha. Dalam masa kini, Alexander II telah bekelahiran kembali menjadi pimpinan negara lainnya, yang lagi-lagi dekat hubungannya dengan Daniel Home / Uri Geller. Alexander II bekelahiran kembali sebagai Jose Lopez Portillo, mantan Presiden Mexico. Kepala negara lainnya yang dekat dengan Home adalah Napoleon III. Kelahiran kembali Napoleon III melibatkan salah satu kasus identitas kehidupan masa lampau yang paling penting dan menarik yang pernah kita hadapi. Napoleon III telah dikenali dalam kehidupan sekarang sebagai pemimpin Israel yang dikenal Uri Geller dan sempat pernah berfoto bersama. Napoleon III dalam masa kini telah diidentifikasi sebagai Ariel Sharon.
~~~
Demikianlah salah satu kutipan contoh kasus kelahiran kembali yang ditemukan oleh Walter Semkiw, dimana puluhan contoh kasus lainnya dapat para pembaca baca selengkapnya pada buku yang ditulis olehnya, “BORN AGAIN” dan telah terdapat terbitan versi terjemahan Bahasa Indonesia. Bagi Anda yang berminat serta penasaran membaca berbagai kasus kelahiran kembali, dapat membaca lebih banyak contoh kasus lainnya pada buku karya Walter Semkiw tersebut yang telah beredar luas di Indonesia.
Sekadar mengulang kembali, konsep-konsep spiritual seperti Hukum Karma, kelahiran kembali, telepati, kekuatan pikiran, teleportasi, membaca pikiran, membaca Akashic Records, fenomena anak-anak indigo dan para cenayang, alam-alam surgawi dan neraka, terutama ketika kita menemukan kalimat “mereka juga mencatat bahwa fenomena yang didemonstrasikan oleh Geller sepenuhnya berada di luar hukum-hukum fisika yang telah diketahui” pada contoh kasus di atas, menggambarkan betapa terbatasnya ilmu pengetahuan modern barat—sekaligus membuktikan betapa sempit serta “kerdil”-nya cara berpikir para ilmuan sains modern yang angkuh demikian ketika mencoba memarginalisasi ilmu metafisika.
Runtuh sudah, kemapaman teori-teori fisika ketika contoh kasus di atas telah mampu mematahkan validitas teori gravitasi hingga hukum-hukum fisika yang selama berabad-abad ini mapan. Dunia dan alam semesta ini terlampau luas, untuk hal sesempit ilmu pengetahuan dan sains barat. Karenanya, seorang Sarjana Sains Fisika, yang melabeli dirinya sebagai Sarjana Ilmu Fisika dan Kuantum, semestinya merasa dirinya demikian kecil dan mini di hadapan alam semesta yang sangat luas dan megah ini. Dunia ini, tidak “selebar” daun kelor, cerminan betapa sempit dan penuh delusinya kebanggaan para sarjana ilmiah tersebut, yang merasa dirinya telah menggenggam dunia dengan menguasai rumus-rumus fisika.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.
Budayakan hidup JUJUR dengan menghargai Jirih Payah, Hak Cipta, Hak Moril, dan Hak Ekonomi Hery Shietra selaku Penulis.