Jangan Bersikap Seolah-Olah Tidak Ada Jalan atau Cara Lain untuk Menyelesaikan Masalah Selain dengan Cara Kekerasan Fisik
Seri Artikel Sosiologi : EQ artinya Empati
Question: Ada diberitakan, seorang perwira di kepolisian (Indonesia)
berpangkat jenderal, tapi tega melanggar hukum (yang semestinya ia tegakkan)
dengan merampas hak hidup orang lain hanya karena alasan “cemburu buta” karena istrinya
dilecehkan oleh korban, bahkan para perwira dan anggota kepolisian lainnya pun
turut melindungi sang pelaku pembunuhan dari aksi kejahatannya agar tidak terungkap
oleh publik dan bisa lolos dari penghukuman.
Mengapa masyarakat bahkan aparatur penegak hukum kita, selalu saja corak dan watak budayanya ialah mengatasi segala masalah dengan cara kekerasan fisik seperti ancaman penganiayaan hingga pembunuhan, bahkan sekalipun itu seorang polisi sehingga kami selaku warga tidak pernah nyaman ketika berada dekat-dekat dengan seorang polisi alih-alih merasa aman dan terlindungi (polisi arogan bak “preman ber-pistol”)? Bukankah bangsa kita, Indonesia, adalah bangsa yang “agamais” dimana warga dan penduduknya selama ini rajin beribadah?