Yang Tidak Menyaksikan ataupun Mendengarkan (secara) LANGSUNG, tidak Berkualitas sebagai SAKSI MATA
Saksi di Hadirkan ke Persidangan, untuk Membuat
KESAKSIAN, bukan Menceritakan Rumor “Katanya”
Perbedaan antara “MENYAKSIKAN dan KESAKSIAN” Vs. “DICERITAKAN
dan BERCERITA”
Kriteria Saksi yang Berharga dan Bernilai di Mata Hakim,
Baik Perkara Pidana maupun Perdata
Question: Dalam perkara pidana, ada istilah “saksi mata” yang sebelumnya telah pernah mendengar dan melihat langsung kejadian suatu kejahatan pidana, dan ada juga “saksi de auditu”, yakni saksi yang sekadar “kata si anu, katanya, dan menurut si anu”. Berdasarkan ilmu hukum pidana, saksi yang memberikan keterangan dengan dasar “katanya” semacam itu, tidak dapat dikualifikasi sebagai saksi, sehingga kesaksiannya tidak dapat diterima secara formal, terlebih sifat pembuktian perkara pidana ialah pembuktian materiil. Dalam perkara gugatan perdata, akan ada juga agenda acara pembuktian saksi. Pertanyaannya, apakah hukum acara perdata juga mengenal istilah “de auditu” semacam di perkara pidana?