Yang Menang, yang Menuliskan Sejarah dalam Buku
Sejarah. Yang Kalah, hanya Menjadi Penonton Bila Tidak Dijadikan Kambing Hitam
Yang beruntung atas
kesehatannya, menyombongkan kesehatannya lalu menghakimi mereka yang kurang
beruntung atas kesehatannya sebagai “kurang iman” atau “kurang ibadah”. Yang beruntung
atas kemakmuran ekonominya, menyombongkan kemakmuran ekonominya dengan
menghakimi mereka yang kurang beruntung sebagai “pemalas” atau “bodoh”. Hanya mereka
yang pernah “jatuh”, yang memiliki kebijaksanaan, sehingga tidak cenderung
menghakimi pihak lain yang kurang beruntung dalam hidupnya. Pepatah mengatakan,
hidup bagai “berputarnya roda”, ada waktunya ia berada di atas, dan ada kalanya
ia bergerak ke arah bawah. Segalanya berubah, tidak ada yang kekal, sehingga
sejatinya tidak ada yang patut disombongkan, terlebih menghakimi pihak lain. Kekekalan
adalah delusi, sama artinya membohongi diri sendiri atau bahkan menentang hukum
alam itu sendiri, karena yang kekal ialah perubahan itu sendiri. Orang-orang bijak
telah lama belajar, untuk tidak terlampau senang saat berada di puncak, dan
tidak terlampau “putus asa” saat berada di titik terbawah dalam hidup mereka.